Rabu, 21 Mei 2025

Pengertian Dan Jenis Media Dakwah Tradisional Dan Kontemporer

  


Pengertian Media Dakwah

Media dakwah adalah segala sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan mengajak kepada kebaikan, memperkuat akidah, dan membentuk akhlak mulia. Dalam perkembangannya, media dakwah tidak hanya bersifat tekstual atau verbal, melainkan juga visual dan digital, mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan komunikasi umat. Media menjadi jembatan antara dai (penyampai dakwah) dan mad’u (objek dakwah), sehingga pemilihan media yang tepat sangat berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan dakwah. Oleh karena itu, media dakwah dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar, yaitu media dakwah tradisional dan media dakwah kontemporer.

Media dakwah telah berkembang secara signifikan, beralih dari bentuk tradisional ke platform digital kontemporer. Evolusi ini mencerminkan perubahan kebutuhan komunikasi masyarakat dan pentingnya memilih media yang tepat untuk menyampaikan pesan Islam secara efektif. Klasifikasi media dakwah ke dalam kategori tradisional dan kontemporer menyoroti beragam alat yang tersedia bagi para pengkhotbah (dai) untuk menjangkau audiens mereka (mad'u).

Media Dakwah Tradisional

Dalam sejarah perkembangan dakwah Islam, mimbar dan media cetak merupakan sarana utama dalam menyampaikan ajaran-ajaran keislaman kepada masyarakat. Mimbar, sebagai simbol otoritas keagamaan, digunakan secara luas dalam khutbah Jumat, ceramah keagamaan, dan peringatan hari-hari besar Islam, di mana komunikasi bersifat verbal dan berlangsung secara satu arah. Media cetak seperti buletin, pamflet, dan kitab-kitab kuning juga memainkan peran penting dalam memperluas jangkauan dakwah, khususnya dalam kalangan pesantren dan komunitas Islam tradisional. Kedua media ini menekankan pentingnya kehadiran fisik dan kedekatan emosional antara dai dan mad’u dalam proses transformasi nilai dan penanaman akhlak. Oleh karena itu, media mimbar dan cetak mencerminkan karakter dakwah yang bersifat langsung, mendalam, dan menyentuh dimensi personal umat.

Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, dakwah mulai memanfaatkan media massa seperti televisi dan radio sebagai alat penyebaran pesan keagamaan yang lebih luas dan efektif. Media ini memungkinkan komunikasi dakwah tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu, melainkan dapat menjangkau audiens dalam jumlah besar dengan kecepatan dan variasi format penyampaian. Melalui siaran visual dan auditori, pesan-pesan keislaman dapat dikemas secara menarik, informatif, dan persuasif, menjadikan televisi dan radio sebagai instrumen penting dalam dakwah modern (Effendy & Kurniawan, 2023; "Peran Siaran Radio, Televisi dan Multimedia Dalam Pengembangan Dakwah Modern", 2022). Dengan kemampuannya menciptakan kedekatan emosional meskipun tanpa pertemuan langsung, media elektronik ini telah membuka babak baru dalam strategi dakwah yang lebih sistemik dan terstruktur, serta memberikan alternatif bagi masyarakat dalam mengakses pendidikan keagamaan secara fleksibel.

Media Da'wah Kontemporer

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menghadirkan perubahan signifikan dalam metode penyampaian dakwah Islam. Platform digital seperti media sosial dan multimedia telah menjadi medium utama dalam mendistribusikan pesan-pesan keagamaan secara cepat, luas, dan interaktif. Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan YouTube memungkinkan dai dan lembaga keislaman untuk menciptakan konten dakwah dalam beragam format, mulai dari video pendek, infografis, hingga siaran langsung ceramah atau pengajian (Khiyaroh & Alfiyah, 2022; Efendi, 2023). Keunggulan platform ini terletak pada kemampuannya menjangkau audiens lintas usia dan geografis, serta mendorong partisipasi aktif melalui komentar, reaksi, dan berbagi konten.

Aksesibilitas menjadi salah satu kekuatan utama media dakwah kontemporer. Di Indonesia, tercatat lebih dari 63 juta pengguna aktif media sosial dan multimedia yang dapat dijadikan sasaran dakwah secara langsung (Efendi & Dewi, 2023). Kondisi ini memberikan peluang besar bagi para dai untuk menyampaikan ajaran Islam dalam bahasa dan gaya yang mudah dipahami, serta sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik khalayak digital. Berbagai aplikasi dan kanal media digital memfasilitasi umat untuk mengakses kajian keislaman kapan saja dan di mana saja, tanpa harus bergantung pada forum fisik. Hal ini tidak hanya memperluas jangkauan dakwah, tetapi juga mendorong transformasi budaya belajar Islam yang lebih fleksibel dan kontekstual.

