Kamis, 24 Juni 2021

 

Saring sebelum Sharing

 



Media sosial merupakan media interaksi antara satu sama lain. Media untuk saling berbagi materi, informasi, foto dan sebagainya. Media sosial sangat bermanfaat untuk masyarakat dan juga pemerintah.  Media sosial sangat bermanfaat ketika yang disampaikan adalah sebuah kebenaran dan inilah yang sejatinya yang diharapkan. Namun sayangnya sering sekali media sosial juga disalah manfaatkan untuk menyampaikan ketidak benaran. Ketidak benaran, kepalsuan atau istilah kerennya adalah hoax. Inilah yang sama sekali bukan harapan, karena ini adalah sebuah bahaya besar.  Berita, gambar dan juga film, yang sengaja dibuat, dikemas, diserbar sehingga menimbulkan ketakutan, kehebohan, su’udzon (prasangka buruk), kebencian, kesesatan, permusuhan,  hingga peperangan.

Menghadapi permasalahan tersebut, kiranya penting untuk kembali membuka sumber ajaran agama Islam tentang fenomena penyebaran berita kepalsuan (hoax). Hal ini sangat penting, karena kita hidup di dunia ini adalah demi keselamatan dari dunia hingga akhirat.  Untuk itu, marilah kita buka pedoman keselamatan hidup kita. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. al Hujurat:6)

Orang yang berbuat bohong, maka dengan sendirinya ia telah merusak kebenaran. Perbuatan bohong juga merupakan ciri-ciri orang munafik. Rasulullah saw bersabda dengan tentang ciri-ciri orang munafik:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ayat al Qur’an dan hadits diatas memberikan jawaban bagaimana sikap muslim ketika menerima berita. Yakni hendaklah kita bertabayun terlebih dahulu. Bukan ditelan mentah-mentah, melainkan harus disaring terlebih dahulu sebelum disharing. Agar kita selamat dan menyelamatkan serta tidak ada penyesalan baik di dunia maupun di akhirat. Sebab tatkala kita menyampaikan kebohongan kita termasuk golongan orang munafik.

Rasulullah saw menjelaskan sifat seorang mukmin. Bahwa mungkin saja seorang mukmin itu penakut, mungkin saja bakhil, tetapi tidak mungkin seorang mukmin itu pembohong.

قيل لرسول الله صلى الله عليه و سلم أيكون المؤمن جبانا فقال نعم فقيل له أيكون المؤمن بخيلا فقال نعم فقيل له أيكون المؤمن كذابا فقال لا

Ditanyakan kepada Rasulullah saw: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.” Beliau ditanya lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Nabi menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak!” (HR. Malik dari Sofwan bin Sulaim dalam Al-Muwatha’)

Dengan demikian, ketika kita berbohong atau menyampaikan sebuah kebohongan, kita bukanlah termasuk golongan orang yang beriman, melainkan golongan orang yang munafik.

Selasa, 22 Juni 2021

HAL YANG HARUS DIHINDARI ORANG TUA

 



Orangtua memiliki kewajiban yang harus dipenuhi kepada anaknya. Jika tidak, maka orangtua telah bersalah sebab  tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai orang tua terhadap anak. Agar kita dapat menjadi orang tua yang baik, ada beberapa hal yang harus kita hindari, yakni:

Menelantarkan anak

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) Pasal 1 dikatakan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan  perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.

Lingkup rumah tangga ini, dalam pasal 2 UU PKDRT meliputi:

  1. Suami, istri, dan anak;
  2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau
  3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.

Dengan demikian dapat kita pahami, apabila kita menelantarkan anak, adalah merupakan tindakan melanggar UU nomor 23 tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak taat kepada pemerintah kita. Kita sebagai orang tua memiliki anak bukan sekedar mengandung, melahirkan, dan menyusui saja. Banyak keperluan anak yang harus dipenuhi orangtuanya, terutama saat mereka masih kecil dan belum bisa menolong diri sendiri.

Selain melanggar hukum negara, kita juga melanggar syari’at Islam. Apa saja perbuatan yang dikatakan sebagai penelantaran anak? Misalnya tidak memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti memberi makan, pakaian, tempat tinggal, serta mengabaikan pendidikan anak.

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ ۚ قَدْ ضَلُّوا وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezeki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk (al An’am: 140).

وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar  (Q.S.an-Nisa’ [4]: 9).

As-Samarqandi dalam tafsirnya Bahr al-‘Ulum menjelaskan bahwa ada empat pendapat soal ayat ini, diantaranya beliau mengutip pendapat Abi Basyar Ad-Dailami:

أن من خشي على ذريته من بعده , وأحب أن يكف الله عنهم الأذى بعد موته , فليتقوا الله وليقولا قولاً سديداً

Bahwa orang yang mengkhawatirkan generasi yang lahir setelahnya, dan ingin Allah mencukupkan penderitaan bagi mereka setelah kepergiannya, hendaklah bertakwa dan mengatakan hal – hal yang baik

Sehingga bisa disimpulkan bahwa menjadi orang tua adalah tanggung jawab yang besar. Menyia- nyiakan anak adalah sebuah kerugian yang besar. Anak adalah investasi kita bersama, dunia dan akhirat. Barangsiapa berhasil mendidik anaknya, ia akan dianugerahi keberkahan di dunia dan akhirat.

Menghina, memaki  dan berkata kasar pada anak

Menghina, memaki dan berkata kasar pada anak adalah bentuk kejahatan yang seringkali orang dewasa dan orang tua lakukan. Niatnya mungkin ingin sang anak berubah, namun sering kali menghina, memaki dan berkata kasar pada anak malah membuat kepercayaan diri sang anak turun. Hal tersebut sudah termasuk dosa orangtua yang sangat merusak mental anak. Tak jarang dijumpai orangtua yang kerap menghina anak di depan teman-temannya. Hal ini bukan saja membuat anak menjadi berkecil hati, tapi juga mengeraskan hatinya yang akhirnya bisa menimbulkan sikap durhaka anak di masa mendatang.

Rosulullah saw bersabda:

حَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

 Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).

