Antara
Kebijakan LOCKDOWN
dengan Tradisi TAHANNUTS Nabi SAW
Oleh:
Alfiatus Sholihah, S.Ag., M.Pd.I.
Penyuluh
Agama Ahli Madya
Kementerian
Agama Kabupaten Kediri
Lockdown, merupakan
status yang ditetapkan pemerintah menanggapi kondisi terkini yang berkembang untuk
pencegahan penyebaran wabah Covid-19. Lockdown
itu artinya karantina. Jadi lockdown itu sebenarnya rujukannya pada undang-undang
karantina kesehatan. Kebijakan untuk melakukan Lockdown ada di tangan
pemerintah pusat. Pemerintah RI sudah
mengambil kebijakan lockdown sebulan yang lalu hingga kini Ramadlan tiba, yang
belum tahu sampai kapan kebijakan lockdown ini selesai. Kebijakan lockdown ini
memberikan konsekuensi bahwa kita diharuskan untuk mengkarantina diri,
beraktifitas apapun hanya boleh dilakukan di rumah masing-masing. Mulai
belajar, bekerja dan beribadah hanya dari rumah. Puasa, bekerja, buka puasa,
tarawih, tadarus, dan makan sahur hanya dari rumah. Harapan dan tujuan yang
didapat dari lockdown adalah seluruh keluarga selamat dari tertularnya
covid-19.
Sedangkan dalam
kehidupan Nabi saw sebelum diangkat sebagai Rosul, Beliau memiliki kebiasaan
rutin pada bulan Rajab hingga Ramadlan melakukan tahannuts. Secara etimologi,
tahannuts berarti menyendiri, menyepi ke suatu tempat yang sunyi, bertapa, atau
menjauhkan diri dari keramaian untuk berkontemplasi; beribadah dalam waktu beberapa malam untuk
menjauhkan diri dari berbuat dosa. Pengertian tersebut mengacu dan didasarkan
pada sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, “Nabi pergi ke Gua
Hira’ setiap malam kemudian melakukan ibadah di dalam gua itu dalam jumlah yang
tak terhitung,” (HR. Bukhari). (Ahmad bin Faris, Maqayis al-Lughat). Harapan
dan tujuan yang didapat dari tahannuts Nabi saw adalah seluruh umat manusia
selamat di dunia dan akhirat.
Dari definisi
lockdown dan tahannuts di atas, tampaknya sejalan dengan peristiwa histori Nabi
saw. Lockdown sebagai karantina yang bertujuan untuk menyelamatkan diri dan
keluarga dari wabah sedangkan tahannuts sebagai kontemplasi yang bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Sang Kholiq untuk memperoleh petunjuk kebenaran
beragama, agar seluruh umat manusia dari siksa api neraka. Kebijakan lockdown
berlangsung dimulai bulan Rajab hingga sekarang dan belum tahu kapan selesai,
sedangkan tradisi tahannuts Nabi saw berlangsung 7 tahun sebelum kenabian
setiap bulan Rajab hingga Ramadlan. Aktivitas yang dilakukan ketika lockdown
adalah belajar, bekerja dan beribadah hanya dilakukan di dalam rumah, sedangkan
aktivitas yang dilakukan Nabi saw dalam tahannuts adalah meditasi, pencerahan batin
dan beribadah sepanjang malam di dalam gua. Lockdown dilatarbelakangi adanya
wabah covid-19 sebagai akibat kelompok manusia yang mengkonsumsi makanan yang
diharamkan Allah swt sedangkan tahannuts dilatarbelakangi adanya ibadah yang diselewengkan
dan dikotori oleh praktik-praktik kemusyrikan dengan cara menyembah
berhala-berhala yang diletakan di sekitar Ka’bah. Tempat lockdown adalah di
rumah masing-masing dengan harapan tidak terkontaminasi dengan manusia lain
yang barangkali membawa wabah, sedangkan
tempat tahannuts adalah di dalam gua Hira’
dengan harapan tidak terkontaminasi dengan hiruk pikuk kota Makkah dan
tradisi ibadah syirik di sekitar ka’bah. Bekal lockdown adalah seluruh kebutuhan
sehari-hari untuk diri dan keluarga demikian
juga bekal tahannuts Nabi saw adalah kebutuhan diri dan juga kebutuhan orang
miskin yang berada di sepanjang perjalanan menuju Gua Hira’.
Tabel
antara Lockdown dan Tahannuts
Perihal
|
Lockdown
|
Tahannuts
|
Definisi
|
Karantina
|
Kontemplasi
|
Pelaksana
|
Masyarakat
rawan wabah
|
Nabi
saw
|
Latarbelakang
|
akibat
kelompok manusia yang mengkonsumsi makanan yang diharamkan Allah swt hingga
memunculkan wabah covid-19 (virus yang sudah mutasi dari hewan ke manusia)
|
adanya
ibadah yang diselewengkan dan dikotori oleh praktik-praktik kemusyrikan
dengan cara menyembah berhala-berhala yang diletakan di sekitar Ka’bah
|
Bekal
|
Kebutuhan
diri dan keluarga
|
kebutuhan
diri dan juga kebutuhan orang miskin yang berada di sepanjang perjalanan
|
Waktu
|
Sebulan
jelang ramadlan hingga belum bisa dipastikan
|
Rajab
dan Ramadlan (sejak 7 tahun sebelum menjadi Rosul)
|
Tempat
|
Rumah
masing-masing
|
Gua
Hira’
|
Tujuan
|
Menyelamatkan
diri dan keluarga dari wabah covid-19
|
mendekatkan
diri kepada Sang Kholiq untuk memperoleh petunjuk kebenaran beragama, agar seluruh
umat manusia dari siksa api neraka
|
Aktivitas
|
Belajar,
bekerja dan beribadah
|
Meditasi,
pencerahan batin dan beribadah. Nabi serasa telah terhubung langsung dengan
Tuhan yang Maha Meliputi seluruh jagad raya ini
|
Hasil
|
Insaallah
selamat dari wabah
|
Nabi
memperoleh konsepsi yang benar tentang Tuhan yang Maha Tinggi, satu-satunya
Tuhan yang wajib disembah. Nabi menerima wahyu pertama kali (surat al alaq
ayat 1-5). Nabi diangkat menjadi Rosul
|
Nabi saw tahannuts
membuahkan hasil konsepsi yang benar tentang Tuhan yang Maha Tinggi,
satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, Nabi menerima wahyu pertama kali (surat
al alaq ayat 1-5).