Namun demikian, penggunaan media kontemporer dalam dakwah juga membawa sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi. Salah satu risiko yang paling menonjol adalah kemungkinan terjadinya penyederhanaan atau bahkan penyimpangan makna dalam penyajian pesan keagamaan yang dikemas secara singkat dan populer. Lingkungan digital yang serba cepat sering kali mendorong produksi konten instan, yang bisa mengorbankan kedalaman pesan dan ketelitian sumber rujukan. Oleh karena itu, penting bagi para dai untuk menyeimbangkan antara nilai-nilai dakwah tradisional yang mengedepankan kedalaman, keteladanan, dan adab dengan pendekatan modern yang menekankan kreativitas, kecepatan, dan keterjangkauan. Integrasi yang bijak antara keduanya menjadi kunci dalam menjaga keotentikan dakwah di era digital.

Jenis Media Dakwah Tradisional

Media dakwah tradisional adalah media yang telah digunakan secara turun-temurun dalam masyarakat sebelum berkembangnya teknologi digital. Ciri khas dari media ini adalah komunikasi yang bersifat langsung, personal, dan cenderung verbal. Jenis-jenis media dakwah tradisional meliputi:

  • Mimbar Masjid: Mimbar menjadi media utama dalam penyampaian khutbah Jumat, ceramah keagamaan, atau peringatan hari besar Islam. Ia bersifat satu arah dan memiliki kekuatan simbolik serta otoritatif dalam tradisi keislaman.
  • Majelis Taklim: Forum pengajian rutin yang biasa dilaksanakan di masjid, mushalla, rumah, atau aula komunitas. Ciri khasnya adalah adanya dialog, interaksi, dan pembelajaran secara langsung.
  • Pengajian Keliling: Dakwah dari satu kampung ke kampung lain, sering dilakukan oleh dai-dai lokal dengan pendekatan kekeluargaan.
  • Seni Budaya Islami: Termasuk wayang dakwah, kasidah, qosidah rebana, dan syair-syair keagamaan yang digunakan untuk menyampaikan pesan Islam dalam konteks lokal.
  • Tulisan Konvensional: Dakwah melalui pamflet, buletin masjid, brosur keagamaan, atau media cetak seperti majalah Islam dan kitab kuning.

 

Jenis Media Dakwah Kontemporer

Media dakwah kontemporer adalah media yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi modern, khususnya berbasis internet dan digital. Media ini memungkinkan penyampaian pesan dakwah secara cepat, luas, dan multimedia. Jenis-jenisnya meliputi:

  • Media Sosial: Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, dan Threads digunakan untuk menyebarkan konten dakwah dalam bentuk kutipan, video pendek, gambar motivasi, atau status keislaman.
  • Podcast Dakwah: Siaran audio digital yang dapat didengarkan ulang kapan pun melalui platform seperti Spotify, Google Podcast, atau Apple Podcast. Umumnya membahas topik agama secara tematik dan santai.
  • Video dan Vlog Dakwah: Konten video yang diunggah ke YouTube, TikTok, atau Instagram Reels, menyajikan ceramah singkat, cerita inspiratif, atau dialog agama dengan pendekatan visual menarik.
  • Aplikasi Mobile Islami: Seperti aplikasi Al-Qur’an digital, jadwal sholat, ceramah digital, dan konsultasi keislaman yang bisa diakses melalui smartphone.
  • Website dan Blog Islami: Media berbasis teks panjang untuk menulis artikel keislaman, fatwa, atau refleksi spiritual yang mendalam dan bisa dirujuk dalam waktu lama.
  • Siaran Televisi dan Radio Islam Digital: Saluran TV atau radio berbasis internet (streaming) seperti Rodja TV, ADiTV, atau berbagai kanal YouTube Islam yang menyiarkan dakwah sepanjang waktu.

Kesimpulan

Pemilihan media dakwah harus mempertimbangkan karakteristik audiens, konteks sosial budaya, serta kesiapan dai dalam menguasai alat media tersebut. Media tradisional menekankan pada relasi langsung dan kedalaman interaksi, sedangkan media kontemporer mengedepankan kecepatan, jangkauan luas, dan kreativitas format. Kombinasi keduanya menjadi strategi yang ideal dalam menghadapi tantangan dakwah di era digital.

25 komentar:

  1. Dalam hal efektivitas, media mana yang lebih berdampak dalam membentuk perilaku masyarakat—tradisional atau kontemporer?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disesuaikan dengan obyek/sasaran dakwahnya.
      Media kontemporer cenderung lebih efektif dalam membentuk perilaku masyarakat generasi muda dan urban digital, sedangkan media tradisional tetap relevan dalam mempengaruhi masyarakat konvensional dan berbasis komunitas lokal.
      Kekuatan terbesar terletak pada integrasi keduanya, dengan menjadikan pesan keagamaan dan sosial tidak hanya disampaikan dengan otoritas, tetapi juga dengan daya jangkau dan gaya yang kekinian.

      Hapus
  2. Istima Nazula Azmi hadirr buu 🙌🏻

    BalasHapus
  3. Sulistyowati regular selasa rabu hadir bu

    BalasHapus

Hijrah Merdeka: Menjadi Mahasiswa Muslim yang Bebas dari Dosa, Malas, dan Overthinking

Pendahuluan Di tengah gegap gempita peringatan kemerdekaan bangsa, kita sering kali terjebak pada seremoni, tanpa melakukan kontemplasi....