Seorang lelaki pernah datang kepada Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya. Umar lalu memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?”  “Betul,” jawab Umar. “Apakah hak sang anak?” “Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar. “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu. Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”

Mendoakan Keburukan Bagi Anak

Doa adalah bentuk permintaan terindah yang bisa kita lakukan kepada Allah SWT, bukti kita membutuhkan pertolongan Allah SWT. Namun apa jadinya apabila orang tua mendoakan hal buruk menimpa anaknya, padahal sejatinya doa orang tua adalah doa yang dikabulkan oleh Allah SWT. Ini merupakan bentuk kejahatan lisan orang tua kepada anaknya.

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya”. [Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do’a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99. Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. Dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596]

Tidak mendidik anak dengan baik

Setiap orangtua wajib mendidik anak-anaknya dengan baik. Bukan hanya pendidikan formal saja, tapi juga pendidikan agama dan pengajaran akhlak-akhlak yang baik sesuai tuntunan agama Islam. Orangtua yang tidak peduli dengan pendidikan anak, bahkan mengabaikan nilai-nilai agama artinya ia sudah melakukan kesalahan fatal. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orangtua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim)

Pilih kasih pada anak

Setiap orangtua harus bisa bersikap adil dalam mengasihi anak-anaknya. Mereka tidak boleh membedakan perhatian dan kasih sayang antara satu sama lain. Penting sekali orangtua bersikap adil pada anak-anaknya. Jika tidak, hal ini akan menimbulkan permusuhan pada anak-anak hingga berdampak pada sikap tidak menghormati orangtua. Adil untuk semua anak baik laki-laki maupun perempuan harus ditunaikan oleh setiap orang tua, sebab adil adalah keteladanan orang tuanya yang akan diwariskan pada generasi setelahnya, maka barang siapa yang tidak adil bisa jadi rantai ini akan terus menyambung sampai keturunan berikutnya. Perkara adil ini sangat ditekankan oleh nabi Muhammad saw, sampai-sampai beliau menyebutnya 3 kali:

اِعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ ،اعْدِلُوا بَيْنَ أَبْنَائِكُمْ

"Bersikap adillah diantara anak-anakmu, adillah diantara anak-anakmu, adillah diantara anak-anakmu" (HR. Ahmad 4/275,278,375)

Membandingkan anak dengan orang lain

Ini adalah dosa yang sering dilakukan orangtua terhadap anak, yaitu membandingkan anak dengan orang lain dengan harapan agar anaknya menjadi lebih baik. Namun bukannya membaik, hal ini justru dapat merusak harga diri, mengurangi motivasi, dan meningkatkan kecemasan pada anak.

Kebiasaan membanding-bandingkan itu juga akan menimbulkan anak stress, perasaan rendah diri, mengasingkan diri, acuh tak acuh, bakat yang dimiliki bisa menghilang, menilai diri rendah, menjauh dari orang tua karena ia merasa tidak pernah bisa memuaskan orangtua serta persaingan antar saudara (Kementerian Pendidikan Nasional, Dampak Buruk Membandingkan-bandingkan Anak). Padahal sejatinya, setiap anak lahir dengan keunikannya masing-masing. Maka dari itu, membandingkan anak dengan orang lain atau saudara kandungnya bukanlah hal yang tepat.

Terlalu mengekang kebebasan anak

Banyak yang salah beranggapan bahwa orangtua harus mengatur segalanya untuk anak. Alhasil, mereka pun menjadi orangtua yang otoriter dan terlalu mengekang anak. Contohnya, mengekang kebebasan anak untuk bermain atau berteman dengan orang yang dia sukai. Wajar jika orangtua tak ingin anaknya terjerumus ke pergaulan yang salah. Namun, bukan berarti dengan mengurungnya di rumah dan tidak boleh bermain dengan teman-temannya. Berdasarkan sebuah penelitian oleh dokter Mai Stafford dari University College London, terlihat orangtua yang mengekang anak dapat memengaruhi kesehatan mental anaknya. Dalam penelitian tersebut, diketahui orangtua yang mengutamakan kehangatan dan respons positif menghasilkan anak yang lebih bahagia dan sehat mentalnya. Sementara orangtua yang mengekang dan otoriter menghasilkan anak yang tidak bahagia dan tidak puas pada hidupnya.

Menuntut anak menjadi dewasa sebelum waktunya

Dosa orangtua terhadap anak yang sering tak disadari ialah memberikan tanggung jawab yang terlalu besar untuk anak seusianya. Hal seperti ini bisa memengaruhi perkembangan emosionalnya. Menurut seorang psikoterapis berlisensi di Miami, Whitney Goodman, LMFT, anak yang dewasa sebelum waktunya cenderung memiliki luka emosional yang dalam dan tersimpan hingga dewasa. Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk selalu berlemah lembut. Memberikan kasih sayang penuh, memanjakan, merawat sepenuh hati, sekaligus membangun kedekatan dengan anak termasuk pola mendidik yang baik. Jadikan buah hati merasa aman, merasa dilindungi, dan nyaman bersama orangtua. Hindari sikap marah-marah dan memberi banyak larangan, berikanlah kesempatan pada anak supaya merasakan kebahagiaan yang berkualitas di masa kecil. Jika ingin anak bersikap dewasa, maka bimbing dia dengan perlahan. Ajari anak untuk memikul tanggung jawab dari hal terkecil, seperti membereskan mainan setelah digunakan. Anak akan lebih bertanggung jawab sejak dini jika orangtua terbiasa mengajarkannya. Berikut 3 tahapan mendidik anak secara Islami yang dipastikan berkahnya baik untuk sang anak maupun keluarganya.

Perlakukanlah anak usia 0 hingga 7 tahun layaknya seorang raja: Didiklah anak layaknya seorang raja dengan ketulusan dan kelembutan karena hal itu sangat berpengaruh pada perilaku mereka kelak ketika dewasa. Di usia ini perlu bagi sang ayah untuk memberikan waktu yang berkualitas dengan menunjukan kasih sayang, dan keteladanan.

Perlakukanlah anak usia 7 hingga 14 tahun layaknya seorang tahanan: Cara mendidik anak usia dini di rentang usia 7 hingga 14 tahun adalah menanamkan disiplin, kejujuran, kebiasaan baik dan yang terpenting adalah menanamkan Iman kepada Allah SWT.

قال جندب بن جنادة رضي الله عنه: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا، وأنتم اليوم تعلمون القرآن قبل الإيمان. رواه ابن ماجه وصححه الألباني

Jundub bin Junadah ra berkata, “Kami telah bersama Nabi saw ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari iman sebelum belajar al-Quran, kemudian barulah kami mempelajari al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” (HR. Ibn Majah dan disahihkan oleh al-Albani)

Perlakukanlah anak usia 14 hingga 21 tahun layaknya seorang kawan: Pada usia ini anak akan mengalami banyak perubahan, Usia ini adalah usia dimana anak tengah mengalami masa pubertas. Masa dimana mereka menginjak aqil baligh. Di usia ini sahabat Ali r.a mengajak orang tua untuk memperlakukan anak sebagai seorang sahabat. Ajarkan juga pada anak untuk berbakti kepada kedua orang tua, sebab berbakti pada orang tua adalah perintah pertama yang Allah perintahkan setelah kita mentauhidkan Nya, sebagaimana dalam surah Al-Luqman : 14. Dan wajib mengawasi, mengingatkan dan menasihati ketika mereka menyimpang sesuai dengan surat Al-ashr 1-3.

Demikian beberapa hal yang harus dihindari orangtua terhadap anak yang kadang jarang disadari. Semoga kita bisa menjadi orangtua yang lebih baik. Aamiin

Kamis, 17 Juni 2021

Kenakalan Remaja Cermin Kenakalan Orang Tua

 



 

Sebelum membaca tulisan berikut, sebaiknya pembaca lebih dulu membaca Kenakalan Remaja dan Kenakalan Orang Tua

Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, hingga pemerintah mengeluhkan permasalahan kenakalan remaja. Dan permasalahan kenakalan orang tua nyaris ditenggelamkan. Hal itu disebabkan orangtua memiliki segalanya untuk menciptakan, melakukan dan mempertahankan kenakalannya tanpa ada yang berani menggugat. Mengapa kenakalan orangtua tidak pernah terungkap atau diungkapkan sebagaimana pengungkapan terhadap berbagai kenakalan remaja? Fakta menunjukkan, dibalik keramahan, kebijakan, kearifan, maupun kebaikan orangtua, tersembunyi semangat lain yang berfungsi sebagai benteng pertahanan kokoh untuk melindungi mereka.

Orangtua banyak andil dalam pengambilan keputusan sang anak yang sebenarnya bertentangan dengan keinginan sang anak. Apalagi orangtua yang berkuasa atas uang anaknya sehingga sang anak mau tak mau harus menuruti kehendak orangtua, sehingga yang terjadi anak remaja mencari pelampiasan keinginannya yang tidak terpenuhi. Dalam hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah remaja, namun perlu kita teliti bagaimana pola pengasuhan orangtua kepada sang anak sehingga banyaknya kenakalan pada remaja.

Ada beberapa aspek yang melindungi orangtua dari kenakalan mereka, yakni:

Otoritas

Otoritas sebagai senjata ampuh dan andalan para orangtua untuk membungkam pendapat para remaja tentang kenakalan mereka. Kekuatan otoritas memungkinkan orangtua bertindak seenaknya tanpa terkendali dan pengawasan. Beberapa banyak anak tersiksa secara psikologis bahkan mungkin secara fisiologis, akibat tindakan dan perilaku orangtua yang tidak terpuji.

Monopoli kebenaran dan kekuasaan

Monopoli kebenaran dan kekuasaan yang dipegang orangtua menyebabkan mereka memiliki kewenangan untuk memanipulasi dan menetapkan kebenaran secara sepihak demi kepentingan mereka. Kekuasaan monopoli mengakibatkan para orangtua bertindak sewenang-wenang dan merekayasa situasi untuk keuntungan sendiri.

Penentu kebijakan

Dalam keluarga yang bernuansa lembaga, kebijakan selalu ditentukan secara sepihak, dari yang kuat kepada yang lemah. Dalam hal ini. Orangtualah yang menjadi penentu mutlak kebijakan, sedangkan anak-anak remaja mereka adalah sasaran kebijakan. Dalam kenyataan sehari-hari, beberapa banyak kebijakan yang ditentukan dan ditetapkan oleh para orangtua tanpa mengikutsertakan para remaja.

Kekuatan ekonomi

Kekuatan ekonomi merupakan senjata ampuh para orangtua untuk menekankan pemikiran, gagagsan, atau protes anak-anak remaja mereka. Melalui kekuatan ekonomi orangtua membungkam anak remajanya sehingga tunduk dan takhluk dibawah kekuasaan mereka.

Sikap otoriter

Sikap otoriter memungkinkan orangtua menyembunyikan kenakalan atau tindakan tidak terpuji. Sikap otoriter memang sangat ampuh untuk melumpuhkan sikap kritis para remaja terhadap orangtua. Terdapat beberapa hal yang sering menjadi pangkal perselisihan antara anak remaja dengan orang mereka adalah sebagai berikut:

Pendapat

Pendapat remaja yang disepelekan akan mengadakan perlawanan dengan cara sendiri. Itulah sebabnya mereka seringkali melampiaskan kemarahan, kekecewaan mereka melakukan tindakan vandalisme (merusak), kebut-kebutan di jalan raya, atau berkelahi di jalanan untuk melampiaskan kekecewaan akibat opini mereka yang tersumbat di rumah.

Pilihan

Pilihan selalu mengandung resiko, namun tidak seorangpun bisa menghindarkan diri dari pilihan. Pilihan adalah salah satu pangkal perselisihan orangtua dengan anak remaja. Betapa banyak orangtua yang memaksakankan pilihannya terhadap anak remajanya. Sebaliknya anak remaja tentu ingin bebas menentukan pilihannya berdasarkan kemampuannya. Jika terdapat perbedaan pilihaan antara orang tua dan anak yang kedua belah pihak bertahan pada pilihannya, maka dapat dipastikan pertikain hebat bakal terjadi.

Emosional

Masa remaja adalah fase ketika mereka ingin membebaskan diri dari keterikatan emosional dengan orang tuanya. Sebaliknya, karena diliputi oleh berbagai rasa kekhawatiran yang kurang ditunjang oleh argumentasi rasional, orangtua justru bertindak sebaliknya ingin mengukung anak remajanya supaya tetap bergantung secara emosional dengan mereka.

Pikiran

Seyogyanya orangtua harus memahami bahwa anak remaja, mereka mempunyai fikiran sendiri yang bebas dari intervensi orangtua atau siapapun juga. Kelemahan banyak orangtua adalah ingin menjadi penafsir tunggal atas setiap fenomena hidup.

Pengambilan keputusan

Dalam kehidupan sehari-hari beberapa banyak keputusan remaja yang diintervensi orangtua seakan-akan keputusan yang mereka pilih menuju sasaran yang salah. Dalam beberapa hal remaja memang harus dibimbing oleh orangtua untuk mempertajam keputusannya agar lebih mantap, karena seringkali remaja bingung menyeleksi demikian banyak pilihan. Tetapi orangtua hendaknya menghormati keputusan yang telah ditentukan anak remajanya.

Orang tua perlu mengevaluasi diri

Melakukan evaluasi diri sendiri tidaklah sulit dan bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Beberapa syarat evaluasi diri adalah:

  • Ada keinginan untuk memperbaiki diri
  • Kejujuran dalam mengemukakan data
  • Sikap terbuka menerima hasil evaluasi
  • Ada keberanian melakukan evaluasi
  • Ada kemauan memulai evaluasi
  • Mengesampingkan gengsi
  • Siap menerima kenyataan

Siapapun pada suatu saat bisa saja terjatuh ke dalam berbagai kenakalan dan perilaku tidak terpuji lainnya. Dengan melakukan evaluasi secara jujur dan terbuka, semua perilaku kenakalan dapat dianalisis dengan cermat. Tanpa mengetahui sebabnya mustahil kenakalan para orangtua dapat diselesaikan dengan tuntas. Sebaliknya kenakalan tersebut akan terus hidup menggurita dan mencari korban-korban baru setiap hari.

Kenakalan Remaja Cerminan Kenakalan Orangtua

Bentuk kenakalan remaja yang seringkali memusingkan kepala orangtua adalah sebagai berikut:

Pornografi

Banyak remaja yang terlibat dalam pornografi dan memanjakan dirinya demi kepuasan diri dan pemujaan terhadap paham hedonisme. Tetapi siapakah yang merancang pornografi dan mengajarkan seks bebas? Bukankah orang dewasa yang lebih dahulu meracuni sistem penalaran mereka?

Penentangan

Ada sejumlah orangtua yang tidak mampu membedakan antara menegakkan disiplin dengan menegakkan wibawa sehingga banyak remaja yang teraniaya secara psikologis oleh orangtua mereka sendiri. Inti pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi dan perhatian orangtua.

Perkelahian

Remaja laki-laki pada umumnya ingin menyatakan identitasnya dengan menunjukkan keberanian.

Narkoba

Sebenarnya para remaja adalah korban permainan orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan mereka.

Tindakan kriminal

Banyak pelajar yang terlibat perbuatan kriminal, penodongan, pemerkosaan, dari mana mereka belajar semua ini? Di rumah para remaja tidak memperoleh perhatian, di sekolah mendapat tekanan dari guru atau sistem kurikulum yang membuat mereka frustasi, di tengah masyarakat menyaksikan ketimpangan keadilan.

Melalaikan kewajiban

Hal ini merupakan yang umum terjadi pada remaja. Mereka cenderung mengabaikan segala kewajiban apalagi kewajiban tersebut memberatkan. Sebagai contoh: pembelajaran yang terlalu berat sedangkan orangtua menuntut nilai yang tinggi.

Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan watak dan tata nilai anak remaja yang kelak menjadi identitasnya. Seringkali remaja memandang rumah sebagai penjara baginya dan kedua orangtua tidak lebih sebagai makhluk yang menciptakan peraturan dan larangan. Komunikasi antara orangtua dan anak sangatlah penting sehingga orangtua sepenuhnya memberikan perhatian pada perkembangan anaknya. Namun, para ibu jarang berkumpul dengan anak, kurang memperhatikannya dan memberi kebebasan kepada anak dalam bergaul dan beraktivitas di luar rumah bersama teman-temannya.

Beberapa unsur yang mendorong remaja cenderung nakal dan membangkang:

  • Perceraian orangtua
  • Pengaruh tontonan
  • Remaja hasil hubungan gelap
  • Penelantaran
  • Otoritas
  • Perbedaan pola pikir
  • Lingkungan

Beberapa perilaku orangtua yang seringkali sangat berpotensi memicu perseteruan antara orangtua-remaja adalah:

  • Permusuhan
  • Kemarahan
  • Perlindungan berlebihan
  • Disiplin tidak jelas
  • Pertengkaran
  • Perlakukan suami terhadap istri dan sebaliknya

Faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja seperti yang dijelaskan di atas merupakan faktor penyebab internal dan eksternal.

Faktor penyebab internal

Faktor penyebab yang berasal dari dalam diri remaja karena pilihan, motivasi atau kemauannya sendiri untuk melakukan kenakalan. Hal ini  berdasar pada teori rational choice “kenakalan yang dilakukan oleh remaja terjadi karena pilihannya sendiri, interes, motivasi atau kemauannya sendiri”.

Faktor penyebab eksternal

Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja yang berasal dari luar diri anak, seperti faktor yang berasal dari lingkungan, pengaruh teman sepermainan dan minimnya ketersediaan waktu orang tua untuk mendidik anaknya.

Di lingkungan masyarakat anak hidup dan bergaul dengan orang lain dan mendapat pengalaman tentang hidup. Menurut Jhon Locke “jiwa manusia pada waktu dilahirkan adalah putih bersih, pengalamanlah yang akan menuliskan corak jiwa manusia selanjutnya”.

Faktor teman sepermainan juga mempengaruhi sikap para remaja karena keberadaan teman kelompok sangat dibutuhkan untuk saling mengenal sifat-sifat dari teman dalam pergaulannya.

Jensen mengatakan bahwa Differential association “kenakalan remaja adalah sebagai akibat dari salah pergaulan”.

Dalam hal permasalahan tersebut, orang tua harus melakukan pengawasan. Tugas untuk mendidik anak agar bertingkah laku yang baik, sopan, sesuai dengan norma dan tata krama masyarakat tetap menjadi tugas utama orang tua. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya berjalan kurang efektif.

Faktor pendukung orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya yaitu:

  • Menjadikan anak sebagai teman yang selalu mendukung pola pikirnya untuk memperoleh masa depan yang baik;
  • Memberikan kebebasan terhadap anak untuk memilih kegiatan yang positif;
  • Memberikan pengawasan terhadap anak.

Orang selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti: pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, pengaruh teknologi sampai pada lemahnya iman seseorang.

  • Dari pihak guru di sekolah:
  • Membawa materi budi pekerti dalam pembelajaran di kelas;
  • Menjadi guru yang humanis, sehingga dekat dengan siswa selain menjadi panutan bagi siswanya. Guru harus bisa menjadi teman bagi peserta didiknya, sehingga jika peserta didik memiliki masalah atau kendala mereka tidak sungkan lagi untuk bercerita agar masalahnya bisa terselesaikan
  • Guru perlu memperhatikan perkembangan remaja yang sekarang bahkan kelakuannya tidak sesuai dengan umurnya.

Masyarakat sebaiknya memberikan perhatian terhadap perkembangan remaja di sekitarnya. Selain itu, sikap serta apa yang dilakukan masyarakat sekitar pun bisa mempengaruhi remaja untuk berbuat kebaikan jika masyarakat meberikan contoh yang baik pula.

 

Referensi:

  • Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta
  • Gunarsa. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
  • Kartono, K. (2006). Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty
  • Sarwono, S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Selasa, 15 Juni 2021

Kenakalan Orang Tua

 



Petikan Kisah Kenakalan Orang Tua

Kisah semasa khalifah Umar Ibnu al-Khaththab: Suatu hari, datanglah seorang pria kepada Umar Ibnu al-Khaththab ra, yang mengeluhkan kedurhakaan anaknya. Lalu Umar mendatangkan si anak untuk menceritakan kedurhakaan yang ia lakukan terhadap bapaknya dan kelalain atas hak-hak orang tuanya.

Kemudian sang anak berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah seorang anak juga memiliki hak-hak kepada bapaknya?” Umar menjawab, “Benar!” Anak itu bertanya, “Apa hak-hak itu, wahai Amirul Mukminin?”, Umar menjawab, “Memilihkan ibu baginya, memberi nama yang baik baginya, dan mengajarkan Al-Quran kepadanya.” Sang anak pun lalu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sungguh, ayahku tidak melakukan hal itu. Ibuku adalah seorang hitam (dari Habasya) yang beragama Majusi. Aku pun diberi nama Ju’lan (si budak hitam jelek), dan ayahku belum pernah mengajarkan Al-Quran kepadaku mesti satu huruf pun.” Lalu Umar menoleh kepada laki-laki tadi dan berkata, “Kamu datang kepadaku dan mengeluhkan kedurhakaan anakmu. Padahal kamu lebih dulu mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu. Kamu lebih dulu berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”

Demikianlah Umar telah menyalahkan si ayah karena mengabaikan pendidikan dan tanggung jawab terhadap anaknya hingga si anak durhaka kepadanya. Anak memiliki hak yang harus dipenuhi dan menjadi kewajiban bagi setiap orang tua. Allah swt memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk menjaga keluarga kita dari neraka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. AT-Tahrim [66]: ayat 6).

Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, antara lain bermakna menyuruh keluarga berbuat taat kepada Allah swt dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya. Jika mengetahui keluarga berbuat maksiat kepada Allah swt, harus diperingatkan dan dicegah.

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Bentuk kenakalan orang tua terhadap anak:

Perceraian

Perselisihan keluarga dan perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja/anak. Kesalihan orang tua adalah cikal bakal kesalihan anak, dan kedurhakaan orang tua adalah cikal bakal anak menjadi durhaka. Wahai orang tua, janganlah engkau menyalahkan anakmu ketika mereka melakukan kemaksiatan.

Kurangnya pendidikan agama

Pendidikan agama ini sangat penting bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Mengajarkan akhlak dan ibadah kepada anak dimulai dari keluarga. Ini adalah tugas orang tua memberikan pendidikan agama kepada anaknya. Jika tidak ditanamkan sejak dini dan dimulai dari keluarga maka jangan berharap memiliki anak yang salih.

Mementingkan karir

Orangtua yang hanya mementingkan karir dan pekerjaannya setiap hari dari siang dan malam, tanpa memperhatikan perkembangan anaknya. Sehingga begitu sibuknya, mereka menyerahkan tugas dan kewajiban pengasuhannya tepada asisten rumah tangga.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

KDRT dan orang tua saling bertengkar, membuat anak menjadi bosan dan tidak betah di rumah. Setiap saat hanya mendengarkan keributan terus menerus sehingga tidak membuat kenyamanan dan suasana yang harmonis di dalam rumah. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi stres, sehingga anak mencari pergaulan dan lingkungan yang salah dengan teman-temannya. Sangat mungkin, mereka melakukan kemaksiatan dan kenakalan karena mencontoh kemaksiatan yang kita lakukan.

Setiap diri kita akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang kita terima.  Rasulullah saw bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin terhadap harta tuannya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta yang diurusnya. Ingatlah, masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar)

Nabi berabda:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ، الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللهُ

Artinya: Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barangsiapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya (HR. Tirmidzi)

Hati yang tidak memiliki kasih sayang, akan menjadikan pemiliknya bersifat keras, kasar dan kejam. Maka tentunya dengan adanya sifat tercela ini akan menimbulkan reaksi yang membuat penyimpangan anak-anak, menjerumuskan mereka ke dalam lumpur kejahatan, dan menenggelamkan mereka pada kebodohan dan kecelakaan.

Pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama, ayah dan ibu. Jika seorang ibu melalaikan tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak-anaknya karena sibuk dengan karir, teman-teman dan tamu-tamunya, serta sering keluar rumah, dan apabila seorang ayah menelantarkan tanggung jawabnya untuk bermain dan nongkrong di warung kopi bersama para sahabatnya, maka sudah pasti anak-anaknya akan tumbuh dewasa seperti anak-anak yatim dan hidup seperti gelandangan. Bahkan akan rusak dan menjadi pelaku kriminal di masyarakat.

Anak adalah amanah dari Allah swt yang mesti kita jaga dan rawat, agar tumbuh menjadi anak-anak yang shalih shalihah yang akan menjadi amal jariyah ketika kita meninggalkan dunia yang fana.

Kenakalan Seksual Pada Orangtua

Persoalan remaja muncul karena remaja masa kini menyaksikan sendiri perilaku orangtua mereka yang tidak terpuji. Salah satu kenakalan orangtua adalah memanfaatkan para remaja untuk kesenangan mereka. Kemampanan secara ekonomi dapat menjadi pendorong orangtua untuk melakukan petualangan seks. Sasaran empuk untuk dijadikan target adalah remaja karena remaja pada umumnya memiliki banyak keinginan, sedangkan secara ekonomi para remaja pasti tidak punya kemampuan. Meskipun tampak seperti tidak rasional, namun itulah realitas yang terjadi dan remaja menyaksikan bahkan mengalami sendiri berbagai rekayasa kenakalan orangtua. Sangat ironis, ketika para orangtua membicarakan kenakalan remaja, sebenarnya mereka membicarakan mereka sendiri.

Kenakalan Perilaku Orang Tua

Korupsi

Banyak remaja yang mengamati tindak tanduk koruptor yang tanpa malu-malu memamerkan hasil korupsinya dengan membeli barang-barang mewah, seperti rumah, kapal pesiar, mobil, jet pribadi dan sebagainya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(Q.S. An Nisa’: 29)

Ketika larangan ini ditentang, maka bahayanya sangat mengerikan, seperti: akan masuk neraka, tidak dapat mencapai derajat taqwa, kesadaran agamanya sempit, tidak diterima amalnya dan ditolak doanya. Padahal tidak sedikit anak remaja dibesarkan dengan uang korupsi. Banyak yang tanpa sadar menikmati, tetapi mereka tidak bisa bertindak untuk menghentikan kenakalan orang tuanya, karena secara ekonomi mereka bergantung kepada orangtuanya.

Kolusi

Menurut KBBI kata kolusi berasal dari bahasa inggris, yaitu collution, artinya: kerja sama rahasia untuk maksud tidak terpuji. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 pasal 1 ayat 4, kolusi adalah pemufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antara Penyelenggara negara atau dengan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan  Negara. Menurut Andrea Maulana kolusi adalah suatu rencana bejat untuk melaksanakan tindakan yang bejat pula. Dari sana dapat disimpulkan bahwa kolusi merupakan bentuk kerja sama rahasia yang bertujuan untuk merugikan orang lain, masyarakat dan negara.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Q.S. al Anfaal: 27).

Nepotisme

Sebagai contoh, untuk melanggengkan kenakalan korupsi, para orangtua menempatkan orang-orang yang bisa diajak kerjasama disekelilingnya, sekaligus merupakan benteng perlindungan terhadap kemungkinan tindak penyelidikan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (Q.S. at Taubah: 23).

Menyalahgunakan jabatan

Tidak sedikit orangtua yang menyalahgunakan jabatan, menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan sendiri, yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan kantor, misalnya: memakai kendaraan kantor untuk kepentingan pribadi; menggunakan telepon kantor untuk keperluan yang tidak berkaitan dengan kantor; membawa inventaris kantor ke rumah; menggelapkan data untuk kepentingan sendiri; mempersulit prosedur kerja; mengabaikan tata organisasi.

Rasulullah SAW sangat geram terhadap perilaku Ibnu al-Lutaibah yang telah menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri. Di kalangan masyarakat hal ini biasanya disebut dengan berbagai istilah, seperti money politics, uang sogok, uang kompromi, uang pelicin, dan sebagainya, tetapi esensinya sama yaitu suap (risywah).

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قاَلَ رَسُو لُ اللهِ – صَلَى اللهُ عَلَيْهِ ؤَسلَّمَ لَعَنْ اللهُ الرّاشِىَ وَالْمُرْ تَسِىَ فى الْحُكْمِ (رَوَاهُ اَحْمَدُ)

Artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata:  Rasul SAW bersabda: Allah SWT melaknat penyuap dan yang di suap (HR. Imam Ahmad).

Inses

Inses adalah hubungan seks yang terjadi antar kerabat dekat, misalnya hubungan seks antara kakak laki-laki dengan adik perempuannya, ayah kandung dengan putri kandungnya, ayah tiri dengan putri tirinya, dan lain-lain. Kemungkinan besar kasus inses, baik jumlah maupun frekuensi lebih banyak yang ditutupi ketimbang yang terungkap. Korban inses akan menjadi saksi bruk perilaku kenakalan orangtua.

Hubungan seks diluar nikah jelas haram, apalagi hubungan seks dilakukan dengan kerabat. Kerabat yang diharamkan pula ketika dinikahi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah SWT:

وَلا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَمَقْتًا وَسَاءَ سَبِيلا، حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالاتُكُمْ وَبَنَاتُ الأخِ وَبَنَاتُ الأخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الأخْتَيْنِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

Janganlah kalian mengawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, kecuali pada masa yang telah lalu. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji, dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kalian (mengawini) ibu-ibu kalian; anak-anak perempuan kalian; saudara-saudara perempuan kalian, saudara-saudara perempuan bapak kalian; saudara-saudara perempuan ibu kalian; anak-anak perempuan dari saudara-saudara laki-laki kalian; anak-anak perempuan dari saudara-saudara perempuan kalian; ibu-ibumu yang menyusui kalian; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isteri kalian (mertua); anak-anak isteri kalian yang dalam pemeliharaan kalian dari istri yang telah kalian campuri, tetapi jika kalian belum campur dengan isteri kalian itu (dan sudah kalian ceraikan), maka tidak berdosa kalian mengawininya; (dan diharamkan bagi kalian) istri-istri anak kandung kalian (menantu); dan mengumpulkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lalu (Jahiliah). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS an-Nisa’: 22-23).

Selain itu, Allah SWT juga berfirman:

الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلا اللائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ

Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kalian, (menganggap istrinya sebagai ibunya), padahal tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain adalah wanita yang melahirkan mereka dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan mungkar dan dusta. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun (QS al-Mujadilah: 2).

Jika Allah mengharamkan zhihâr, yaitu menganggap istri sama seperti ibu, padahal itu hanyalah anggapan, maka apa yang lebih dari sekadar anggapan, yaitu berhubungan badan dengan ibunya, jelas lebih diharamkan lagi.

Munafik

Banyak orangtua yang munafik dan menggunakan tameng dan topeng dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun dibalik tamen tersembunyi hati yang busuk, egois, dan menjadi penyebab kerusakan moral.

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.(Q. S. An Nisa’: 142)

Berdusta

Virus ketidak jujuran begitu hebat menggerogoti kebanyakan sistem penalaran orangtua dan menularkan pada anak-anak mereka. Banyak kebohongan yang diproduksi orangtua dalam rumah tangga, misalnya tidak jujur dalam hal sumber dan kegunaan keuangan, pembayaran pajak, kehidupan masa lalu, pergaulan dan lain-lain.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

 

Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd ra, ia berkata: Rosulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong)”.(HR. Ahmad)

Memaksakan kehendak

Memaksakan kehendak adalah salah satu kenakalan orangtua yang sangat melukai perasaan anak remajanya. Sebagai contoh, banyak orangtua yang memaksakan anak remajanya untuk masuk jurusan IPA di SMA, padahal bakat minat anaknya justru berada dijalur IPS. Dalam kenyatakan banyak orangtua yang memaksakan kehendaknya dan mengabaikan harga diri dan perasaan anak remajanya demi memuaskan ego mereka.

Minggu, 13 Juni 2021

Kenakalan Remaja

 




Definisi Kenakalan Remaja:

  • Kenakalan remaja ialah suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang remaja baik secara sendirian maupun secara kelompok yang sifatnya melanggar ketentuan- ketentuan hukum, moral, dan sosial yang berlaku di lingkungan masyarakatnya (Singgih, 1978).
  • Kenakalan remaja yaitu suatu perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum (Sarwono, 2002:207
  • Kenakalan remaja adalah perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh orang muda yang biasanya dibawah umur 16-18 tahun ( Musen,dkk, 1994:557).
  • Kenakalan remaja merupakan gejala patologis pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian social (Kartono, ilmuaan sosiologi).

Tingkat Kenakalan Remaja:

Menurut bentuknya kenakalan remaja terdapat tiga tingkatan sebagai berikut:

  1. Kenakalan biasa, misalnya suka berkelahi, keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
  2. kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan misalnya mengendarai sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin.
  3. Kenakalan khusus misalnya penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dan lain sebagainya (Sunarwiyati, 1985).

 

Faktor Kenakalan Remaja:

Faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja yang berasal dari luar diri remaja yaitu:

Orang tua

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hadits tersebut menunjukkan bahwa akhlak anak bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebahagian besar masanya berada dalam lingkungan keluarga/orang tua. Ini menunjukkan perkembangan mental, fizikal dan sosial adalah di bawah kawalan ibu bapa atau tertakluk kepada skrip hidup yang berlaku dalam sebuah rumahtangga. Dengan demikian jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar puncaknya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri. Isu pembawaan keluarga itu ialah, antara lain:

  1. Status ekonomi orang tua yang rendah dan dhaif sehingga anak membesar dalam keadaan terbiar.
  2. Kehidupan orang tua yang bergelimang dengan maksiat.
  3. Orang tua lebih mementingkan pekerjaannya daripada menjaga kebajikan keluarga.
  4. Rumahtangga yang tidak kukuh atau bercerai berai.
  5. Syiar Islam tidak kukuh dalam rumahtangga.

Pendidikan Agama

Dari Ali ra. ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ

Artinya: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya”. (HR. Ad-Dailami)

Islam memerintahkan agar anak diberikan pendidikan mencintai nabi, keluarganya dan membaca al Qur’an. Hal tersebut menjadikan anak akan memperoleh perlindungan dirinya dari perilaku negatif. Akan tetapi orang tua juga harus mencontohkan kepada anak-anaknya. Orang tua harus mencintai nabi, keluarganya dan juga al Qur’an. Memang pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui teladan yang baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena apa yang diperoleh dalam rumah tangga remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri. Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya. Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu menjadi tertinggal di belakang. Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan-perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.

Lingkungan sekitar

Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula. Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan mengganggu ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat atau pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhi untuk mencoba. Lingkungan masyarakat, multi-media, dan pusat-pusat hiburan yang menyediakan berbagai produk yang meningkatkan rangsangan seksual. Serta aktivitas lingkungan yang dapat akhlak manusia seperti,

  1. Persembahan konsert musik (dangdut-rock)
  2. Pusat permainan video
  3. Rumah aborsi
  4. Pergaulan bebas lelaki dan perempuan
  5. Penyiaran gambar lucah
  6. Pusat hiburan yang berunsur seks
  7. Pertandingan ratu cantik dan pertunjukan fesyen wanita.

Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan tempat memberi pengajaran dan pendidikan kedua kepada anak selepas orang tua. Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi kenakalan remaja di sekolah adalah:

  1. Disiplin sekolah yang longgar.
  2. Orang tua acuh terhadap kemajuan dan perkembangan anaknya di sekolah.
  3. Guru tidak mau tahu permasalahan yang dihadapi oleh siswanya.

Menurut Zarnuzi, Idealnya seorang guru memiliki sifat ‘alim wara’ dan lebih tua. Hal ini sejalan dengan ayat al-Quran :

لا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa , sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS at-Taubah 108)

Dalam konteks sekarang, masjid adalah sekolah. Lingkungan sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan tingkat keberhasilan anak dalam belajar, adalah sebagai lanjutan dari pendidikan lingkungan keluarga. Dalam perspektif Islam, fungsi sekolah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah dan syariah dalam upaya penghambaan diri terhadap Allah dan mentauhidkan-Nya sehingga manusia terhindar dari penyimpangan fitrahnya. Artinya, perilaku anak diarahkan agar tetap mempertahankan naluri keagamaan dan tidak keluar dari bingkai norma-norma Islam.

