Pendahuluan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), didirikan di Yogyakarta oleh
Lafran Pane bersama 14 orang temannya pada tanggal 14 Februari 1947. HMI
didirikan memiliki tujuan: 1) Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat Rakyat Indonesia; 2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran
agama Islam; 3) Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam; 4)
Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam [1]
HMI Wati (KOHATI) didirikan pada 17 September 1966 M pada
Kongers VIII di Solo. KOHATI merupakan badan khusus HMI yang bertugas membina,
mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika
gerakan keperempuanan di HMI setingkat. KOHATI berfungsi sebagai wadah
peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika
keperempuanan. Pada tingkat internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang
keperempuanan, sedangkan pada tingkat eksternal HMI, berfungsi sebagai
organisasi perempuan.
KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut : “Terbinanya
Muslimah yang berkualitas Insan Cita” dan “Insan akademis, pencipta, pengabdi
yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhai Allah swt”. Dengan rumusan tujuan ini KOHATI memposisikan
dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI (mencapai 5 kualitas
insan cita) tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk
menjadi muslimah yang berkualitas insan cita.
Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan
di KOHATI ditujukan untuk peningkatan kualitas dan peranannya dalam wacana
keperempuanan. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-Wati tidak saja di KOHATI
dan HMI, tetapi juga dalam masyarakat luas, terutama dalam merespon,
mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan. Dengan demikian, maka jelas bahwa
tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada pencapaian tujuan HMI [2].
Berdasarkan latar belakang pendirian HMI dan KOHATI di atas, maka
KOHATI harus membekali dirinya dengan meningkatkan kualitasnya sehingga anggota
KOHATI memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual,
kemampuan profesional serta kemandirian dalam merespon, mengantisipasi berbagai
wacana keperempuanan yang berkembang dalam masyarakat. Untuk itu tradisi
intelektual yang ada pada HMI-Wati (KOHATI) harus direvitalisasi atau
dihidupkan dan digiatkan kembali.
Ketika tradisi intelektual hidup dan bangkit kembali
insaallah ke arah maka kemajuan, kebangkitan dan kenaikkan derajat akan
dimiliki oleh HMI-Wati. Pajak kendaraan bermotor saja bertambah apalagi para
perempuan yang memiliki tradisi intelektual.
"Waktu zaman abang HMI dulu,
HMI punya tradisi intelektual yang tidak diragukan, rebutan baca buku, berlomba
mengeluarkan referensi, kajian yang berlimpah. Waktu zaman abang dulu, HMI itu
kuat. Waktu zaman abang dulu, HMI itu memasyarakat. Waktu zaman abang dulu, HMI
itu kritis. Waktu zaman abang dulu, HMI itu idealis," dst. Kata-kata itu
selalu terlontar setiap kali KAHMI berdialog dengan kader, dialog yang terjadi
hampir selalu sama, lagi-lagi romantisme sejarah. Sejarah "emas" HMI
sepertinya hanya pada zaman mereka, dan kader HMI terkungkung di
"ketiak" sejarah keemasan itu [3].
Demikianlah kalimat yang sering kita dengar dari Kakak-kakak
kita. Kalimat ini menunjukkan rasa sayangnya Kakak-kakak kita kepada HMI saat
ini. Mereka yang mengingatkan untuk menuju kepada kebaikkan hal ini menunjukkan
mereka sayang kepada kita. Maka, marilah mulai saat ini kita berikhtiar untuk
mengembalikan adat/tradisi intelektual HMI agar kita dapat memperoleh kembali
masa keemasan. Yakni HMI yang memiliki visi ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an. Tri
komitmen HMI yakni; Keindonesiaan, Keislaman dan Kemahasiswaan. Namun patut diakui bila menurunnya tradisi intelektual
disebabkan beberapa faktor, antara lain: sistem pendidikan tinggi yang terjebak
pada formalitas ijazah dan orientasi nilai; situasi nasional yang mendorong
mahasiswa terlibat dalam politik praktis; serta rekrutmen kader yang masih
berorientasi pada kuantitas bukan kualitas. Beberapa faktor munculnya persoalan
menurunnya tradisi intelektual ini perlu diselesaikan.
Pembahasan
Revitasilasi adalah proses, cara dan perbuatan yang dilakukan
untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali suatu program atau kegiatan. Dengan
revitalisasi, kualitas suatu program dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan dengan
lebih baik [4]. Dari pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa revitalisasi adalah suatu proses atau cara yang dilakukan guna
menggiatkan kembali program yang belum maksimal agar dapat memberikan hasil dan
manfaat yang optimal.
HMI bercita-cita mewujudkan terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas
terwujudknya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT. HMI perlu mereview
agar tetap istiqomah dengan khittahnya sebagai organisasi sosial dan gerakan
intelektual; yang populis (Paham yang mengakui dan menjunjung tinggi
hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil) bukan organisasi pragmatis (bersifat
mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan/kemanfaatan) dan terlalu elitis
(kelompok yang terpandang). Responsif terhadap keadaan bangsa, merupakan
tanggungjawab kita semua yakni mahasiswa sebagai penyambung aspirasi
masyarakat.
Dengan demikian HMI-Wati harus senantiasa berikhtiar menjadi
mahasiswa yang memiliki khittah sosial dan tradisi intelektual. Tradisi
intelektual memang mudah diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. Tetapi
awal bisa adalah biasa. HMI-Wati yang intelek memiliki kebiasaan para
intelektual. Kebiasaan yang dimiliki para intelektual. Apa yang membuat KAHMI
menjadi orang sukses? Salah satu yang membuatnya sukses dan berhasil, tiada
lain adalah kegemaran membaca buku, rajin berdiskusi dan melakukan kajian, dan
produktif membuat karya tulisan. Manfaat dari tradisi intelektual tersebut,
mampu mengubah kehidupan KAHMI yang dulu berbeda dengan kader HMI saat ini.
Tradisi yang telah dimiliki oleh Abang-abang HMI saat
itu sangat penting untuk dilestarikan. Contoh
ikhtiar tradisi intelektual: 1) Kajian bersama KAHMI; 2) Menerbitkan buku; 3) Menulis
di blog; 4) Menjadikan komisariat sebagai bengkel intelektual; 5) Menginfaqkan
uang jajannya untuk terselenggaranya kajian.
Kajian, terdapat beberapa aspek yakni membaca, berdiskusi, meneliti dan
menulis. Membaca merupakan gerbang pengetahuan. Setelah membaca perlu
dikomunikasikan dengan orang lain, perlu didialogkan dengan buku yang lain,
sehingga akan memperoleh pengetahuan yang baru dengan tingkat yang lebih
tinggi. Berdiskusi dapat memperluas pengetahuan, menembus batas-batas
pengetahuan, semakin rajin mencari pengetahuan-pengetahuan yang baru. Meneliti
malakukan observasi lapangan terkait dengan hal yang sudah dibaca dan yang
terjadi di lapangan. Tulisan merupakan sebuah bentuk ikatan dari pengetahuan
yang kita miliki. “Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” demikianlah ucapan
dari Ali Bin Abi Thalib. Tulisan akan
dibaca oleh banyak orang dan menjadi jariyah bagi penulisnya.
Kajian adalah ruh intelektualisme. Tokoh-tokoh yang dikenal
sebagai intelektual, semuanya terlibat, atau mellbatkan dm, dengan aktivitas
kajian. Seperti Imam Syafi'i, Imam Bukhari, Ibnu Sina, dan lain sebagainya,
mereka kesana-kemari mencari guru dan
belajar ilmu. Mereka membaca, berdiskusi dengan para intelektual, meneliti dan
membangun pemikian dan kemudian menuliskannya sehingga dapat diwariskan bagi
generasi setelahnya.
Menerbitkan buku, memiliki banyak manfaat terutama bagi diri sendiri. Antara
lain sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangan dan jerih payah diri; dengan
menulis buku akan lebih dikenal oleh banyak orang, minimal namanya; Buku lebih
mudah dijual baik online maupun off line; membangun personal branding untuk
masa depan; Daya dan upaya untuk berhasil menyelesaikan suatu karya dalam
bentuk sebuah buku adalah hal luar biasa yang patut disyukuri dan dirayakan; Memberikan
manfaat baik bagi diri maupun orang lain, terlebih jika ada income dari sana;
Adanya kepuasan batin dari seorang penulis membuat dirinya semakin bersemangat
untuk berkarya.
Menulis di Blog, beberapa orang mungkin beranggapan bahwa manfaat blog
hanyalah sekadar media untuk menuliskan artikel. Tentu tidak selalu demikian.
Nyatanya, ada begitu banyak keuntungan membuat blog bagi penulis dan juga
pembacanya. Sebagian manfaat blog adalah Berbagi pengetahuan, Menghasilkan uang
secara online; Membangun jaringan; Menjual produk; Menjadi portofolio online; Mengasah
kemampuan menulis; Mengembangkan bisnis; Membangun kepercayaan; dan Mendapatkan
lebih banyak calon pelanggan.