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ
عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
1. Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Mahamulia,
4. Yang mengajar (manusia) dengan
pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya. (Al-‘Alaq/ 96: 1-5).
Ayat-ayat itu begitu
mengesankan dan membekas dalam jiwanya. Peristiwa itu terjadi pada hari Senin
tanggal 17 Ramadhan (610 M). Itulah wahyu pertama kali yang diterima Nabi dari
Allah melalui Malaikat Jibril. Dan peristiwa inilah yang menandai kerasulan
Muhammad SAW.
Sedangkan hasil dari lockdown adalah selamat dari wabah
yang ternyata bisa juga dimungkinkan sudah lockdown ternyata tetap terkena
wabah. Contohnya adalah yang terjadi di Cileungsi: anak ke 2 dan ke 4 kena
wabah, keluarga sudah stay at home sedangkan ayah bekerja di luar rumah. Dugaan
team medis sang anak terinveksi dari pakaian sang ayahnya yang pulang kerja.
Meskipun hal ini merupakan sebuah kelalaian untuk selalu mandi dan ganti
pakaian selepas dari luar rumah (Baca juga: Jaga Diri dan Keluarga dari Covid 19 dalam Bahasa Agama. Klik di sini).
Berangkat dari
peristiwa ini maka alangkah baiknya jika kita melaksanakan lockdown sekalian bertahannuts.
Sebab pada dasarnya peristiwa covid-19 mengandung hikmah mengajak untuk kembali
kepada ajaran agama (baca juga covid-19 mengajak untuk kembali kepada ajaran
agama klik disini), maka alangkah baiknya jika lockdown yang kita lakukan bukan
sekedar lockdown, melainkan tahannuts (yang dalam tradisi kaum sufi disebut
khalwat). Kebiasaan Nabi melakukan tahannuts itu menjadi teladan yang sangat
baik bagi kalangan sufi untuk melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, melalui
shalat, dzikir dan amaliah tertentu. Karena sebenarnya lockdown itu juga sudah
menjadi ajaran Rosulullah saw dalam haditsnya yang berbunyi:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ آيَةُ الرِّجْزِ
ابْتَلَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ نَاسًا مِنْ عِبَادِهِ فَإِذَا سَمِعْتُمْ
بِهِ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا
تَفِرُّوا مِنْهُ
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu
peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari
kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu
negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di
negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang
sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah)
Dengan demikian maka
sebenarnya lockdown adalah juga sebuah ibadah, tatkala kita meniatkan dengan
mentaati perintah Allah, Rosulullah dan juga ulil amri.
Lockdown yang juga dibarengi
dengan tahannuts, dengan tujuan
mengikuti jejak Nabi saw seorang pencari kebenaran sejati (the seeker of
truth). Nabi saw senantiasa memikirkan keadaan kaumnya yang sudah melupakan
ajaran Nabi Ibrahim. Ketika tiba masanya, dalam tahannuts-nya di Gua Hira,
Allah memberi wahyu kepada manusia yang ummi ini untuk menjadi rasul-Nya dalam
memperbaiki kondisi moral kaum Quraisy yang sangat buruk. Allah memerintahkan
Nabi Muhammad SAW untuk menyeru umat manusia agar beriman kepada Allah. Di Gua
Hira, beliau mulai diangkat menjadi utusan-Nya dengan wahyu pertamanya ayat 1
sampai ayat 5 dari surah Al-Alaq. Nabi Muhammad SAW pun memulai reformasi
global, memperbaiki kehidupan akhlak manusia. Tak hanya Quraisy, melainkan juga
seluruh manusia, baik keturunan Arab maupun ‘Ajam (non-Arab). Semua diserukan
untuk menyembah Allah, mengerjakan perbuatan baik (makruf), dan menjauhi
perbuatan mungkar.
Dari point hasil
tahannuts Nabi memperoleh wahyu pertama dan akhirnya memulai reformasi global
memperbaiki akhlak manusia, maka jika kita lockdown yang dibarengi dengan
tahannuts insaallah kitapun juga akan siap menjadi keluarga-keluarga yang
bereformasi dari kebiasaan yang tidak baik dan tidak agamis menuju
keluarga-keluarga agamis. Sehingga kita semua sukses mewujudkan negeri yang
baldatun thoyibatun wa robbun ghofur. Huwallahu a’lam.
Literatur:
Mahyuddin, Kuliah
Akhlak Tasawuf
Rivay Siregar, Tasawuf
News Analysis
Isu-Isu Terkini Persepektif Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar