Kamis, 24 Juni 2021

 

Saring sebelum Sharing

 



Media sosial merupakan media interaksi antara satu sama lain. Media untuk saling berbagi materi, informasi, foto dan sebagainya. Media sosial sangat bermanfaat untuk masyarakat dan juga pemerintah.  Media sosial sangat bermanfaat ketika yang disampaikan adalah sebuah kebenaran dan inilah yang sejatinya yang diharapkan. Namun sayangnya sering sekali media sosial juga disalah manfaatkan untuk menyampaikan ketidak benaran. Ketidak benaran, kepalsuan atau istilah kerennya adalah hoax. Inilah yang sama sekali bukan harapan, karena ini adalah sebuah bahaya besar.  Berita, gambar dan juga film, yang sengaja dibuat, dikemas, diserbar sehingga menimbulkan ketakutan, kehebohan, su’udzon (prasangka buruk), kebencian, kesesatan, permusuhan,  hingga peperangan.

Menghadapi permasalahan tersebut, kiranya penting untuk kembali membuka sumber ajaran agama Islam tentang fenomena penyebaran berita kepalsuan (hoax). Hal ini sangat penting, karena kita hidup di dunia ini adalah demi keselamatan dari dunia hingga akhirat.  Untuk itu, marilah kita buka pedoman keselamatan hidup kita. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. al Hujurat:6)

Orang yang berbuat bohong, maka dengan sendirinya ia telah merusak kebenaran. Perbuatan bohong juga merupakan ciri-ciri orang munafik. Rasulullah saw bersabda dengan tentang ciri-ciri orang munafik:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ayat al Qur’an dan hadits diatas memberikan jawaban bagaimana sikap muslim ketika menerima berita. Yakni hendaklah kita bertabayun terlebih dahulu. Bukan ditelan mentah-mentah, melainkan harus disaring terlebih dahulu sebelum disharing. Agar kita selamat dan menyelamatkan serta tidak ada penyesalan baik di dunia maupun di akhirat. Sebab tatkala kita menyampaikan kebohongan kita termasuk golongan orang munafik.

Rasulullah saw menjelaskan sifat seorang mukmin. Bahwa mungkin saja seorang mukmin itu penakut, mungkin saja bakhil, tetapi tidak mungkin seorang mukmin itu pembohong.

قيل لرسول الله صلى الله عليه و سلم أيكون المؤمن جبانا فقال نعم فقيل له أيكون المؤمن بخيلا فقال نعم فقيل له أيكون المؤمن كذابا فقال لا

Ditanyakan kepada Rasulullah saw: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.” Beliau ditanya lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Nabi menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak!” (HR. Malik dari Sofwan bin Sulaim dalam Al-Muwatha’)

Dengan demikian, ketika kita berbohong atau menyampaikan sebuah kebohongan, kita bukanlah termasuk golongan orang yang beriman, melainkan golongan orang yang munafik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keutamaan Haji Mabrur

  Amalan Paling Utama حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَ...