Rabu, 22 Desember 2021

Manajemen Kesiswaan Pendidikan Islam

 


Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan, agar pendidikan berjalan dengan lancar, tertib, teratur, serta mampu mencapai tujuan pendidikan sekolah. Yang dimaksud kesiswaan di sini berlaku pula untuk santri dan mahasiswa. Manajemen kesiswaan meliputi tahap penerimaan siswa (penjaringan), tahap proses pembelajaran (pemrosesan) dan tahap persiapan studi lanjut/bekerja (pendistribusian). Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka diperlukan proses yang maksimal dalam setiap tahap.

Tahap penerimaan siswa/santri/mahasiswa baru

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh, yakni:

  1. Promosi dan publikasi sepanjang tahun, terutama pada moment penting
  2. Mengalokasikan dana yang memadai untuk publikasi
  3. Memiliki media promosi pribadi, seperti radio untuk memaksimalkan publikasi
  4. Membentuk group khusus sesuai minat masyarakat sekitar. Misalnya jika masyarakat hobby basket, maka sekolah/madrasah/pesantren/perguruan tinggi dalam membentuk kelompok tersebut.
  5. Melakukan pembinaan pada lembaga yang memiliki level lebih rendah, yang diharapkan dapat menjadi basis calon siswa.
  6. Menjalin hubungan baik dengan pemimpin lembaga  pendidikan pada level yang lebih rendah
  7. Menjalin hubungan baik dengan tokoh-tokoh kunci (key people)
  8. Memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi dan lemah secara ekonomi
  9. Memberikan kebebasan seluruh biaya pendidikan dan memberikan tambahan fasilitas kepada siswa yang berprestasi terbaik.
  10. Menerima siswa/santri/mahasiswa dari seluruh lapisan intelektual, sosial dan budaya meskipun masing-masing juga perlu pembatasan (Mujamil, 2016).

Manajer lembaga pendidikan Islam, baik pada level lembaga yang baru berkembang maupun yang sudah maju, harus menekankan proses untuk mencapai tujuan yang maksimal baik pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik, serta metakognitif. Inilah misi pendidikan Islam yang sebenarnya yakni mengubah keadalah siswa/santri/mahasiswa menjadi keadaan yang positif-konstruktif, dinamis emansipatoris dan potensial-kompetitif.

Pada pesantren tradisional, terdapat penerimaan santri sewaktu-waktu. Hal ini sebenarnya tidak mempermudah dalam proses pengajaran.

Penerimaan siswa baru terdapat beberapa pendekatan, yang perlu ditempuh, yakni:

  1. Pendekatan formal: melalui brosur, spanduk, baliho, radio, televisi dan media massa.
  2. Pendekatan sosial: pemberian santunan
  3. Pendekatan kultural: mendirikan club sesuai minat masyarakat
  4. Pendekatan rasional-profesional: menunjukkan kelebihan lembaga pendidikan Islam yang sedang dikelola
  5. Pendekatan ideologis: ditempuh dengan menggunakan bahasa agama

Tahap Pembelajaran

Setelah siswa/santri/mahasiswa diterima, ada beberapa langkah lanjutan yang ditempuh, yakni:

  1. Pengelompokkan secara homogen atau heterogen
  2. Penentuan program belajar
  3. Penentuan strategi pembelajaran
  4. Pembinaan disiplin dan partisipasi siswa dalam belajar
  5. Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
  6. Penentuan kenaikkan kelas atau prestasi belajar

Terkait dengan tahapan diatas, terdapat prinsipdasar dalam manajemen kesiswaan, yakni sebagai berikut:

  1. Siswa diperlakukan sebagai subjek. Siswa diharapkan berperan aktif, berinisiatif, dan berkreasi dalam proses pembelajaran di sekolah.
  2. Kondisi siswa beragam baik fisik, intelektual, ekonomi, minat dan sebagainya. Mereka tidak dapat dipaksa untuk melakukan hal yang sama. Keragaman perlakuan bukan dimaksudkan untuk mendiskriminasikan, akan tetapi penyesuaian yang bersifat solutif.
  3. Siswa akan termotivasi belajar, jika mereka menyukai apa yang diajarkan. Guru diharapkan mampu menampilkan pola-pola pembelajaran bagi siswa dengan berbagai metode dan media. Siswa tidak dibebani dengan tugas yang memberatkan, guru hendaknya dapat membuat pikiran siswa rileks dan nyaman, akan tetapi proaktif dan menggembirakan.
  4. Pengembangan potensi siswa meliputi kognitif, afektif, psikomotorik (Mujamil, 2016) serta metakognitif.. Sebagai pengalaman Thomas Alfa Edison yang dikeluarkan dari sekolah, karena kognitifnya dinilai lemah. padahal ternyata psikomotoriknya sangat menonjol, hingga menemukan listrik yang sangat bermanfaat bagi umat sejagad raya

Persiapan studi lanjut atau bekerja

Pada tahap ini, masih banyak lembaga pendidikan yang tidak memperhatikan nasib siswa. Hal ini adalah sebagai kewajiban, bagi guru mengarahkan dan mengambil langkah bimbingan atau penyuluhan untuk mengelola mereka, sesuai dengan bakat dan minatnya, kemampuan mereka, ekonomi serta intelektual mereka.

