Jumat, 01 Mei 2020

Meneguhkan solidaritas, Menebar Kebaikan dan Mencerahkan Semesta


REFLEKSI HARI PEMUDA MUHAMMADIYAH
02 MEI 1932 – 02 MEI 2020

Oleh: Alfiatus Sholihah, M.Pd.I.
Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Kediri


Usia 88 tahun bukanlah usia yang muda lagi, sudah cukup umur dan bahkan lebih tua dari umur bangsa ini. Usia 88 tahun bisa digambarkan sebagai bentuk kematangan, kedewasaan dan kesuksesan. Sebab sudah melewati berbagai macam tantangan masa sulit dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, eksistensi untuk bisa bertahan dan terus mencerahkan itu suatu prestasi dan hal yang luar biasa, artinya organisasi ini memang memiliki mental pejuang, mental penggerak serta mental pemenang sebagaimana apa yang menjadi tujuan dari organisasi ini didirikan.
Memasuki usia yang semakin dewasa diharapkan pemuda muhammadiyah lebih mampu lagi memberikan nilai kemanfaatan akan kehadirannya ditengah persoalan bangsa yang semakin kompleks, pemuda muhammadiyah harus lebih berpikir maju kedepan untuk terus menggerakkan potensi pemuda ke arah yang diharapkan, pemuda muhammadiyah diharapkan memperkuat internalisasi diri dan memperbaiki kualitas ekternalisasi organisasinya.
Umat Islam telah diberikan teladan-teladan oleh para Nabi, bahwa pemudalah yang mampu melakukan perubahan besar terhadap bangsa, agama dan tanah airnya. Dalam agama, ada Ibrahim muda yang menentang Namrud demi tegaknya nilai ketauhidan, ada juga Musa yang menentang Fir’aun yang dzolim, hingga saat reformasi pemerintahan Indonesia yang berperan dan memberikan andil besar yaitu para pemuda khususnya para mahasiswa.
Meneguhkan solidaritas, Menebar Kebaikan dan Mencerahkan Semesta, demikianlah tema milad ke-88 Pemuda Muhammadiyah kali ini. Hal ini merupakan relevansi dari kondisi yang sedang dihadapi bangsa kita sekarang ini yaitu wabah Covid-19. Seluruh lini kehidupan nyaris lemes, namun kita semua harus tetap semangat, sabar, serta beriman kepada Allah swt Sang Pencipta. Solusi kreatif harus muncul untuk permasalahan yang sedang kita hadapi. Segala hal biasanya dilakukan dengan offline, kita upayakan online. Biasanya kita menjadikan agama sekedar melaksanakan atas dasar kewajiban mulai saat ini harus move on, yakni melaksanakan ajaran agama atas dasar kebutuhan
Dalam mencegah mewabahnya covid-19 kita mesti harus membangun dan meneguhkan solidaritas terhadap sesama. Selalu bersemangat ta’awani ‘alal birri wa taqwa harus senantiasa terwujud.  Semua masyarakat tidak boleh frustasi menerima ganjaran ini. Ini merupakan penyemangat Kita dalam melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya dan selurus-lurusnya.  Untuk itu menyiapkan bekal keimanan, keilmuan dan kemandirian kepada kader dan anggotanya merupakan hal yang mesti dan terus dilakukan. Imam syafi’i pun berkata, “Tidaklah mungkin orang yang punya mimpi dan bercita-cita besar hanya duduk berpangku tangan. Tinggalkanlah watan dan kenyamanan maka kau akan menemukan gantinya karena kenikmatan hidup didapatkan setelah kau melewati kelelahan”. Begitupun pepatah mengajarkan, “Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakitlah terlebih dahulu, dan bersenang-senaglah kemudian.”
“Pemuda saat ini adalah pemimpin masa depan. Karenanya jika kau ingin mengetahui bagaimana suatu negara dimasa yang akan datang maka lihatlah pemudanya yang sekarang”. Begitulah Nabi Muhammad menuturkan. Oleh karena itu perlu adanya suatu pendidikan moral, pengembangan wawasan, ketrampilan serta penanaman rasa nasionalisme pada generasi muda, karena merekalah tulang punggung negara di masa yang akan datang.  Tetap menanamkan nilai-nilai agama yaitu shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan Tabligh (menyampaikan) hingga mereka mampu bertanggung jawab atas segala tindakan atau kebijakan yang telah diambilnya.
Pemuda adalah harapan bangsa dan sungguh sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan paling banyak manfaatnya. Oleh karena itu jadilah pemuda laksana mutiara dan permata bangsa yang tetap menjadi pelita ditengah gelap dan suramya generasi muda. Pemuda Muhammadiyah harus menyadari hal ini dan lebih serius menyiapkan bekal Itu kepada kader dan anggotanya. Ini guna menyongsong hari esok dan masa depan yang tantangannya akan jauh lebih besar dari sekarang. Kader Pemuda Muhammadiyah harus tetap eksis meskipun berada di tengah krisis sekalipun. Begitulah semangatnya.
Semangat milad 88 pemuda muhammadiyah adalah Semangat membangun kebersamaan dan solidaritas, semangat untuk terus menebar kebaikan terhadap sesama serta semangat untuk selalu mencerahkan dalam ide dan gagasan, dan semoga kita sebagai bagian dari keluarga besar pemuda muhammadiyah mampu menjaga dan terus merawat semangat itu. Fastabiqulkhairat

Revitalization of intellectual consciousness HMI-Wati dalam Membangun Eksistensi KOHATI Komisariat IAIN Kediri yang Progresif

Pendahuluan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), didirikan di Yogyakarta oleh Lafran Pane bersama 14 orang temannya pada tanggal 14 Februari 19...