RESUME PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KARANGAN JEANNE ELLIS ORMROD
FAKTOR-FAKTOR
KOGNITIF DALAM MOTIVASI
Motivasi dalam
proses pembelajaran sangat penting, karena akan berpengaruh pada sejauhmana
hasil yang dicapai dalam pembelajaran. Sejauhmana motivasi yang dimiliki siswa
sehubungan dengan minat, kepercayaan dan tujuan yang hendak dicapai. Sebagai
seorang pendidik harus memperhatikan, hal-hal
apa yang dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi anak.
Peranan
motivasi sangat menentukan dalam meningkatkan kognisi siswa yang ditunjang
dengan strategi yang tepat. Aspek-aspek
kognitif dalam motivasi adalah minat, nilai-nilai dan tujuan.
1.
Minat
Minat merupakan bentuk motivasi instrinsik. Siswa
akan mengejar suatu tugas yang menarik minatnya akan mengalami efek positif yang
signifikan. Siswa yang tertarik pada sebuah topik akan mencurahkan perhatian
lebih banyak pada topik itu dan lebih terlibat secara kognitif. Hal ini menjadi
lebih bermakna, terorganisir dan terperinci jika dihubungkan dengan pengetahuan
sebelumnya. Sesuatu yang
membuat ketertarikan siswa akan diminati dan serius dalam mempelajari bahkan
akan tertanam pada dirinya. Minat
dibedakan jadi 2 :
a.
Minat Situasional
Minat
situasional dipicu oleh lingkungan disekitarnya, yaitu hal-hal yang baru, tak
terduga dan berbeda yang dapat menghasilkan minat situasional.
b.
Minat Pribadi
Minat
pribadi bersumber dari dalam dan relatif stabil sepanjang waktu. Minat pribadi
dan pengetahuan saling menguatkan akan meningkatkan semangat lebih yang akan
menambah pengetahuan baru berupa motivasi afektif dan kognitif yang akan
mengarah pada perbaikan perilaku. Minat pribadi lebih bermanfaat dari minat
situasional. Minat
situasional bisa muncul karena bibit dari minat pribadi. Meningkatkan
Minat terhadap Topik Pembelajaran di Kelas. Hampir
semua siswa belajar lebih banyak ketika dihadapkan pada topik yang menarik.
2.
Ekspektasi dan Nilai
Feather
1982, Wigield dan Eccles,2000 mengemukakan motivasi bisa berperan aktif
tergantung pada 2 hal:
a. Siswa harus
memiliki harapan yang tinggi (ekspektasi) bahwa mereka akan sukses.
b.
Nilai, siswa harus
yakin dalam mengerjakan tugas pasti ada manfaatnya baik langsung maupun tidak
langsung.
b.
Menghayati Nilai-nilai Orang Lain
Semakin
dewasa seseorang akan cenderung mengadopsi nilai-nilai yang ada disekitarnya.
Fenomena ini dinamakan motivasi yang
terinternalisasi/ motivasi yang dihayati.
Tiga
hal yang mendorong perkembangan motivasi yang dihayati yaitu :
a)
Anak yang sedang tumbuh membutuhkan lingkungan yang hangat,
responsif dan supportif dari orang-orang
terdekat mereka.
b)
Mereka membutuhkan otonomi tertentu.
c)
Mereka membutuhkan panduan dan struktur yang kuat.
Mengembangkan
Ekspektasi dan Nilai di Kelas
Para
ahli motivasi memberikan saran bagaimana mengembangkan nilai yang sejati dalam
setiap mata pelajaran :
a.
Jelaskan bagaimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip tertentu
dapat membantu siswa memahami dunia
sekitar dengan baik.
b.
Hubungkan berbagai informasi dan ketrampilan dengan kepedulian saat
ini dan tujuan jangka panjang.
c.
Tanamkan penggunaan kemampuan dasar dalam konteks
tugas-tugas dunia nyata yang bermakna.
d.
Contohkan bagaimana cara menghargai aktivitas akademik.
e.
Jangan meminta siswa untuk terlibat dalam berbagai aktivitas yang kurang
bermanfaat dalam jangka panjang.
3.
Tujuan
Menurut
sasarannya tujuan itu ada tujuan jangka pendek ada tujuan jangka panjang.
Secara umum jenis tujuan terbagi menjadi 4:
3.1.
