FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
Dalam Bahasa Agama
Oleh:
ALFIATUS SHOLIHAH. S.Ag., M.Pd.I.
Penyuluh Agama Ahli Madya
Kementerian Agama Kabupaten Kediri
Sebagai penyuluh
agama Islam yang sekaligus juga sebagai kader Posbindu Institusi, penulis
merasa memiliki kewajiban menyampaikan faktor resiko penyakit tidak menular
(PTM). Korban covid-19 ini yang telah menelan kurban
ribuan orang. Mereka yang rawan terinveksi adalah mereka memiliki penyakit
komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes melitus, hipertensi, kanker,asma
dan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), stroke, diabetes melitus, kanker dan
sebagainya (penyakit tidak menular / PMT). Untuk itu idealnya kita tidak
menyepelekan PTM.
Faktor risiko
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Faktor risiko
yang tidak dapat diubah (umur, jenis kelamin dan keturunan/genetik)
2. Faktor risiko
yang dapat diubah:
a) Faktor risiko perilaku: merokok, diet rendah serat, konsumsi
garam berlebih, kurang aktivitas fisik, konsumsi alcohol, stress
b) Faktor risiko lingkungan: polusi udara, jalan raya, kendaraan
yang tidak layak jalan
c) Faktor risiko fisiologis: antara lain: obesitas, gangguan
metabolism kolesterol dan tekanan darah tinggi
Jika faktor
risiko PTM yang dapat dirubah tidak dikendalikan, maka secara alami penyakit
akan berjalan menjadi fase akhir PTM seperti penyakit jantung coroner, stroke,
diabetes mellitus, kanker, asma dan lain sebagainya.
Sebelum menjadi fase akhir, PTM dapat dideteksi secara dini dengan menemukan
adanya factor fisiologis seperti obesitas, gangguan metabolism kolesterol dan
tekanan darah tinggi, lemak darah tinggi, benjolan payudara, lesi prakanker,
dan lain-lain. (Sumber: Modul
Pengendalian Faktor Risiko PTM bagi Kader Posbindu Institusi)
Beberapa penyakit
tersebut tidak akan menjangkiti kita, jika kita mengikuti pola hidup Rosulullah
saw. Pola ibadah, pola makan dan juga pola hidup lainnya.
Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan bagi umat
islam dan segala perilakunya menjadi pedoman hidup bagi seluruh manusia. Tidak
hanya akhlak yang mulia dan tuntunannya dalam beribadah (baca cara meningkatkan
akhlak terpuji), Rasul juga mencontohkan pada umatnya bagaimana cara melakukan
sesuatu dengan baik dan benar seperti halnya saat makan. Berikut ini adalah
beberapa anjuran dan cara makan rasulullah (baca juga: makan dengan gizi
seimbang, klik di sini):
1. Makan secukupnya dan tidak berlebihan:
“Hendaklah kamu makan, minum,berpakaian, dan bersedekah dengan tidak
berlebihan dan sombong” (HR Ahmad dan Abu Daud). Adapun sebenarnya
kekenyangan dapat mengeraskan hati, memberatkan tubuh, mengurangi kecerdasan,
menyebabkan ngantuk dan tidur lebih banyak serta melemahkan seseorang untuk
beribadah.
2.
Makan dengan tangan kanan: “Hendaklah
kamu sekalian makan dengan tangan kanan. Sebab setan makan dan minum dengan
tangan kirinya” (HR Muslim)
3. Membaca Basmalah: Jika lupa
membaca Bismillah, bacalah “Bismillahi Awwa-lahu wa Akhirahu” (Dengan nama Allah dari mula hingga akhir)
(HR Abu Dawud dan Attirmidzi)
4. Duduk saat makan dan tidak
bersandar atau berdiri: “Seorang muslim Hendaknya tidak makan atau minum
sambil berdiri maupun menyandar dan makan maupun minum sambil duduk lebih
utama dan sebaiknya makanan yang dimakan
diletakkan di atas tanah untuk menjaga kerendahan diri (HR Muslim)
5. Tidak mencela makanan: “Rasulullah
SAW tidak pernah mencela makanan; Jika ia suka dimakannya, jika tidak suka
ditinggalkannya” (HR Al Bukhari dan
Muslim)
6. Dianjurkan untuk makan bersama: “Makanan
dua orang cukup untuk tiga orang, makanan untuk tiga orang cukup untuk empat
orang” (HR Al Bukhari dan Muslim)
7. Tidak meniup makanan: Rasulullah
SAW melarang orang untuk meniup-niup minuman/makanan (HR Abu Dawud)
8. Makan dari tepian piring: “Berkat
itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari tepi-tepinya dan jangan
makan dari tengah-tengahnya” (HR Abu Dawud,Attirmidzi)
9. Mengunyah secara perlahan dan
mengecilkan suapan: “Kecilkan suapan dan baguskan Mengunyahnya” “Janganlah
mengulurkan tangan pada suapan yang lain sebelum menelan suapan pertama”
10. Tidak menggunakan perkakas makan yang terbuat dari emas dan
perak: Rasulullah SAW melarang kami minum dan makan dengan perkakas makan
dan minum dari emas dan perak (Mutafaq ‘alaih)
11. Minum dari gelas dan tidak minum sekali teguk: Jangan minum
sekaligus, ambillah jeda (ambil nafas) dua sampai tiga kali . Rasulullah jika
minum bernafas sampai tiga kali (HR
Al Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW melarang orang yang minum dengan
membalik mulut kendi langsung ke mulutnya
(HR Al Bukhari dan Muslim)
12. Menghabiskan makanan yang diambil: Kamu tidak mengetahui di
bagian yang manakah makananmu yang berkat (HR Muslim)
13. Membaca hamdalah setelah selasai makan: Rasulullah SAW jika
selesai makan dan mengangkat hidangannya membaca: alhamdulillahi hamdan
katsiran thoyyiban mubaarokan fihi, ghoiro makfiyin wala mustaghnan ‘anhu
rabbana (segala puji bagi Allah, pujian yang sebaik-baiknya, yang baik dan
berkat. Tiada terbalas, dan tidak dapat tidak, tentu kami membutuhkan
kepadanya, wahai Tuhan kami) (HR Al Bukhari)
14. Tidak memberikan makanan yang tidak disukai pada orang lain: Janganlah
kamu memberi makanan yang kamu sendiri tidak suka memakannya (HR Ahmad)
Demikianlah cara
makan Rasulullah yang semestinya dapat ditiru oleh umat Islam karena apa yang
dicontohkan oleh Rasul pastilah memiliki sisi positif dan manfaat yang besar
bagi manusia, sehingga kita terhindar dari segala macam penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar