Jumat, 24 April 2020

Antara Kebijakan LOCKDOWN dengan Tradisi TAHANNUTS Nabi SAW


Antara Kebijakan LOCKDOWN 
dengan Tradisi TAHANNUTS Nabi SAW

Oleh: Alfiatus Sholihah, S.Ag., M.Pd.I.
Penyuluh Agama Ahli Madya
Kementerian Agama Kabupaten Kediri



Lockdown, merupakan status yang ditetapkan pemerintah menanggapi kondisi terkini yang berkembang untuk pencegahan penyebaran wabah Covid-19.  Lockdown itu artinya karantina. Jadi lockdown itu  sebenarnya rujukannya pada undang-undang karantina kesehatan. Kebijakan untuk melakukan Lockdown ada di tangan pemerintah pusat.  Pemerintah RI sudah mengambil kebijakan lockdown sebulan yang lalu hingga kini Ramadlan tiba, yang belum tahu sampai kapan kebijakan lockdown ini selesai. Kebijakan lockdown ini memberikan konsekuensi bahwa kita diharuskan untuk mengkarantina diri, beraktifitas apapun hanya boleh dilakukan di rumah masing-masing. Mulai belajar, bekerja dan beribadah hanya dari rumah. Puasa, bekerja, buka puasa, tarawih, tadarus, dan makan sahur hanya dari rumah. Harapan dan tujuan yang didapat dari lockdown adalah seluruh keluarga selamat dari tertularnya covid-19.

Sedangkan dalam kehidupan Nabi saw sebelum diangkat sebagai Rosul, Beliau memiliki kebiasaan rutin pada bulan Rajab hingga Ramadlan melakukan tahannuts. Secara etimologi, tahannuts berarti menyendiri, menyepi ke suatu tempat yang sunyi, bertapa, atau menjauhkan diri dari keramaian untuk berkontemplasi;  beribadah dalam waktu beberapa malam untuk menjauhkan diri dari berbuat dosa. Pengertian tersebut mengacu dan didasarkan pada sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, “Nabi pergi ke Gua Hira’ setiap malam kemudian melakukan ibadah di dalam gua itu dalam jumlah yang tak terhitung,” (HR. Bukhari). (Ahmad bin Faris, Maqayis al-Lughat). Harapan dan tujuan yang didapat dari tahannuts Nabi saw adalah seluruh umat manusia selamat di dunia dan akhirat.

Dari definisi lockdown dan tahannuts di atas, tampaknya sejalan dengan peristiwa histori Nabi saw. Lockdown sebagai karantina yang bertujuan untuk menyelamatkan diri dan keluarga dari wabah sedangkan tahannuts sebagai kontemplasi yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Sang Kholiq untuk memperoleh petunjuk kebenaran beragama, agar seluruh umat manusia dari siksa api neraka. Kebijakan lockdown berlangsung dimulai bulan Rajab hingga sekarang dan belum tahu kapan selesai, sedangkan tradisi tahannuts Nabi saw berlangsung 7 tahun sebelum kenabian setiap bulan Rajab hingga Ramadlan. Aktivitas yang dilakukan ketika lockdown adalah belajar, bekerja dan beribadah hanya dilakukan di dalam rumah, sedangkan aktivitas yang dilakukan Nabi saw dalam tahannuts adalah meditasi, pencerahan batin dan beribadah sepanjang malam di dalam gua. Lockdown dilatarbelakangi adanya wabah covid-19 sebagai akibat kelompok manusia yang mengkonsumsi makanan yang diharamkan Allah swt sedangkan tahannuts dilatarbelakangi adanya ibadah yang diselewengkan dan dikotori oleh praktik-praktik kemusyrikan dengan cara menyembah berhala-berhala yang diletakan di sekitar Ka’bah. Tempat lockdown adalah di rumah masing-masing dengan harapan tidak terkontaminasi dengan manusia lain yang barangkali membawa wabah,  sedangkan tempat tahannuts adalah di dalam gua Hira’  dengan harapan tidak terkontaminasi dengan hiruk pikuk kota Makkah dan tradisi ibadah syirik di sekitar ka’bah. Bekal lockdown adalah seluruh kebutuhan  sehari-hari untuk diri dan keluarga demikian juga bekal tahannuts Nabi saw adalah kebutuhan diri dan juga kebutuhan orang miskin yang berada di sepanjang perjalanan menuju Gua Hira’.
Tabel antara Lockdown dan Tahannuts
Perihal
Lockdown
Tahannuts
Definisi
Karantina
Kontemplasi
Pelaksana
Masyarakat rawan wabah
Nabi saw
Latarbelakang
akibat kelompok manusia yang mengkonsumsi makanan yang diharamkan Allah swt hingga memunculkan wabah covid-19 (virus yang sudah mutasi dari hewan ke manusia)
adanya ibadah yang diselewengkan dan dikotori oleh praktik-praktik kemusyrikan dengan cara menyembah berhala-berhala yang diletakan di sekitar Ka’bah
Bekal
Kebutuhan diri dan keluarga
kebutuhan diri dan juga kebutuhan orang miskin yang berada di sepanjang perjalanan
Waktu
Sebulan jelang ramadlan hingga belum bisa dipastikan
Rajab dan Ramadlan (sejak 7 tahun sebelum menjadi Rosul)
Tempat
Rumah masing-masing
Gua Hira’
Tujuan
Menyelamatkan diri dan keluarga dari wabah covid-19
mendekatkan diri kepada Sang Kholiq untuk memperoleh petunjuk kebenaran beragama, agar seluruh umat manusia dari siksa api neraka
Aktivitas
Belajar, bekerja dan beribadah
Meditasi, pencerahan batin dan beribadah. Nabi serasa telah terhubung langsung dengan Tuhan yang Maha Meliputi seluruh jagad raya ini
Hasil
Insaallah selamat dari wabah
Nabi memperoleh konsepsi yang benar tentang Tuhan yang Maha Tinggi, satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Nabi menerima wahyu pertama kali (surat al alaq ayat 1-5). Nabi diangkat menjadi Rosul


Nabi saw tahannuts membuahkan hasil konsepsi yang benar tentang Tuhan yang Maha Tinggi, satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, Nabi menerima wahyu pertama kali (surat al alaq ayat 1-5).
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2.  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5.  Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-‘Alaq/ 96: 1-5).
Ayat-ayat itu begitu mengesankan dan membekas dalam jiwanya. Peristiwa itu terjadi pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan (610 M). Itulah wahyu pertama kali yang diterima Nabi dari Allah melalui Malaikat Jibril. Dan peristiwa inilah yang menandai kerasulan Muhammad SAW.

Sedangkan  hasil dari lockdown adalah selamat dari wabah yang ternyata bisa juga dimungkinkan sudah lockdown ternyata tetap terkena wabah. Contohnya adalah yang terjadi di Cileungsi: anak ke 2 dan ke 4 kena wabah, keluarga sudah stay at home sedangkan ayah bekerja di luar rumah. Dugaan team medis sang anak terinveksi dari pakaian sang ayahnya yang pulang kerja. Meskipun hal ini merupakan sebuah kelalaian untuk selalu mandi dan ganti pakaian selepas dari luar rumah (Baca juga: Jaga Diri dan Keluarga dari Covid 19 dalam Bahasa Agama. Klik di sini). 

Berangkat dari peristiwa ini maka alangkah baiknya jika kita melaksanakan lockdown sekalian bertahannuts. Sebab pada dasarnya peristiwa covid-19 mengandung hikmah mengajak untuk kembali kepada ajaran agama (baca juga covid-19 mengajak untuk kembali kepada ajaran agama klik disini), maka alangkah baiknya jika lockdown yang kita lakukan bukan sekedar lockdown, melainkan tahannuts (yang dalam tradisi kaum sufi disebut khalwat). Kebiasaan Nabi melakukan tahannuts itu menjadi teladan yang sangat baik bagi kalangan sufi untuk melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, melalui shalat, dzikir dan amaliah tertentu. Karena sebenarnya lockdown itu juga sudah menjadi ajaran Rosulullah saw dalam haditsnya yang berbunyi:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ آيَةُ الرِّجْزِ ابْتَلَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ نَاسًا مِنْ عِبَادِهِ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَفِرُّوا مِنْهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dengan demikian maka sebenarnya lockdown adalah juga sebuah ibadah, tatkala kita meniatkan dengan mentaati perintah Allah, Rosulullah dan juga ulil amri.

Lockdown yang juga dibarengi dengan tahannuts,  dengan tujuan mengikuti jejak Nabi saw seorang pencari kebenaran sejati (the seeker of truth). Nabi saw senantiasa memikirkan keadaan kaumnya yang sudah melupakan ajaran Nabi Ibrahim. Ketika tiba masanya, dalam tahannuts-nya di Gua Hira, Allah memberi wahyu kepada manusia yang ummi ini untuk menjadi rasul-Nya dalam memperbaiki kondisi moral kaum Quraisy yang sangat buruk. Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyeru umat manusia agar beriman kepada Allah. Di Gua Hira, beliau mulai diangkat menjadi utusan-Nya dengan wahyu pertamanya ayat 1 sampai ayat 5 dari surah Al-Alaq. Nabi Muhammad SAW pun memulai reformasi global, memperbaiki kehidupan akhlak manusia. Tak hanya Quraisy, melainkan juga seluruh manusia, baik keturunan Arab maupun ‘Ajam (non-Arab). Semua diserukan untuk menyembah Allah, mengerjakan perbuatan baik (makruf), dan menjauhi perbuatan mungkar.

Dari point hasil tahannuts Nabi memperoleh wahyu pertama dan akhirnya memulai reformasi global memperbaiki akhlak manusia, maka jika kita lockdown yang dibarengi dengan tahannuts insaallah kitapun juga akan siap menjadi keluarga-keluarga yang bereformasi dari kebiasaan yang tidak baik dan tidak agamis menuju keluarga-keluarga agamis. Sehingga kita semua sukses mewujudkan negeri yang baldatun thoyibatun wa robbun ghofur. Huwallahu a’lam.

Literatur:
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf
Rivay Siregar,  Tasawuf
News Analysis Isu-Isu Terkini Persepektif Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...