Tujuan Prestasi
Tujuan
yang ingin ditunjukkan siswa dalam berbagai bidang melalui motivasi prestasi.
Tujuan prestasi terbagi menjadi 4, yaitu
a)
Tujuan
penguasaan, yaitu suatu tujuan yang ingin memperoleh tambahan pengetahuan dengan menguasai
ketrampilan baru.
b)
Tujuan performa, yaitu suatu hasrat yang ingin menampilkan diri sebagai orang yang kompeten dalam bermain
dimata orang lain.
c)
Tujuan pendekatan performa, yaitu siswa ingin tampak bagus dan mendapat penilaian positif dari orang lain.
d)
Tujuan penghindaran performa, yaitu menghindari penampilan buruk dan berpenilaian negatif.
Pengaruh Tujuan Penguasaan dan Tujuan Performa.
Tujuan
penguasaan merupakan situasi optimal. Siswa dengan tujuan penguasaan cenderung
lebih aktif terlibat dalam suatu aktivitas, memusatkan perhatian dan menyimpan
memorinya untuk tujuan jangka panjang. Mereka
sadar belajar adalah keadaan yang harus tetap dipertahankan walaupun dalam
keadaan yang sesulit apapun.
Tujuan
performa, ada 2 yaitu bersifat positif dan negatif. Khusus untuk yang negatif disebut juga tujuan penghindaran
performa. Tujuan ini
cenderung menjauhi tugas-tugas sulit yang suatu aktivitas.
Tujuan
pendekatan perforna merupakan pendekatan campuran. Suatu saat akan berdampak
positif, bila dikombinasikan dengan tujuan penguasaan. Bisa juga berdampak
negatif bila tujuan pendekatan performa ini dilakukan tanpa upaya yang
maksimal. Misalnya siswa yang ingin nilai bagus tanpa tujuan penguasaan hanya
mencoba menyontek pada waktu ujian.
3.2.
Tujuan Penghindaran Kerja
Tujuan menghindari performa yang buruk sering dilakukan siswa.
Namun pada kesempatan lain banyak siswa yang menghindari mengerjakan tugas
bahkan enggan untuk berusaha secara maksimal.
Ada 2 tujuan penghindaran performa :
a) Siswa cenderung memiliki self
efficacy yang rendah. Dengan
menghindari tugas, mereka dapat menyembunyikan kemampuan yang rendah.
b) Mereka mungkin tidak mengetahui manfaat dari penguasaan materi tersebut.
Membangkitkan
motivasi untuk menumbuhkan performa menjadi tugas pendidik, mungkin dengan
penguatan ekstrinsik dan strategi-strategi yang tepat yang dapat menggugah minat
dan tujuan penguasaan.
3.3.
Tujuan Sosial
Berinteraksi
dengan semua teman menjadi prioritas tertinggi, mereka dimungkinkan siswa
mempunyai tujuan sosial. Tujuan sosial mereka bermacam-macam, ada yang
bertujuan status, popularitas, ingin menjadi bagian dan sebagainya.
Tujuan-tujuan
sosial siswa mempengaruhi perilaku dan performa akademik mereka dikelas.
1.
Jika ingin memperoleh perhatian dari guru, siswa berusaha
mendapatkan nilai baik melalui tujuan performa
2.
Jika mencari hubungan akrab dengan temannya, mereka akan terlibat
aktif dalam aktivitas Tertentu yang dapat mengembangkan tujuan penguasaan.
3.
Jika mereka ingin mengembangkan hubungan dengan teman-temannya,
mereka akan meminta bantuan dari teman-temannya, kecuali dalam hal
kemampuannya.
4.
Jika mereka ingin mendapat persetujuan dari teman yang berprestasi
rendah, mereka akan mengerahkan usaha yang minim, mungkin untuk tujuan
penghindaran kerja.
Sebagai
guru harus membantu siswa dalam mencapai tujuan sosialnya terutama yang
berorientasi akademik.
3.4.
Tujuan Karier
Semakin
dewasa anak akan semakin stabil dalan menentukan tujuan kariernya. Dulu
laki-laki selalu menetapkan kariernya lebih tinggi dari kaum perempuan. Namun
kini telah banyak berubah. Bisa jadi wanita yang mempunyai cita-cita lebih
tinggi dari laki-laki. Minimal sejajar.
Mengkordinasikan
Berbagai Tujuan
Sebagian
siswa mungkin memiliki tujuan yang bermacam-macam. Dalam sekali aktivitas
mungkin bisa mencapai dua tujuan misalnya sosial sekaligus tujuan prestasi
secara bersama-sama.
Cara
mengkoordinir berbagai tujuan dengan mendahulukan tujuan yang lebih penting/
mendesak. Bila tidak dimungkinkan mencapai dua tujuan sekaligus, maka satu
tujuan dulu harus didapatkan.
3.5.
Tujuan Inti
Tujuan inti adalah salah satu tujuan diantara banyak tujuan
yang menggerakkan sebagian besar hal
yang mereka lakukan. Tujuan inti lebih bersifat jangka panjang. Oleh karena itu
membutuhkan waktu dan perhatian yang lebih. Siswa tidak akan berusaha maksimal
bila untuk tujuan penguasaan tidak diberikan tugas-tugas yang terlalu
menantang, sekaligus sebagai pencapaian tujuan inti.
4.
Atribusi
Sejauhmana
siswa membuat hubungan mental antara hal-hal yang mereka lakukan dengan hal-hal
yang terjadi pada mereka, faktor apa saja yang mempengaruhi berbagai peristiwa
dalam kehidupannya, mengenai hal-hal yang mendorong keberhasilannya juga
kegagalannya. Itulah yang dimaksud atribusi.
Atribusi siswa bervariasi dalam 3 hal:
· Locus (Internal
versus eksternal)
Siswa
kadang mengatribusi/ menghubungkan peristiwa dengan hal-hal yang bersifat
internal (faktor dari dalam dirinya sendiri).
· Stabilits
(stabil versus tidak stabil)
Siswa
kadang percaya suatu peristiwa disebabkan oleh hal-hal yang stabil/ tidak bisa
berubah.
· Tingkat
pengendalian (dapat dikendalikan versus tidak dapat dikendalikan)
Suatu
saat siswa akan mengatribusi hal-hal yang bisa dikendalikan/bisa diubah.
Atribusi adalah contoh yang sangat bagus tentang proses kontruksi
pengetahuan. Siswa menafsirkan peristiwa-peristiwa baru berdasarkan pengetahuan
dan keyakinan yang ada tentang diri mereka dan dunia, kemudian mengembangkan
apa yang menjadi penjelasan yang masuk akal terhadap apa yang telah terjadi.
Sebenarnya rendahnya bakat (atribusi intern), cara mengajar yang
buruk (atribusi ekstern) pada faktor stabil yang tidak bisa dikendalikan bisa
berubah menjadi bisa dikendalikan kalau dibantu oleh pendidik/tutor yang lebih
memberi pemahaman dengan membangkitkan motivasi kognitifnya dan menunjukkan
jalan kesuksesan, maka siswa akan mengatribusi performennya secara positif
yaitu dengan usaha dan strategi yang lebih baik.
Bagaimana atribusi mempengaruhi afeksi,
kognisi dan perilaku
Atribusi
siswa mempengaruhi sejumlah faktor yang secara langsung maupun tidak,
mempengaruhi performanya dimasa mendatang :
1.
Reaksi emosional
terhadap kesuksesan & kegagalan. Siswa senang jika berhasil. Siswa akan
bangga dan puas, jika dapat mengatribusi kesuksesannya dengan penyebab
internal. Siswa cenderung bersyukur, jika mengaitkan kesuksesannya dengan
tindakan orang lain (penyebab eksternal). Sebaliknya siswa sedih jika gagal
yang disebabkan oleh dirinya dan akan memacu semangatnya untuk memperbaiki. Namun
siswa yang merasa kegagalannya disebabkan oleh orang lain, dia akan marah dan
emosi.
2.
Ekspektasi akan
kesuksesan atau kegagalan di masa mendatang. Siswa yang optimis, mereka yang
memiliki ekspektasi tertinggi untuk sukses di masa mendatang, yaitu siswa yang
mengatribusikan kesuksesan mereka dengan faktor-faktor stabil yang dapat
diandalkan, seperti kemampuan bawaan dan etos kerja yang abadi dan mengatribusi
kegagalan mereka dengan factor yang stabil yakni kurangnya usaha atau strategi
yang tidak tepat.
3.
Pilihan dimasa yang
akan datang. Siswa yang percaya akan kesuksesannya dimasa mendatang, tidak akan
menghindari aktivitas yang menunjang kesuksesannya.
4.
Usaha &
ketekunan. Ketika siswa percaya bahwa penyebab kegagalan adalah kurangnya
usaha, maka dia akan semakin tekun. Jika percaya bahwa penyebab kegagalan
adalah faktor bawaan, maka dia mudah menyerah bahkan tidak dapat mengerjakan
tugas yang sebelumnya pernah sukses dikerjakannya.
5.
Strategi belajar
& performa di kelas. Siswa yang berharap sukses di kelas dan percaya bahwa
kesuksesan akademik buah dari mereka sendiri lebih mungkin menerapkan strategi
belajar yang efektif. Sebaliknya siswa yang meyakini kegagalan mereka di luar
kendalinya, akan menolak strategi belajar efektif dan lebih memilih pada metode
hafalan.
Tren perkembangan
dalam atribusi
Saat
tumbuh semakin dewasa, anak semakin mampu membedakan macam atribusi.
Tabel Trend
Perkembangan Motivasi di Berbagai Jenjang
Kelas
|
Karakteristik Sesuai Usia
|
Strategi yang Disarankan
|
1-2
|
-
Perubahan minat yang cepat,
dipicu oleh pengalaman, fantasi atau aktivitas yang menghibur.
-
Mengejar aktivitas yang menarik
& menyenangkan tanpa menghiraukan ekspektasi akan kesuksesan
-
Kepercayaan bahwa usaha yang
tinggi menandakan kemampuan yang tinggi
-
Kecenderungan mengatribusikan
kesuksesan dengan kerja keras dan latihan, yang menghasilkan optimism tentang
apa yang dapat dicapai
|
-
Libatkan minat siswa dalam
topic penting melalui aktivitas yang aktif & nyata yang menyerupai
permainan.
-
Ajaklah siswa membaca, menulis
& mempelajari ketrampilan-ketrampilan dasar, melalui buku & materi
pelajaran yang menarik.
-
Tunjukkan pada siswa bahwa
mereka telah berkembang sepanjang waktu.
-
Tunjukkan bahwa latihan &
usaha berperan terhadap perkembangan itu.
|
3-5
|
-
Muncul minat yang agak stabil
-
Meningkatkan focus pada tujuan
performa
-
Pengakuan bahwa orang yang
kemampuannya lebih rendah harus bekerja lebih keras, agar sukses
-
Meningkatnya kepercayaan
tentang kemampuan bawaan yang signifikan
-
Meningkatnya kesadaran tentang
jenis atribusi
|
-
Izinkan siswa untuk mengejar
minat pribadi
-
Tunjukkan antusiasmu,
komunikasikan banyak topic yang dipelajari untuk dirinya
-
Sediakan dukungan siswa untuk
memperoleh kemahirannya
|
6-8
|
-
Meningkatnya minat sesuai
jender
-
Ekspektasi yang tinggi akan
kesuksesan
-
Penurunan nilai yang dirasakan
dari banyak bidang
-
Meningkatnya interaksi dengan
teman
|
-
Kembangkan minat siswa
-
Kaitkan pelajaran dengan tujuan
jangka panjang siswa
-
Sediakan kesempatan
berinteraksi social
-
Fokuskan perhatian untuk
memperbaiki mereka
|
9-12
|
-
Meningkatnya integrasi minat
& nilai dalam perasaan diri
-
Tujuan performa adalah l lazim
-
Meningkatnya tindakan menyontek
adalah cara mencapai tujuan performa
-
Kurangnya strategi pengaturan
diri untuk mencapai tujuan
|
-
Sediakan kegiatan
ekstrakurikuler
-
Berilah ruang siswa untuk
memperoleh nilai yang masuk akal
-
Meminimalkan u menyontek
-
Ajarkan strategi pengaturan
diri.
|
Pandangan tentang intelgensi :
1.
Pandangan incremental
: kepercayaan bahwa intelgensi dapat dibentuk melalui usaha dan latihan.
2.
Pandangan entitas :
kepercayaan bahwa intelgensi adalah kemampuan yang khas yang relative permanen
dan tidak dapat diubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan atribusi :
1.
Kesuksesan dan
kegagalan masa lalu. Siswa biasanya sukses, ketika memberikan usaha yang
terbaik pada sebuah tugas. Siswa yang gagal mengatribusi kesuksesan berada
diluar kendalinya.
2.
Isyarat situasional.
Karakteristik yang spesifik dalam
situasi tertentu sering mempengaruhi atribusi siswa. Siswa mengatribusi bahwa
kegagalan disebabkan kesulitan tugas, jika siswa yang lain juga gagal. Namun
siswa akan mengatribusi kegagalan karena kurangnya kemampuan, jika yang lainnya
sukses.
3.
Pesan dari orang
lain. Orang tua, guru dan orang penting sering mengkomunikasikan kepercayaan
mereka tentang kekuatan dan kelemahan siswa serta tafsiran mereka tentang
kesuksesan dan kegagalan siswa.
4.
Manajemen citra
(image management). Atribusi yang diekspresikan siswa tidak selalu mencerminkan
kepercayaan yang sebenarnya tentang kesuksesan dan kegagalan mereka.
Orientasi Penguasaan versus Ketidakberdayaan yang Dipelajari
Ø
Orientasi Penguasaan
(optimis) : kepercayaan umum yang tertanam pada seseorang bahwa dia mampu
menyelesaikan tugas yang menantang. (menetapkan tujuan yang ambisius, mencari
situasi yang menantang, tetap tekun dan
bertahan dihadapan kegagalan).
Ø
Orientasi
Ketidakberdayaan (pesimis) : kepercayaan umum yang tertanam pada seseorang
bahwa dia tidak akan sukses. (menetapkan tujuan yang mudah dicapai, menghindari
tantangan dan mudah menyerah). Menghadapi siswa seperti ini bersikaplah
konsisten dan gigih dalam usaha untuk membantu mereka berhasil.
Ekspektasi dan Atribusi Guru
Guru biasanya menyimpulkan
tentang siswa mereka relative awal di tahun ajaran, dengan membentuk opini awal
tentang kekuatan, kelemahan dan potensi masing-masing siswa untuk mencapai
kesuksesan akademik.
Guru sering meremehkan siswa yang
: secara fisik tidak menarik, berperilaku tidak pantas di kelas, berbicara
dalam dialek tidak standart, merupakan anggota kelompok minoritas, dari keluarga
berpenghasilan rendah.
Banyak guru menganut paham
entitas tentang intelgensi (performa siswa sering disebabkan oleh kemampuan
yang relative stabil), hal ini membuat ekspektasi yang stabil, yang pada
gilirannya mereka memperlakukan siswa secara berbeda. Misalnya :
1.
Ketika para guru
memiliki ekspektasi yang tinggi bagi siswa, mereka menyajikan lebih banyak materi pelajaran & topik yang sulit, lebih
sering kali berinteraksi dengan siswa, menyediakan banyak kesempatan bagi siswa
untuk merespon serta memberi umpan balik yang positif dan spesifik.
2.
Ketika guru memiliki
ekspektasi yang rendah bagi siswa tertentu, mereka memberikan sedikit tugas
sulit, mengajukan pertanyaan yang lebih mudah, menawarkan lebih sedikit
kesempatan untuk berbicara, memberikan sedikit umpan balik
Bagaimana Ekspektasi &
Atribusi Guru Mempengaruhi Prestasi Siswa
Ekspektasi dan atribusi guru
mungkin memunculkan apa yang disebut self fulfilling prophery : apa yang guru
ekspektasikan untuk dicapai siswa menjadi benar-benar dicapai siswa. Dalam
sebuah penelitian Rosental & Jacobson, Mei 1964 :
1.
Kendati palsu, anak
yang terpilih membuat prestasi lebih besar selama tahun ajaran, guru menilai
anak-anak ini secara positif, hasilnya dramatis.
2.
Ekspektasi guru tidak
selalu menghasilkan self fulfilling prophery. Guru mungkin memiliki ekspektasi
yang rendah dengan menawarkan jenis instruksi dan bantuan yang dibutuhkan siswa
untuk berkembang, dan siswa tersebut benar-benar berkembang.
3.
Adapula siswa yang
mengembangkan sikap “Aku akan menunjukkan kepadamu” yang memacu mereka dalam
meraih prestasi yang lebih besar dibandingkan yang diantisipasi gurunya.
4.
Adapula orang tua
yang turut campur dan memberikan bukti bahwa anak mereka lebih mampu
dibandingkan dengan apa yang diduga guru.
Secara khusus, berhati-hatilah
untuk tidak membentuk ekspektasi yang tak berdasar bagi para siswa yang berada
dimasa transisi dalam karir akademik mereka.
Membentuk Ekspektasi dan Atribusi
yang Produktif bagi Performa Siswa.
1.
Ingatlah bahwa guru
dapat membuat perbedaan : kita harus selalu mengevaluasi kembali ekspektasi dan
atribusi kita bagi masing-masing siswa.
2.
Carilah kekuatan pada
setiap siswa : Pertimbangkan berbagai kemungkinan penjelasan tentang prestasi
yang rendah dan perilaku tidak pantas yang ditampilkan siswa : jika kita
berfikiran terbuka tentang sumber masalah siswa, kita akan mampu mengatasinya.
3.
Komunikasikan
atribusi yang optimis dan dapat dikendalikan : strategi terbaiknya adalah
mengatribusikan kesuksesan dengan kemampuan yang relative stabil dan faktor
yang bisa dikendalikan (sehingga menumbuhkan optimisme dan kesuksesan di masa
depan). Sedangkan dalam mengatribusi kegagalan harus pada strategi belajar
bukan kemampuan bawaan.
4.
Belajarlah lebih
banyak mengenai latar belakang dan lingkungan rumah siswa : ketika guru
memiliki gambaran yang jelas tentang aktivitas, perilaku, nilai dan keluarga
mereka, kita jauh lebih mungkin memikirkan mereka sebagai individu yang membawa
serangkaian kekuatan individual dan budaya yang unik ke kelas.
5.
Nilailah kemajuan
siswa secara obyektif dan sering : guna membuat keputusan instruksional
pengajaran.
Keberagaman dalam Aspek-aspek
Kognitif Motivasi
1.
Perbedaan budaya dan
etnis
-
Para siswa dari latar
belakang kebudayaan yang beranekaragam, mendefinikan kesuksesan secara berbeda
dan akibatnya mungkin menetapkan tujuan prestasi yang berbeda.
-
Latar belakang budaya
dan etnis siswa juga mempengaruhi atribusi mereka.
2.
Perbedaan gender
-
Laki-laki dan
perempuan cenderung menemukan nilai (value) yang lebih besar atau lebih kecil
dalam berbagai bidang akademik, tergantung pada apakah mereka memandang bidang-bidang ini
secara stereotype sesuai bagi jender mereka.
-
Beberapa study
penelitian mengidentifikasikan bahwa laki-laki cenderung mengatribusikan
kesuksesan dengan kemampuan yang agak stabil dan kegagalan mereka dengan
kurangnya usaha
3.
Perbedaan sosio
ekonomi
-
Siswa dari keluarga
berpenghasilan rendah akan berkembang baik, jika gurunya memiliki ekspektasi
yang tinggi.
-
Tugas kelas yang
bermakna dan relevan secara pribadi secara khusus penting untuk memotivasi
siswa dari keluarga berpenghasilan rendah.
-
Komunikasikan bahwa
kesuksesan akademik mensyaratkan kerja keras tidak hanya di sekolah menengah,
melainkan juga di perguruan tinggi.
Mengadopsi
Siswa-siswa Berkebutuhan Khusus
Tabel Siswa dalam Kondisi Inklusif
Mendorong Persepsi & Keyakinan yang Memotivasi
pada Siswa Berkebutuhan Pendidikan Khusus
Kategori
|
Karakteristik yang
Mungkin Diamati
|
Strategi yang
disarankan di Kelas
|
Siswa yang
mengalami masalah kognitif atau akademik yang specifik
|
-
Kecenderungan mengatribusikan
kesuksesan dengan penyebab eksternal (Keberuntungan)
-
Cenderung mudah menyerah
|
-
Ajarkan siswa strategi belajar
yang efektif & doronglah siswa mengatribusikan kesuksesan dengan strategi
tersebut
-
Doronglah siswa mengatribusi kegagalan
dengan kurangnya usaha & strategi yang tidak efektif
|
Siswa yang
mengalami masalah social atau perilaku
|
-
Mempersepsikan tugas di kelas,
kurang relevan dengan kebutuhan & tujuan pribadi
-
Kecenderungan mengatribusi
negative dengan factor yang tidak dapat dikendalikan
|
-
Kaitkan kurikulum dengan
kebutuhan dan minat siswa
-
Tekankan hubungan sebab akibat,
antara tindakan dan hasil
|
Siswa yang
mengalami keterlambatan umum dalam fungsi kognitif & sosial
|
-
Kemampuan terbatas untuk
mengkonseptualisasikan tujuan jangka panjang.
-
Kecenderungan mengatribusi
prestasi yang buruk dengan kemampuan yang rendah
|
-
Tetapkan tujuan yang spesifik
bagi performa
-
Bantulah siswa melihat hubungan
antara tindakan siswa dengan konsekuensi yang dihasilkan
|
Siswa yang
mengalami masalah fisik atau sensori
|
-
Adanya cita-cita karier yang
tinggi
|
-
Bantulah siswa mengidentikasi
jalur karier yang cocok dengan specific mereka
-
Perkenalkan siswa yang
berprestasi di level yang tinggi meski memiliki kelamahan fisik
|
Siswa yang
perkembangan Kognitifnya tinggi
|
-
Antusias menghadapi tantangan
-
Keterarahan pada tujuan diatas
rata-rata
-
Atribusi internal & self
confident akan prestasi di kelas
|
-
Sediakan waktu pemagangan
-
Doronglah siswa pada tujuan
yang tinggi tanpa mengharap kesempurnaan
|
Banyak strategi meningkatkan motivasi siswa di dalam
kelas yang dapat dirangkum dalam enam kata
: Task Autonomy Recognition Grouping Evaluation Time.
Tabel Enam Prinsip TARGET dalam Motivasi
Prinsip
|
Implikasi terhadap Pendidikan
|
Contoh
|
Tugas
(Task) di kelas mempengaruhi motivasi
|
- Sajikan topic baru mengenai hal yang
menarik bagi siswa
- Doronglah pembelajaran yang bermakna
- Kaitkan dengan aktivitas dan tujuan siswa
|
- Siswa diminta melakukan penelitian ilmiah
|
Jumlah Otonomi (Autonomy) yang
dimiliki siswa mempengaruhi motivasi intrinsik
|
- Berilah siswa pilihan tentang apa &
bagaimana mereka belajar.
- Ajarkan strategi pengaturan diri
- Mintalah opini siswa tentang praktek
& kebijakan di kelas
- Mintalah siswa mengambil peran
kepemimpinan dalam beberapa aktivitas
|
- Biarkan siswa memiliki salah satu cara
diantara banyak cara lain untuk mencapai suatu tujuan instruksional
|
Jumlah dan Bentuk pengakuan (Recognition) yang
diterima siswa mempengaruhi motivasi.
|
- Akuilah tidak hanya kesuksesan akademik,
tetapi juga pribadi dan social.
- Pujilah siswa atas perkembangan dan
penguasaannya
- Sediakan penguat konkret bagi prestasi
hanya ketika siswa kurang / tidak memiliki motivasi intrinsic ketika belajar.
- Tunjukkan kepada siswa bagaimana usaha
dan strategi mereka memainkan peran langsung terhadap kesuksesan mereka.
|
- Pujilah siswa atas proyek layanan
masyarakat yang sukses
|
Prosedur pengelompokkan (Grouping)
di kelas mempengaruhi motivasi
|
- Sering-seringlah menyediakan kesempatan
bagi siswa untuk berinteraksi
- Rencanakan aktivitas dimana semua siswa
dapat membuat kontribusi yang berharga
- Ajarkan ketrampilan social untuk
berinteraksi dengan temannya
- Ciptakan suasana saling peduli,
menghargai dan mendukung.
|
- Mintalah siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengatasasi isu yang menantang, yang tidak ada
pilihan yang benar
|
Bentuk evaluasi (Evaluation) di
kelas mempengaruhi motivasi
|
- Buatlah agar criteria evaluasi itu jelas,
tentukan criteria itu sebelumnya.
- Minimalkan / hilangkan persaingan untuk
mengejar nilai
- Berilah siswa
|
- Berilah siswa criteria konkrit yang
memandu mereka dalam mengevaluasi kualitas tulisan mereka sendiri
|
Bagaimana guru menjadwalkan waktu
(Time) mempengaruhi motivasi
|
- Berilah siswa cukup waktu untuk menguasai
topic & ketrampilan yang penting
- Biarkan minat siswa diakomodasi dalam aktivitas
dalam jadwal mingguan
- Masukkan variasi dalam aktivitas sekolah
- Sediakan kesempatan pada hari sekolah
untuk pembelajaran mandiri
|
- Setelah menjelaskan konsep baru, berikan
aktivitas yang nyata dan konkret yang memungkinkan siswa melihat penerapan konsep tersebut
secara nyata.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar