Sebelum membaca tulisan berikut, sebaiknya pembaca lebih dulu membaca Kenakalan Remaja dan Kenakalan Orang Tua
Dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, hingga pemerintah mengeluhkan
permasalahan kenakalan remaja. Dan permasalahan kenakalan orang tua nyaris
ditenggelamkan. Hal itu disebabkan orangtua memiliki segalanya untuk
menciptakan, melakukan dan mempertahankan kenakalannya tanpa ada yang berani
menggugat. Mengapa kenakalan orangtua tidak pernah terungkap atau diungkapkan
sebagaimana pengungkapan terhadap berbagai kenakalan remaja? Fakta menunjukkan,
dibalik keramahan, kebijakan, kearifan, maupun kebaikan orangtua, tersembunyi
semangat lain yang berfungsi sebagai benteng pertahanan kokoh untuk melindungi
mereka.
Orangtua banyak
andil dalam pengambilan keputusan sang anak yang sebenarnya bertentangan dengan
keinginan sang anak. Apalagi orangtua yang berkuasa atas uang anaknya sehingga
sang anak mau tak mau harus menuruti kehendak orangtua, sehingga yang terjadi
anak remaja mencari pelampiasan keinginannya yang tidak terpenuhi. Dalam hal
ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah remaja, namun perlu kita teliti bagaimana
pola pengasuhan orangtua kepada sang anak sehingga banyaknya kenakalan pada
remaja.
Ada beberapa aspek yang melindungi orangtua dari kenakalan mereka, yakni:
Otoritas
Otoritas sebagai
senjata ampuh dan andalan para orangtua untuk membungkam pendapat para remaja
tentang kenakalan mereka. Kekuatan otoritas memungkinkan orangtua bertindak seenaknya
tanpa terkendali dan pengawasan. Beberapa banyak anak tersiksa secara
psikologis bahkan mungkin secara fisiologis, akibat tindakan dan perilaku
orangtua yang tidak terpuji.
Monopoli
kebenaran dan kekuasaan
Monopoli kebenaran
dan kekuasaan yang dipegang orangtua menyebabkan mereka memiliki kewenangan
untuk memanipulasi dan menetapkan kebenaran secara sepihak demi kepentingan
mereka. Kekuasaan monopoli mengakibatkan para orangtua bertindak
sewenang-wenang dan merekayasa situasi untuk keuntungan sendiri.
Penentu kebijakan
Dalam keluarga yang
bernuansa lembaga, kebijakan selalu ditentukan secara sepihak, dari yang kuat
kepada yang lemah. Dalam hal ini. Orangtualah yang menjadi penentu mutlak
kebijakan, sedangkan anak-anak remaja mereka adalah sasaran kebijakan. Dalam
kenyataan sehari-hari, beberapa banyak kebijakan yang ditentukan dan ditetapkan
oleh para orangtua tanpa mengikutsertakan para remaja.
Kekuatan ekonomi
Kekuatan ekonomi
merupakan senjata ampuh para orangtua untuk menekankan pemikiran, gagagsan,
atau protes anak-anak remaja mereka. Melalui kekuatan ekonomi orangtua
membungkam anak remajanya sehingga tunduk dan takhluk dibawah kekuasaan mereka.
Sikap otoriter
Sikap otoriter memungkinkan orangtua menyembunyikan kenakalan atau tindakan tidak terpuji. Sikap otoriter memang sangat ampuh untuk melumpuhkan sikap kritis para remaja terhadap orangtua. Terdapat beberapa hal yang sering menjadi pangkal perselisihan antara anak remaja dengan orang mereka adalah sebagai berikut:
Pendapat
Pendapat remaja yang
disepelekan akan mengadakan perlawanan dengan cara sendiri. Itulah sebabnya
mereka seringkali melampiaskan kemarahan, kekecewaan mereka melakukan tindakan
vandalisme (merusak), kebut-kebutan di jalan raya, atau berkelahi di jalanan
untuk melampiaskan kekecewaan akibat opini mereka yang tersumbat di rumah.
Pilihan
Pilihan selalu
mengandung resiko, namun tidak seorangpun bisa menghindarkan diri dari pilihan.
Pilihan adalah salah satu pangkal perselisihan orangtua dengan anak remaja.
Betapa banyak orangtua yang memaksakankan pilihannya terhadap anak remajanya.
Sebaliknya anak remaja tentu ingin bebas menentukan pilihannya berdasarkan
kemampuannya. Jika terdapat perbedaan pilihaan antara orang tua dan anak yang
kedua belah pihak bertahan pada pilihannya, maka dapat dipastikan pertikain
hebat bakal terjadi.
Emosional
Masa remaja adalah
fase ketika mereka ingin membebaskan diri dari keterikatan emosional dengan
orang tuanya. Sebaliknya, karena diliputi oleh berbagai rasa kekhawatiran yang
kurang ditunjang oleh argumentasi rasional, orangtua justru bertindak
sebaliknya ingin mengukung anak remajanya supaya tetap bergantung secara emosional
dengan mereka.
Pikiran
Seyogyanya orangtua
harus memahami bahwa anak remaja, mereka mempunyai fikiran sendiri yang bebas
dari intervensi orangtua atau siapapun juga. Kelemahan banyak orangtua adalah
ingin menjadi penafsir tunggal atas setiap fenomena hidup.
Pengambilan
keputusan
Dalam kehidupan
sehari-hari beberapa banyak keputusan remaja yang diintervensi orangtua
seakan-akan keputusan yang mereka pilih menuju sasaran yang salah. Dalam
beberapa hal remaja memang harus dibimbing oleh orangtua untuk mempertajam
keputusannya agar lebih mantap, karena seringkali remaja bingung menyeleksi
demikian banyak pilihan. Tetapi orangtua hendaknya menghormati keputusan yang
telah ditentukan anak remajanya.
Orang tua perlu mengevaluasi diri
Melakukan evaluasi diri sendiri tidaklah sulit dan bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Beberapa syarat evaluasi diri adalah:
- Ada keinginan untuk memperbaiki diri
- Kejujuran dalam mengemukakan data
- Sikap terbuka menerima hasil evaluasi
- Ada keberanian melakukan evaluasi
- Ada kemauan memulai evaluasi
- Mengesampingkan gengsi
- Siap menerima kenyataan
Siapapun pada suatu
saat bisa saja terjatuh ke dalam berbagai kenakalan dan perilaku tidak terpuji
lainnya. Dengan melakukan evaluasi secara jujur dan terbuka, semua perilaku
kenakalan dapat dianalisis dengan cermat. Tanpa mengetahui sebabnya mustahil
kenakalan para orangtua dapat diselesaikan dengan tuntas. Sebaliknya kenakalan
tersebut akan terus hidup menggurita dan mencari korban-korban baru setiap
hari.
Kenakalan Remaja Cerminan Kenakalan Orangtua
Bentuk kenakalan
remaja yang seringkali memusingkan kepala orangtua adalah sebagai berikut:
Pornografi
Banyak remaja yang terlibat dalam pornografi dan
memanjakan dirinya demi kepuasan diri dan pemujaan terhadap paham hedonisme.
Tetapi siapakah yang merancang pornografi dan mengajarkan seks bebas? Bukankah
orang dewasa yang lebih dahulu meracuni sistem penalaran mereka?
Penentangan
Ada sejumlah orangtua yang tidak mampu membedakan
antara menegakkan disiplin dengan menegakkan wibawa sehingga banyak remaja yang
teraniaya secara psikologis oleh orangtua mereka sendiri. Inti pemberontakan
remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi dan perhatian
orangtua.
Perkelahian
Remaja laki-laki pada umumnya ingin menyatakan identitasnya
dengan menunjukkan keberanian.
Narkoba
Sebenarnya para remaja adalah korban permainan orang
dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan
mereka.
Tindakan kriminal
Banyak pelajar yang terlibat perbuatan kriminal, penodongan,
pemerkosaan, dari mana mereka belajar semua ini? Di rumah para remaja tidak memperoleh
perhatian, di sekolah mendapat tekanan dari guru atau sistem kurikulum yang
membuat mereka frustasi, di tengah masyarakat menyaksikan ketimpangan keadilan.
Melalaikan kewajiban
Hal ini merupakan yang umum terjadi pada remaja. Mereka cenderung mengabaikan segala kewajiban apalagi kewajiban tersebut memberatkan. Sebagai contoh: pembelajaran yang terlalu berat sedangkan orangtua menuntut nilai yang tinggi.
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan watak dan tata nilai anak remaja yang kelak menjadi identitasnya. Seringkali remaja memandang rumah sebagai penjara baginya dan kedua orangtua tidak lebih sebagai makhluk yang menciptakan peraturan dan larangan. Komunikasi antara orangtua dan anak sangatlah penting sehingga orangtua sepenuhnya memberikan perhatian pada perkembangan anaknya. Namun, para ibu jarang berkumpul dengan anak, kurang memperhatikannya dan memberi kebebasan kepada anak dalam bergaul dan beraktivitas di luar rumah bersama teman-temannya.
Beberapa unsur yang mendorong remaja cenderung nakal dan membangkang:
- Perceraian orangtua
- Pengaruh tontonan
- Remaja hasil hubungan gelap
- Penelantaran
- Otoritas
- Perbedaan pola pikir
- Lingkungan
Beberapa perilaku orangtua yang seringkali sangat berpotensi memicu perseteruan antara orangtua-remaja adalah:
- Permusuhan
- Kemarahan
- Perlindungan berlebihan
- Disiplin tidak jelas
- Pertengkaran
- Perlakukan suami terhadap istri dan sebaliknya
Faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja seperti yang dijelaskan di atas merupakan faktor penyebab internal dan eksternal.
Faktor penyebab
internal
Faktor penyebab yang
berasal dari dalam diri remaja karena pilihan, motivasi atau kemauannya sendiri
untuk melakukan kenakalan. Hal ini berdasar
pada teori rational choice “kenakalan yang dilakukan oleh remaja terjadi
karena pilihannya sendiri, interes, motivasi atau kemauannya sendiri”.
Faktor penyebab
eksternal
Faktor penyebab
terjadinya kenakalan remaja yang berasal dari luar diri anak, seperti faktor
yang berasal dari lingkungan, pengaruh teman sepermainan dan minimnya ketersediaan
waktu orang tua untuk mendidik anaknya.
Di lingkungan
masyarakat anak hidup dan bergaul dengan orang lain dan mendapat pengalaman
tentang hidup. Menurut Jhon Locke “jiwa manusia pada waktu dilahirkan adalah
putih bersih, pengalamanlah yang akan menuliskan corak jiwa manusia selanjutnya”.
Faktor teman
sepermainan juga mempengaruhi sikap para remaja karena keberadaan teman
kelompok sangat dibutuhkan untuk saling mengenal sifat-sifat dari teman dalam
pergaulannya.
Jensen mengatakan
bahwa Differential association “kenakalan remaja adalah sebagai akibat
dari salah pergaulan”.
Dalam hal
permasalahan tersebut, orang tua harus melakukan pengawasan. Tugas untuk
mendidik anak agar bertingkah laku yang baik, sopan, sesuai dengan norma dan
tata krama masyarakat tetap menjadi tugas utama orang tua. Keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat. Orang tua juga
sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi
si anak. Peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya berjalan
kurang efektif.
Faktor pendukung orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya yaitu:
- Menjadikan anak sebagai teman yang selalu mendukung pola pikirnya untuk memperoleh masa depan yang baik;
- Memberikan kebebasan terhadap anak untuk memilih kegiatan yang positif;
- Memberikan pengawasan terhadap anak.
Orang selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti: pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, pengaruh teknologi sampai pada lemahnya iman seseorang.
- Dari pihak guru di sekolah:
- Membawa materi budi pekerti dalam pembelajaran di kelas;
- Menjadi guru yang humanis, sehingga dekat dengan siswa selain menjadi panutan bagi siswanya. Guru harus bisa menjadi teman bagi peserta didiknya, sehingga jika peserta didik memiliki masalah atau kendala mereka tidak sungkan lagi untuk bercerita agar masalahnya bisa terselesaikan
- Guru perlu memperhatikan perkembangan remaja yang sekarang bahkan kelakuannya tidak sesuai dengan umurnya.
Masyarakat sebaiknya
memberikan perhatian terhadap perkembangan remaja di sekitarnya. Selain itu,
sikap serta apa yang dilakukan masyarakat sekitar pun bisa mempengaruhi remaja
untuk berbuat kebaikan jika masyarakat meberikan contoh yang baik pula.
Referensi:
- Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta
- Gunarsa. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
- Kartono, K. (2006). Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty
- Sarwono, S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
اَلْوَلَدُ سِرُّ الْوَالِد ngoten geh 😊🙏
BalasHapusكماقال الغزالي