Lembaga pendidikan bisa melakukan jaringan kerjasama dengan instansi terkait. Pada saat wisuda instansi atau perusahaan terkait dapat diundang untuk menyaksi dan sekaligus menjadi wahana penyaluran lebih lanjut.

Siapapun yang menjadi manajer dan apapun nama lembaga pendidikannya, selama pihak lembaga dapat mempromosikan para alumninya, maka lembaga tersebut akan mereka serbu. Karena orientasi siswa atau mahasiswa belajar terkadang bukan semata mencari ilmu melainkan untuk memperoleh pekerjaan.

Kecenderungan pragmatis diatas, perlu dibaca, dipahami dan direspon melalui pelaksanaan strategi pengembangan siswa, sehingga para calon siswa tertarik memasuki lembaga pendidikan Islam. Kelebihan lembaga harus dijaga, seperti unggul dalam intelektual, unggul dalam kepedulian, unggul dalam mengakses lapangan kerja.

Kamis, 16 Desember 2021

Tujuan Penelitian Kualitatif

 



Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian dan lokasi penelitian. tujuan penelitian kualitatif juga dapat menunjukkan rancangan yang dipilih. Peneliti perlu memperhatikan beberapa hal mendasar dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, sebagai berikut:

Gunakan istilah tujuan, maksud atau sasaran. Tulislah tujuan penelitian dalam paragrap yang terpisah, dan gunakan bahasa-bahasa penelitian, seperti “tujuan (maksud atau sasaran) penelitian ini adalah:

  1. Fokuslah pada satu fenomena (konsep atau gagasan) utama.
  2. Gunakan kata kerja seperti mendeskripsikan, memahami, mengembangkan, meneliti makna, mengamati dan sebagainya.
  3. Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral, bukan problematik.
  4. Gunakan definisi yang tentatif, karena penelitian harus berkembang
  5. Gunakan kata-kata teknis strategis/teori penelitian yang digunakan ketika pada bagian pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian, seperti teori etnografi, study kasus, fenomenologi, naratif dan juga lainnya.
  6. Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian, individu, kelompok, atau organisasi
  7. Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian
  8. Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif, gunakan beberapa bahasa yang membatasi ruang lingkup partisipan atau lokasi penelitian (Creswell, 2014).



Masalah Etis dalam Penelitian

 



 

A.       Masalah Etis yang Perlu Diantisipasi

Selain mengkonsep proses penulisan bagian-bagian proposal, peneliti juga perlu mengantisipasi masalah etis yang dapat terjadi dalam penelitiannya. Untuk memahami masalah etis yang perlu diantisipasi, peneliti harus terlibat langsung dalam pengumpulan data dari ataupun tentang orang lain.

Masalah-masalah etis harus dipahami guna membangun argumentasi dalam penelitian dan menetapkan suatu topik penting untuk format proposal. Peneliti harus:

  1. Memproteksi para partisipan mereka
  2. Membangun kepercayaan kepada partisipan
  3. Jujur dalam penelitian
  4. Mencegah kelalaian dan kecerobohan yang dapat mencemarkan nama baik organisasi dan atau institusinya
  5. Berupaya menyelesaikan masalah yang dihadapi secara arif dan bijaksana.

Permasalahan etis dapat terjadi seperti pembocoran rahasia individu, autentisitas dan kredibilitas laporan penelitian, peran peneliti dalam konteks lintas-budaya hingga masalah-masalah privasi dari data-data internet (Hesse-Bieber & Leavey, 2006; Punch, 2006; Isreal & Hey, 2006, Creswell, 2014). 

B.      Masalah Etis dalam Masalah Penelitian

Bagaimana masalah etis masuk dalam bagian latar belakang masalah penelitian?. Dalam pendahuluan proposal, peneliti mengidentifikasi satu masalah atau isu yang penting untuk diteliti dan menyajikan rasionalisasi atas pentingnya penelitian tersebut. Selain itu peneliti juga perlu mengidentifikasi suatu masalah yang menguntungkan invidu yang akan diteliti, yakni suatu masalah yang nantinya akan berguna bagi orang lain.

Gagasan inti penelitian aksi/partisipatoris adalah peneliti tidak boleh memarginalisasi atau melemahkan partisipan yang ditelitinya. Hal ini kadang terjadi, sehingga masalah penelitiannya justru semakin memarginalkan para partisipan yang diteliti. Untuk menghindari hal ini terjadi, peneliti harus membuat proyek utama agar kepercayaan partisipan dapat terbangun sehingga peneliti dapat mendeteksi marginalisasi apa saja yang tidak boleh dilakukan sebelum penelitian benar-benar dilaksanakan (Punch, 2005).

 

C.    Masalah Etis dalam Tujuan Penelitian dan Rumusan Masalah

Dalam merancang tujuan penelitian dan rumusan masalah, peneliti perlu menjelaskan tujuan penelitian kepada para partisipan. Penipuan terkadang juga muncul ketika partisipan memahami satu tujuan, tetapi penelitian memiliki tujuan lain yang berbeda. Untuk menyelesaikan masalah ini, peneliti perlu menentukan permasalahan penelitiannya. Misalnya, dalam merancang surat-surat pendahuluan untuk penelitian survey, sponsorship merupakan elemen penting yang dapat membangun kepercayaan dan kredibilitas intrumen survey yang disebarkan peneliti (Sarantakos, 2005).

 

D.       Masalah Etis dalam Pengumpulan Data

Selain mempersiapkan data apa yang akan dikumpulkan, peneliti juga perlu respek terhadap para partisipan dan tempat-tempat yang akan diteliti. Banyak masalah etis muncul selama tahap pengumpulan data.  Peneliti jangan sampai membahayakan partisipan, dan juga harus menghargai kelompok-kelompok yang rawan kekerasan. Pada beberapa perguruan tinggi dibentuk Institutional Review Board (IRB) / Intitusi peninjau atau lembaga sejenis. Komite IRB dibangun atas dasar peraturan pemerintah untuk mencegah adanya kekerasan atau pelanggaran HAM. Bagi seorang peneliti, IRB dibutuhkan untuk meninjau kemungkinan terjadinya resiko-resiko penelitian, seperti resiko fisik, psikologis, sosial, ekonomi, atau hukum (Sieber, 1998) yang mungkin saja muncul secara tiba-tiba.

Peneliti juga mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan tertentu bagi komunitas yang rawan kekerasan, seperti: anak dibawah usia 19 tahun, partisipan yang lemah mental, korban kekerasan dan bencana, para napi, pengidap AIDS.

Peneliti juga harus menyimpan proposal penelitian yang berisi prosedur-prosedur dan informasi mengenai partisipan di komite IRB kampus yang bertugas meninjau proposal penelitian. selain proposal, peneliti juga harus membuat formulir izin tertulis yang ditanda-tangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat dalam penelitian. Formulir ini menjelaskan bahwa hak-hak partisipan akan dijaga selama mengumpulkan data. Eleman dalam formulir tersebut meliputi beberapa informasi:

  1. Informasi mengenai peneliti
  2. Informasi mengenai institusi yang mensponsori
  3. Informasi mengenai prosedur-prosedur pemilihan partisipan
  4. Informasi mengenai tujuan penelitian
  5. Informasi mengenai keuntungan bagi partisipan
  6. Informasi mengenai tingkatan dan jenis keterlibatan partisipan
  7. Jaminan kerahasiaan bagi partisipan
  8. Jaminan bahwa partisipan dapat mundur kapan saja
  9. Klausa nama-nama person yang dapat dihubungi jika ada pertanyaan (Sarantakos, 2005)

Selain prosedur etis di atas, prosedur etis yang harus dipahami peneliti dalam pengumpulan data adalah persetujuan individu yang berwenang, seperti satpam yang memberikan akses peneliti untuk melakukan penelitian.

Peneliti juga harus respek pada lokasi yang diteliti agar mereka tidak memperoleh gangguan setelah melakukan penelitian.

E.        Masalah Etis dalam Analisis dan Interpretasi Data

Ketika peneliti menganalisis dan menginterpretasi data, tidak jarang masalah-masalah muncul yang mengharuskan peneliti untuk membuat keputusan etis yang tepat. Dalam mengantisipasi masalah etis ini, mempertimbangkan beberapa hal berikut:

  1. Peneliti memproteksi anonimitas individu (menggunakan nama alias) untuk memproteksi identitas mereka
  2. Data harus dijaga kerahasiannya dan setelah selesai penelitian harus dibuang agar tidak jatuh ke tangan peneliti lain yang ingin menyalahgunkannya (Sieber, 1998).
  3. Harus ada proses saling memahami antara peneliti, partisipan dan pihak fakultas (Punch, 2005)
  4. Dalam interpretasi data, peneliti perlu memastikan bahwa informasi yang diperoleh benar-benar akurat.

 

F.         Masalah Etis dalam Menulis dan Menyebarluaskan Hasil Penelitian

Selain masalah pengumpulan dan analisis data, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan:

  1. Peneliti tidak menggunakan bahasa yang bias
  2. Menekan pemalsuan dan praktik curang
  3. Memberikan gandaan publikasi pada pihak yang diteliti
  4. Tidak perlu eksploitasi nama staf akademik, jika mereka tidak terlibat dalam suksesnya penelitian
  5. Peneliti harus mengeskpos detil penelitian, agar pembaca dapat mengetahui kridebilitas penelitian tersebut.


Revitalization of intellectual consciousness HMI-Wati dalam Membangun Eksistensi KOHATI Komisariat IAIN Kediri yang Progresif

Pendahuluan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), didirikan di Yogyakarta oleh Lafran Pane bersama 14 orang temannya pada tanggal 14 Februari 19...