Dr. Kartini Kartono juga berpendapat bahwasannya faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja antara lain:

  1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing–masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.
  2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak–anak remaja yang tidak terpenuhi, keinginan dan harapan anak–anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau tidak men-dapatkan kompensasinya.
  3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk hidup normal, mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan control diri yang baik. Maka dengan demikian perhatian dan kasih sayang dari orang tua merupakan suatu dorongan yang berpengaruh dalam kejiwaan seorang remaja dalam membentuk kepribadian serta sikap remaja sehari-hari.

Dengan melihat beberapa faktor tersebut, mengajak kita untuk melihat kembali bahwa kenakalan yang dibuat oleh remaja bukan tanpa sebab, ada beberapa alasan seperti halnya ketidak mampuan orangtua dalam lebih mengawasi dan memberikan perhatian terutama bagi anak remaja yang dalam masa pubertas dan masa ingin coba-coba.

Dua aspek yang selalu berkaitan dengan remaja adalah kemerdekaan (independence) dan identitas diri (self-identity). Seiring berjalannya waktu mereka terus-menerus melepaskan keterikatan emosional dari orang-tua. Hal yang turut mempengaruhi pola perubahan pada remaja maupun kebebasannya adalah situasi dan kondisi masyarakat tempat remaja itu tumbuh, misalnya budaya, pendidikan, atau teknologi. Sebagai contoh selera musik remaja tahun 1960-an sangat jauh berbeda dengan selera musik remaja tahun 2021.

Selain itu, remaja umumnya mampu memahami logika dan konsekuensi dari sebuah tindakan logis. Pola berpikir logis membuat mereka selalu menuntut alasan (reasoning) di balik sebuah tindakan. Itulah sebabnya, para remaja seringkali diberi label sebagai kelompok yang suka menentang (argumentative). Seringkali remaja memandang orangtua mereka terlalu lamban dan mereka lebih unggul dibandingkan orangtua. Meskipun tidak salah, namun pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Kebanyakan orangtua terlambat menyadari kondisi dan jalan pikiran anak remaja mereka sehingga menimbulkan konflik (Surbakti, 2008:4).

Para remaja juga sering mempertanyakan eksistensi orangtua mereka, “Apakah mereka jujur sebagai orangtua?” “Apakah perkataan mereka dapat dipercaya?” “Apakah mereka memiliki moral dan nilai-nilai?’’. Status remaja mendorong mereka menuntut diperlakukan sebagai orang dewasa dan berupaya melepaskan diri dari ikatan emosional dengan orangtua. Tidak sedikit orangtua bingung menghadapi sikap anak-anak remaja mereka yang mulai berani melancarkan protes atau penentangan, terutama menentang otoritas orangtua yang mereka anggap membelenggu kemerdekaan mereka.

Ciri perubahan dari anak menuju remaja:

Meskipun selalu terdapat perbedaan tentang usia yang paling tepat untuk menggambarkan remaja, namun secara umum perubahan masa kanak-kanak menjadi remaja dapat dikenali dari dua sisi utama, yakni:

Perubahan biologis/fisiologis

Secara biologis, fisik mereka mengalami perubahan bentuk menuju arah kematangan dan kedewasaan. Ada tiga ciri perubahan psikologis yaitu primer, sekunder dan tersier.

  1. Ciri perubahan primer pada remaja berhubungan dengan jenis kelamin yaitu kematangan alat kelamin yang ditandai dengan menstruasi pada remaja perempuan dan mimpi basah bagi remaja laki-laki.
  2. Ciri perubahan sekunder ditandai dengan pertumbuhan otot menjadi kekar, suara berubah menjadi besar, jakun membesar, bahu melebar, tumbuh bulu-bulu ditempat tertentu, seperti diketiak, disekitar penis dan di daerah pipi. Beberapa anak laki-laki disertai pertumbuhan kumis dan jenggot atau jambang yang lebat. Hal yang sama dialami oleh remaja perempuan, yakni tumbuh bulu diketiak, vagina, pinggul yang membesar, mendapat menstruasi, suara berubah, dan payudara yang membesar.
  3. Ciri perubahan tersier terlihat pada beberapa remaja yang sering mengalami gerak motorik yang tidak terkendali, bahkan ada beberapa remaja laki-laki seringkali mengalami perubahan suara yang kian membesar.

Perubahan psikologis

Beberapa aspek yang sering menjadi ciri khas mereka adalah:

  1. Prestasi belajar sering tidak stabil, bahkan cenderung menurun
  2. Kurang peduli dengan lingkungan
  3. Sering melakukan penentangan
  4. Cenderung mudah tersinggung dan menarik diri (isolasi)
  5. Sering gelisah dan murung
  6. Cenderung menghindari tanggung jawab
  7. Kurang menghargai tata aturan

Identitas remaja

Tugas penting seorang remaja dalam mengembangkan identitas ialah konsepsi tentang siapa dia, apa yang dia kerjakan, dan kemana dia pergi. Seperti diketahui, standar moral dan nilai-nilai anak remaja sebagian besar berasal dari orangtua mereka. Perasaan harga diri mereka mencerminkan pandangan orangtua mereka. Selain itu, nilai-nilai yang diajarkan sekolah dan guru juga turut mempengaruhi mereka. Jika nilai-nilai yang diajarkan sekolah sama dengan nilai-nilai yang ditanamkan orangtua, mereka tidak akan menemukan kegusaran untuk mengadopsi nilai-nilai tersebut menjadi bagian dari identitas mereka. Sebaliknya, jika nilai-nilai dari orangtua bertentangan dengan nilai-nilai yang diperoleh dari luar, mereka akan mengalami konflik akibat kesulitan mengadopsi sistem nilai yang berbeda menjadi acuan tata nilai mereka.

Seorang anak akan menjadi baik atau jahat tergantung dari pengalaman. Kalau anak mendapat pengalaman baik dia akan menjadi anak yang baik, kalau pengalamannya tentang kejahatan dia menjadi anak jahat. Secara fungsional struktural, masyarakat ikut mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya melalui berbagai pengalaman yang berulang kali (Ihsan, 2010).

 

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...