Dakwah sebagai bentuk penyampaian pesan keagamaan memiliki peran sentral
dalam membimbing umat menuju pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang lebih
baik. Tradisi ini sejak lama dilakukan secara lisan di hadapan jamaah, biasanya
dari mimbar di masjid, gereja, vihara, atau tempat ibadah lainnya. Namun,
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendorong terjadinya
transformasi dalam cara penyampaian dakwah. Kini, dakwah tidak lagi terbatas
pada ruang fisik, melainkan dapat menjangkau audiens yang luas melalui berbagai
platform digital. Fenomena ini melahirkan istilah " dakwah digital,"
yang merujuk pada penyampaian pesan keagamaan melalui media digital seperti
media sosial, video streaming, podcast, dan platform komunikasi daring lainnya.
Peralihan ini bukan hanya sebuah inovasi teknis, melainkan juga menghadirkan
dinamika baru dalam lanskap dakwah, mencakup peluang besar serta tantangan
serius yang harus ditanggapi secara bijak.
Peluang dalam Dakwah Digital
Salah satu peluang utama dari dakwah digital adalah kemampuannya untuk
menjangkau khalayak global. Media digital memungkinkan pesan keagamaan
disebarluaskan melampaui batas geografis dan budaya, sehingga dakwah dapat
berkomunikasi dengan umat di seluruh dunia. Damayanti et al. (2022) menunjukkan
bahwa transformasi digital dalam komunikasi agama memungkinkan terjadinya
perluasan jangkauan dakwah yang sebelumnya tidak dapat dicapai melalui mimbar
konvensional. Sebagai contoh, seorang ustaz di Indonesia kini dapat
menyampaikan ceramahnya kepada pendengar di Eropa, Amerika, atau Timur Tengah
melalui kanal YouTube atau Instagram Live. Ini merupakan lompatan besar dalam
misi dakwah dan penyebaran nilai-nilai keagamaan.
Keterlibatan interaktif juga menjadi keunggulan signifikan dari dakwah
digital. Media sosial menyediakan ruang bagi da’i untuk tidak hanya
menyampaikan pesan, tetapi juga berdialog secara langsung dengan audiens. Fitur
seperti komentar langsung, siaran tanya jawab, atau polling interaktif
memungkinkan komunikasi dua arah yang memperkuat keterlibatan jamaah. Menurut
Rohmah et al. (2024), interaksi ini dapat meningkatkan rasa memiliki dalam
komunitas digital, serta memberikan ruang bagi klarifikasi dan diskusi mendalam
seputar topik keagamaan yang disampaikan. Dalam konteks ini, dakwah digital
tidak hanya bersifat informatif, melainkan juga transformatif karena
menciptakan ruang partisipasi aktif dari audiens.
Selain itu, dakwah digital membuka jalan bagi penyajian konten secara
kreatif. Tidak seperti dakwah tradisional yang umumnya berlangsung secara lisan
dan satu arah, dakwah digital dapat disajikan dalam berbagai format seperti
video pendek, podcast, infografik, atau streaming langsung dengan visualisasi
yang menarik. Bahrudin & Waehama (2024) mencatat bahwa format ini
memungkinkan pendakwah untuk menyesuaikan gaya penyampaian mereka sesuai dengan
preferensi audiens yang berbeda-beda, khususnya generasi muda yang cenderung
visual dan cepat dalam menerima informasi. Konten dakwah yang dikemas dengan
baik secara visual akan lebih mudah diterima dan diingat oleh audiens.
Selain aspek kreatif, dakwah digital juga memberikan peluang dokumentasi
dan arsip dakwah. Platform seperti YouTube atau Spotify memungkinkan konten
keagamaan untuk disimpan dan diakses kapan saja oleh siapa pun. Ini memberikan
nilai tambah berupa ketersediaan materi keagamaan yang berkelanjutan dan dapat
digunakan sebagai bahan belajar atau rujukan oleh masyarakat. Muliawan (2024)
menambahkan bahwa arsip digital ini memperkuat kesinambungan pesan agama dan
memudahkan regenerasi pemahaman keagamaan di kalangan masyarakat luas.
Tantangan dalam Dakwah Digital
Namun, meskipun menawarkan berbagai keuntungan, dakwah digital juga
menghadirkan tantangan yang signifikan. Salah satu tantangan utama adalah
potensi distorsi pesan. Di ranah digital, pesan keagamaan dapat dengan mudah
diambil di luar konteks, disalahartikan, atau disebarkan secara tidak akurat.
Bahrudin & Waehama (2024) menegaskan bahwa ruang digital yang sangat
terbuka dan cepat menyebabkan kerentanan terhadap disinformasi dan manipulasi
pesan. Hal ini dapat berakibat fatal apabila menyangkut isu-isu sensitif
seperti toleransi, hukum agama, atau ajaran moral. Oleh karena itu, pendakwah
digital perlu menyusun pesan mereka dengan kehati-hatian dan memperhatikan
potensi multitafsir.
Masalah kredibilitas juga menjadi persoalan besar dalam dakwah digital.
Di era media sosial, siapa saja dapat mengklaim diri sebagai pengdakwah atau
pemuka agama, dan menyampaikan ajaran agama tanpa melalui proses verifikasi
keilmuan dan otoritas yang jelas. Rohmah et al. (2024) memperingatkan bahwa hal
ini berisiko menciptakan kebingungan di kalangan audiens dan bahkan menyebabkan
penyebaran ajaran yang menyimpang. Usman (2024) juga menyoroti pentingnya
pembentukan sistem verifikasi dan pembinaan terhadap pengdakwah digital agar
pesan-pesan agama yang disampaikan tetap sahih dan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah maupun spiritual.
Literasi digital menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi para pengdakwah
yang berasal dari generasi yang tidak tumbuh dalam era teknologi. Tidak semua
pemuka agama memiliki kemampuan teknis untuk mengoperasikan platform digital,
mengelola konten secara kreatif, atau memahami dinamika media sosial. Usman
(2024) menekankan bahwa ketidakmampuan ini dapat menghambat efektivitas dakwah
dan membuat pesan keagamaan kalah bersaing dengan konten lain yang lebih
menarik secara visual atau emosional. Oleh karena itu, pelatihan dan
pendampingan dalam bidang literasi digital menjadi kebutuhan mendesak dalam
pengembangan dakwah digital.
Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah munculnya ekspektasi
audiens terhadap hiburan dalam konten religius. Banyak pengguna media digital
yang terbiasa dengan konten cepat, ringan, dan menghibur, sehingga dakwah yang
disampaikan secara serius dan mendalam bisa dianggap membosankan. Ini dapat
memaksa pengdakwah untuk menyesuaikan gaya dan format mereka secara ekstrem,
yang pada gilirannya bisa mengorbankan kedalaman pesan. Oleh karena itu,
keseimbangan antara substansi dan bentuk menjadi isu sentral dalam praktik dakwah
digital.
Strategi Adaptif dalam Dakwah Digital
Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, dibutuhkan strategi
adaptif yang dapat mengintegrasikan esensi dakwah tradisional dengan pendekatan
dan teknologi modern. Strategi pertama adalah penguatan kapasitas digital pengdakwah
melalui pelatihan, workshop, dan kolaborasi dengan tenaga ahli dalam bidang
media. Program pelatihan ini harus mencakup aspek teknis seperti pengoperasian
perangkat, editing video, serta pemahaman algoritma media sosial, sekaligus
mengedepankan etika penyiaran pesan keagamaan di ruang publik digital.
Kedua, penting untuk membangun kolaborasi lintas sektor antara institusi
keagamaan, media, dan akademisi dalam menciptakan ekosistem dakwah digital yang
sehat. Kolaborasi ini dapat menghasilkan panduan atau kurikulum dakwah digital
yang menggabungkan prinsip-prinsip teologis dengan kompetensi media digital.
Selain itu, kolaborasi ini juga dapat membantu dalam proses kurasi dan validasi
konten agar tetap sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebangsaan.
Ketiga, pendekatan kontekstual perlu dikedepankan dalam penyusunan
konten dakwah digital. Pengdakwah harus memahami isu-isu aktual yang sedang
menjadi perhatian masyarakat, serta mengemas pesan keagamaan yang relevan dan
solutif. Misalnya, dalam menghadapi pandemi, pesan-pesan agama dapat diarahkan
pada penguatan solidaritas, kesehatan mental, dan kepatuhan terhadap protokol
kesehatan sebagai bagian dari etika Islam.
Keempat, menjaga orisinalitas dan otoritas keagamaan tetap harus menjadi
prioritas. Di tengah arus informasi yang deras, pengdakwah perlu memperkuat
referensi ilmiah dan keilmuan dalam setiap materi dakwah. Ini tidak hanya untuk
mempertahankan kredibilitas, tetapi juga untuk membangun daya kritis audiens
agar tidak mudah terpapar paham keagamaan yang ekstrem atau menyimpang.
Kelima, strategi pemasaran digital (digital marketing) dapat diadopsi
untuk meningkatkan jangkauan dan efektivitas dakwah. Penggunaan tagar yang
tepat, judul yang menarik, thumbnail yang representatif, serta waktu unggah
yang sesuai dapat meningkatkan visibilitas konten. Namun, semua ini harus
dilakukan tanpa mengorbankan integritas pesan dakwah yang disampaikan.
Kesimpulan
Dakwah digital merupakan perkembangan penting dalam lanskap dakwah
kontemporer. Kehadirannya membuka berbagai peluang baru dalam penyampaian pesan
agama, mulai dari jangkauan global, keterlibatan interaktif, hingga format
penyampaian yang kreatif. Namun, potensi ini tidak lepas dari berbagai
tantangan, seperti distorsi pesan, masalah kredibilitas, dan rendahnya literasi
digital di kalangan pengdakwah. Oleh karena itu, pengembangan strategi adaptif
yang menggabungkan pelatihan digital, kolaborasi lintas sektor, pendekatan
kontekstual, dan integritas keilmuan menjadi sangat krusial. Keseimbangan
antara bentuk dan isi, serta antara inovasi dan tradisi, menjadi kunci utama
dalam menjadikan dakwah digital sebagai sarana dakwah yang efektif, relevan,
dan bertanggung jawab di era teknologi informasi ini.
Barakallah fiik
BalasHapusAamiin
HapusDawah digital diera saat ini sangat membantu untuk mensyiarkan ilmu agama menjadi lebih mudah & cepat
BalasHapusBenar
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusooo
HapusAlhamdulillah, terima kasih Bu
BalasHapus👍🙏
BalasHapussiap
HapusAlhamdulillah. Terimakasih banyak bu
BalasHapussami-sami
HapusDakwah digital sangat diperlukan di era modern seperti sekarang ini. Barakallahu fiikum
BalasHapusAamiin... benar
HapusAlhamdulillah.... Jazakillah khair bu...
BalasHapusYa.. sama-sama
HapusTerima kasih ilmunya ustadzah
BalasHapusIya, sama-sama
HapusAlhamdulillah. Jazaakillahu khoiron, Ustadzah.
BalasHapusAamiin... sama2
HapusMaa syaa Allah,,jazakillahu khayran ilmunya bu ,,
BalasHapusJazakillah khoiron ilmunya bu
BalasHapusJazaakumullahu Khoir ibu 🙏
BalasHapusMasyaa Allah, jazaakumullahu khoir ibu
BalasHapus🙏🏻🙏🏻🙏🏻
BalasHapusmaa syaa Allah dengan adanya dakwah digital memudahkan dalam penyampaian di era modern sekarang dan tidak tertinggal dengan zaman atau GAPTEK, Alhamdulillah barokallahu fiikum jazaakumullohu khoiron bu
BalasHapusMaasyaa Allah
BalasHapusTerimakasih banyak Bu
BalasHapusAlhamdulillah Barakallah fiikum, jazakillah khairan Bu
BalasHapusSyukron atas ilmunya bu
BalasHapusDi Era Teknologi Komunikasi saat ini, Dakwah Digital mempunyai peluang sekaligus tantangan yang dihadapi. Tapi dengan melakukan Strategi Adaptif dakwah digital yang tepat, maka ia bisa menjadi sarana efektif untuk menyebarkan nilai keagamaan secara global, inklusif, kreatif, dan bertanggung jawab.
BalasHapusBarokallohu fiik wa jazaakillah Khoiron Katsiir.
Alhamdulillah.. terima kasih materinya Bu
BalasHapusBarokallohu fiik. Semoga ibu dimudahkan segala urusan.amiiin....
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga Bisa bermanfaat ilmunya ...
BalasHapus🙏
BalasHapusTerimakasih ibu
BalasHapus