Menjadikan komisariat sebagai bengkel intelektual, emosional dan spiritual, menyampaikan
materi secara bergantian, berdiskusi merupakan wadah candradimuka, wadah untuk
unjuk gigi, wadah urun rembug berbagai persoalan yang ada. Dengan demikian
HMI-Wati yang rajin memanfaatkan komisariat sebagai bengkel intelektual
sehingga ia menjadi manusia yang matang pikiran, dewasa dalam penyikapan, dan
tepat dalam bertindak. Pentingnya forum dialog atau diskusi sebagai media melatih
untuk terbiasa dan mahir mengemukakan ide, pikiran dan pandangan sesuatu pada
pihak lain. Karena banyak orang banyak isi dalam diri, tapi tidak bisa
mengemukakan. Di samping diskusi juga menjadi media mengkaji dan menguji
pikiran yang membandingkannya dengan pendapat orang lain. Forum diskusi
menelaah apa yang dipikir benar, selanjutnya tidak perlu malu salah, karena itu
meluruskan persoalan. Proses belajar membangun kedewasaan dan keterbukaan sikap
dalam menghadapi perbedaan pendapat, juga menumbuhkan sikap mendengarkan bukan
hanya ingin didengarkan.
Sinergisitas trilogi perkaderan HMI (dikader, berkader, mengkader)
sangat di butuhkan dalam menjalankan tradisi intelektual sehingga terjadi
komunikasi yang baik antara junior dan senior di tingkat komisariat.
Menginfaqkan uang jajan untuk terselenggaranya kajian. Infaq berarti mengeluarkan sebagian
dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik
tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim,
orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan di jalan Allah,
termasuk para pencari ilmu. Banyak keutamaan yang ada di dalam infaq bisa
diraih oleh seorang muslim, terlebih lagi berinfaq di jalan Allah. Berikut 12
keutamaan berinfaq, yaitu:
- Infaq adalah wujud ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena sebagai perintah-Nya untuk melaksanakan infaq. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 267
- Infaq dapat membersihkan dan mensucikan jiwa, (QS. At-Taubah ayat 103).
- Infaq bisa menjadi sebab seorang muslim dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang benar dalam melaksanakan agama (shiddiqin). (QS. Al-Hujurat ayat 15).
- Infaq adalah salah satu jalan Allah untuk melipatgandakan kebaikan seorang muslim. (QS. Al-Baqarah ayat 261).
- Infaq sebagai sarana untuk menghapus sebagian dosa-dosa yang telah lalu. Termaktub dalam QS. Al-Baqarah ayat 271.
- Infaq harus merupakan sesuatu yang terbaik, ini merupakan salah satu cara untuk meraih kebaikan (al-birr) di sisi Allah. Kebaikan dari Allah tentunya segala kebajikan dan segala ketaatan yang bisa mengantarkan diri masuk surga. (QS. Ali Imran ayat 92).
- Infaq, memberi peluang untuk diampuni segala dosa, dimasukan ke dalam surga dan digolongkan dengan orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran ayat 133-134).
- Infaq dapat menyelamatkan pelakunya dari azab Allah subhanahu wa ta’ala di akhirat kelak. (QS. Ash-Shaf ayat 11).
- Infaq bisa memudahkan rezeki datang kepada pelakunya, sehingga mendapatkan tambahan yang tidak disangka-sangka. Lihat QS. Saba ayat 39.
- Infaq merupakan amalan shalih yang bisa meningkatkan derajat pelakunya di sisi Allah. Lihat QS. Fathir ayat 10.
- Infaq adalah wujud amalan yang menandakan pelakunya bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas tambahan nikmat-Nya. Lihat QS. Ibrahim ayat 7.
- Infaq kembali ditegaskan Allah bisa memasukan pelakunya ke dalam surga. Lihat QS. ar-Radu ayat 22-23.
- HMI dan HMI-Wati memiliki tugas yang sama yakni “Terbinanya Muslim yang berkualitas Insan Cita” dan “Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt”.
- Tri komitmen HMI yakni; Keindonesiaan, Keislaman dan Kemahasiswaan.
- Tradisi intelektual dapat dilakukan melalui: 1) Kajian bersama KAHMI; 2) Menerbitkan buku; 3) Menulis di blog; 4) Menjadikan komisariat sebagai bengkel intelektual; 5) Menginfaqkan uang jajannya untuk terselenggaranya kajian.
Referensi
[1] PB HMI, “Sejarah lahirnya Himpunan
Mahasiswa Islam,” PB HMI, 1947. https://himpunanmahasiswaislam.org/
(accessed Jul. 20, 2023).
[2] Kowani, “KOHATI PB HMI,” https://kowani.or.id/kohati/,
2023. https://kowani.or.id/kohati/ (accessed Jul. 20, 2023).
[3] K. dkk Hidayat, Menggugat HMI
Mengembalikan Tradisi Intelektual. Ciputat: HMI Cabang Ciputat, 2004.
[4] KBBI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI),” https://kbbi.web.id/, 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar