Kamis, 17 Juni 2021

Kenakalan Remaja Cermin Kenakalan Orang Tua

 



 

Sebelum membaca tulisan berikut, sebaiknya pembaca lebih dulu membaca Kenakalan Remaja dan Kenakalan Orang Tua

Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, hingga pemerintah mengeluhkan permasalahan kenakalan remaja. Dan permasalahan kenakalan orang tua nyaris ditenggelamkan. Hal itu disebabkan orangtua memiliki segalanya untuk menciptakan, melakukan dan mempertahankan kenakalannya tanpa ada yang berani menggugat. Mengapa kenakalan orangtua tidak pernah terungkap atau diungkapkan sebagaimana pengungkapan terhadap berbagai kenakalan remaja? Fakta menunjukkan, dibalik keramahan, kebijakan, kearifan, maupun kebaikan orangtua, tersembunyi semangat lain yang berfungsi sebagai benteng pertahanan kokoh untuk melindungi mereka.

Orangtua banyak andil dalam pengambilan keputusan sang anak yang sebenarnya bertentangan dengan keinginan sang anak. Apalagi orangtua yang berkuasa atas uang anaknya sehingga sang anak mau tak mau harus menuruti kehendak orangtua, sehingga yang terjadi anak remaja mencari pelampiasan keinginannya yang tidak terpenuhi. Dalam hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah remaja, namun perlu kita teliti bagaimana pola pengasuhan orangtua kepada sang anak sehingga banyaknya kenakalan pada remaja.

Ada beberapa aspek yang melindungi orangtua dari kenakalan mereka, yakni:

Otoritas

Otoritas sebagai senjata ampuh dan andalan para orangtua untuk membungkam pendapat para remaja tentang kenakalan mereka. Kekuatan otoritas memungkinkan orangtua bertindak seenaknya tanpa terkendali dan pengawasan. Beberapa banyak anak tersiksa secara psikologis bahkan mungkin secara fisiologis, akibat tindakan dan perilaku orangtua yang tidak terpuji.

Monopoli kebenaran dan kekuasaan

Monopoli kebenaran dan kekuasaan yang dipegang orangtua menyebabkan mereka memiliki kewenangan untuk memanipulasi dan menetapkan kebenaran secara sepihak demi kepentingan mereka. Kekuasaan monopoli mengakibatkan para orangtua bertindak sewenang-wenang dan merekayasa situasi untuk keuntungan sendiri.

Penentu kebijakan

Dalam keluarga yang bernuansa lembaga, kebijakan selalu ditentukan secara sepihak, dari yang kuat kepada yang lemah. Dalam hal ini. Orangtualah yang menjadi penentu mutlak kebijakan, sedangkan anak-anak remaja mereka adalah sasaran kebijakan. Dalam kenyataan sehari-hari, beberapa banyak kebijakan yang ditentukan dan ditetapkan oleh para orangtua tanpa mengikutsertakan para remaja.

Kekuatan ekonomi

Kekuatan ekonomi merupakan senjata ampuh para orangtua untuk menekankan pemikiran, gagagsan, atau protes anak-anak remaja mereka. Melalui kekuatan ekonomi orangtua membungkam anak remajanya sehingga tunduk dan takhluk dibawah kekuasaan mereka.

Sikap otoriter

Sikap otoriter memungkinkan orangtua menyembunyikan kenakalan atau tindakan tidak terpuji. Sikap otoriter memang sangat ampuh untuk melumpuhkan sikap kritis para remaja terhadap orangtua. Terdapat beberapa hal yang sering menjadi pangkal perselisihan antara anak remaja dengan orang mereka adalah sebagai berikut:

Pendapat

Pendapat remaja yang disepelekan akan mengadakan perlawanan dengan cara sendiri. Itulah sebabnya mereka seringkali melampiaskan kemarahan, kekecewaan mereka melakukan tindakan vandalisme (merusak), kebut-kebutan di jalan raya, atau berkelahi di jalanan untuk melampiaskan kekecewaan akibat opini mereka yang tersumbat di rumah.

Pilihan

Pilihan selalu mengandung resiko, namun tidak seorangpun bisa menghindarkan diri dari pilihan. Pilihan adalah salah satu pangkal perselisihan orangtua dengan anak remaja. Betapa banyak orangtua yang memaksakankan pilihannya terhadap anak remajanya. Sebaliknya anak remaja tentu ingin bebas menentukan pilihannya berdasarkan kemampuannya. Jika terdapat perbedaan pilihaan antara orang tua dan anak yang kedua belah pihak bertahan pada pilihannya, maka dapat dipastikan pertikain hebat bakal terjadi.

Emosional

Masa remaja adalah fase ketika mereka ingin membebaskan diri dari keterikatan emosional dengan orang tuanya. Sebaliknya, karena diliputi oleh berbagai rasa kekhawatiran yang kurang ditunjang oleh argumentasi rasional, orangtua justru bertindak sebaliknya ingin mengukung anak remajanya supaya tetap bergantung secara emosional dengan mereka.

Pikiran

Seyogyanya orangtua harus memahami bahwa anak remaja, mereka mempunyai fikiran sendiri yang bebas dari intervensi orangtua atau siapapun juga. Kelemahan banyak orangtua adalah ingin menjadi penafsir tunggal atas setiap fenomena hidup.

Pengambilan keputusan

Dalam kehidupan sehari-hari beberapa banyak keputusan remaja yang diintervensi orangtua seakan-akan keputusan yang mereka pilih menuju sasaran yang salah. Dalam beberapa hal remaja memang harus dibimbing oleh orangtua untuk mempertajam keputusannya agar lebih mantap, karena seringkali remaja bingung menyeleksi demikian banyak pilihan. Tetapi orangtua hendaknya menghormati keputusan yang telah ditentukan anak remajanya.

Orang tua perlu mengevaluasi diri

Melakukan evaluasi diri sendiri tidaklah sulit dan bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Beberapa syarat evaluasi diri adalah:

  • Ada keinginan untuk memperbaiki diri
  • Kejujuran dalam mengemukakan data
  • Sikap terbuka menerima hasil evaluasi
  • Ada keberanian melakukan evaluasi
  • Ada kemauan memulai evaluasi
  • Mengesampingkan gengsi
  • Siap menerima kenyataan

Siapapun pada suatu saat bisa saja terjatuh ke dalam berbagai kenakalan dan perilaku tidak terpuji lainnya. Dengan melakukan evaluasi secara jujur dan terbuka, semua perilaku kenakalan dapat dianalisis dengan cermat. Tanpa mengetahui sebabnya mustahil kenakalan para orangtua dapat diselesaikan dengan tuntas. Sebaliknya kenakalan tersebut akan terus hidup menggurita dan mencari korban-korban baru setiap hari.

Kenakalan Remaja Cerminan Kenakalan Orangtua

Bentuk kenakalan remaja yang seringkali memusingkan kepala orangtua adalah sebagai berikut:

Pornografi

Banyak remaja yang terlibat dalam pornografi dan memanjakan dirinya demi kepuasan diri dan pemujaan terhadap paham hedonisme. Tetapi siapakah yang merancang pornografi dan mengajarkan seks bebas? Bukankah orang dewasa yang lebih dahulu meracuni sistem penalaran mereka?

Penentangan

Ada sejumlah orangtua yang tidak mampu membedakan antara menegakkan disiplin dengan menegakkan wibawa sehingga banyak remaja yang teraniaya secara psikologis oleh orangtua mereka sendiri. Inti pemberontakan remaja adalah ingin mendapatkan kemerdekaan, pengakuan eksistensi dan perhatian orangtua.

Perkelahian

Remaja laki-laki pada umumnya ingin menyatakan identitasnya dengan menunjukkan keberanian.

Narkoba

Sebenarnya para remaja adalah korban permainan orang dewasa yang ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan mereka.

Tindakan kriminal

Banyak pelajar yang terlibat perbuatan kriminal, penodongan, pemerkosaan, dari mana mereka belajar semua ini? Di rumah para remaja tidak memperoleh perhatian, di sekolah mendapat tekanan dari guru atau sistem kurikulum yang membuat mereka frustasi, di tengah masyarakat menyaksikan ketimpangan keadilan.

Melalaikan kewajiban

Hal ini merupakan yang umum terjadi pada remaja. Mereka cenderung mengabaikan segala kewajiban apalagi kewajiban tersebut memberatkan. Sebagai contoh: pembelajaran yang terlalu berat sedangkan orangtua menuntut nilai yang tinggi.

Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan watak dan tata nilai anak remaja yang kelak menjadi identitasnya. Seringkali remaja memandang rumah sebagai penjara baginya dan kedua orangtua tidak lebih sebagai makhluk yang menciptakan peraturan dan larangan. Komunikasi antara orangtua dan anak sangatlah penting sehingga orangtua sepenuhnya memberikan perhatian pada perkembangan anaknya. Namun, para ibu jarang berkumpul dengan anak, kurang memperhatikannya dan memberi kebebasan kepada anak dalam bergaul dan beraktivitas di luar rumah bersama teman-temannya.

Beberapa unsur yang mendorong remaja cenderung nakal dan membangkang:

  • Perceraian orangtua
  • Pengaruh tontonan
  • Remaja hasil hubungan gelap
  • Penelantaran
  • Otoritas
  • Perbedaan pola pikir
  • Lingkungan

Beberapa perilaku orangtua yang seringkali sangat berpotensi memicu perseteruan antara orangtua-remaja adalah:

  • Permusuhan
  • Kemarahan
  • Perlindungan berlebihan
  • Disiplin tidak jelas
  • Pertengkaran
  • Perlakukan suami terhadap istri dan sebaliknya

Faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja seperti yang dijelaskan di atas merupakan faktor penyebab internal dan eksternal.

Faktor penyebab internal

Faktor penyebab yang berasal dari dalam diri remaja karena pilihan, motivasi atau kemauannya sendiri untuk melakukan kenakalan. Hal ini  berdasar pada teori rational choice “kenakalan yang dilakukan oleh remaja terjadi karena pilihannya sendiri, interes, motivasi atau kemauannya sendiri”.

Faktor penyebab eksternal

Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja yang berasal dari luar diri anak, seperti faktor yang berasal dari lingkungan, pengaruh teman sepermainan dan minimnya ketersediaan waktu orang tua untuk mendidik anaknya.

Di lingkungan masyarakat anak hidup dan bergaul dengan orang lain dan mendapat pengalaman tentang hidup. Menurut Jhon Locke “jiwa manusia pada waktu dilahirkan adalah putih bersih, pengalamanlah yang akan menuliskan corak jiwa manusia selanjutnya”.

Faktor teman sepermainan juga mempengaruhi sikap para remaja karena keberadaan teman kelompok sangat dibutuhkan untuk saling mengenal sifat-sifat dari teman dalam pergaulannya.

Jensen mengatakan bahwa Differential association “kenakalan remaja adalah sebagai akibat dari salah pergaulan”.

Dalam hal permasalahan tersebut, orang tua harus melakukan pengawasan. Tugas untuk mendidik anak agar bertingkah laku yang baik, sopan, sesuai dengan norma dan tata krama masyarakat tetap menjadi tugas utama orang tua. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya berjalan kurang efektif.

Faktor pendukung orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya yaitu:

  • Menjadikan anak sebagai teman yang selalu mendukung pola pikirnya untuk memperoleh masa depan yang baik;
  • Memberikan kebebasan terhadap anak untuk memilih kegiatan yang positif;
  • Memberikan pengawasan terhadap anak.

Orang selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti: pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, pengaruh teknologi sampai pada lemahnya iman seseorang.

  • Dari pihak guru di sekolah:
  • Membawa materi budi pekerti dalam pembelajaran di kelas;
  • Menjadi guru yang humanis, sehingga dekat dengan siswa selain menjadi panutan bagi siswanya. Guru harus bisa menjadi teman bagi peserta didiknya, sehingga jika peserta didik memiliki masalah atau kendala mereka tidak sungkan lagi untuk bercerita agar masalahnya bisa terselesaikan
  • Guru perlu memperhatikan perkembangan remaja yang sekarang bahkan kelakuannya tidak sesuai dengan umurnya.

Masyarakat sebaiknya memberikan perhatian terhadap perkembangan remaja di sekitarnya. Selain itu, sikap serta apa yang dilakukan masyarakat sekitar pun bisa mempengaruhi remaja untuk berbuat kebaikan jika masyarakat meberikan contoh yang baik pula.

 

Referensi:

  • Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta
  • Gunarsa. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
  • Kartono, K. (2006). Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty
  • Sarwono, S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

1 komentar:

  1. اَلْوَلَدُ سِرُّ الْوَالِد ngoten geh 😊🙏

    كماقال الغزالي

    BalasHapus

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...