Eksistensi LPI
LPI
di Indonesia antara berupa pesantren, madrasah, lembaga kursus dan juga
pelayanan umat. Eksistensi beberapa lembaga tersebut sudah cukup tua, terutama
pesantren. Secara kuantitatif semua LPI ini saat ini telah berkembang di
seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan kuantitatif ini, saat ini tengah
berjihad menuju LPI yang seimbang yakni menuju perkembangan kualitatif.
Permasalahan
kualitatif terdiri dari faktor internal dan eksternal yang harus segera
diselesaikan. Hal ini sangat perlu dilakukan agar LPI dapat berkembang sesuai
harapan. LPI yang telah terkemukapun masih sangat perlu menuju LPI yang
benar-benar ideal.
Mengapa
LPI harus menuju kepada LPI yang ideal? Kita melihat masyarakat Indonesia saat
ini telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta budaya. Hal ini
otomatis menimbulkan konsekuensi standar pendidikan yang ideal. Apalagi pendidikan
merupakan faktor penentu bagi kemajuan dan peradaban masyarakat dan bangsa. Dengan
demikian persoalan yang ada pada lembaga pendidikan harus diselesaikan secara
bersama.
Upaya
menuju LPI yang ideal, haruslah ada kemampuan sumber daya manusia dan juga
kemampuan financial. Jika tidak terdapat keduanya, maka hal ini menjadi ancaman
terhadap putusnya harapan LPI tersebut. Sehingga sering kita lihat LPI yang
hidup segan mati tidak mau.
Eksistensi
dari LPI mulai dari yang megrik-megrik (hampir mati), yang memiliki
nasib kurang beruntung hingga LPI yang
memiliki nasib beruntung, semuanya harus tetap berjuang. Yang megrik-megrik
berjuang untuk bangkit kembali sedangkan yang sedang diatas angin juga harus
berjuang menjaga soliditas lembaga. Persoalan soliditas sangat derlu dijaga,
sebab kondisi berbalik kepada kemunduran itu sangat dimungkin. Seperti suasana
kontra produktif dan konflik internal diantara pimpinan. Konflik internal tidak
mudah diselesaikan, karena pihak yang berkonflik adalah para penentu kebijakan.
LPI sebagai
lembaga kelas ekonomi, yang saat ini sedang berjuang menjuju lembaga pendidikan
kelas elit. LPI sedang berjuang bersanding dengan lembaga pendidikan Katolik
dan juga lembaga pendidikan umum (negeri) yang mereka sudah lebih baik
eksistensinya. Meskipun kita akui bahwa tidak semua LPI berada dibawah Katolik
maupun umum, namun bila dibandingkan antara kuantitas dengan kualitas belum
seimbang.
Kita
harus akui minat belajar masyarakat muslim saat ini telah bergeser, dari
pertimbangan idiologis menuju pertimbangan rasional. Mereka telah
perlahan-lahan melakukan seleksi dalam menuntut ilmu. Jika LPI itu sudah ideal,
ini akan menjadi pilihan. Yakni LPI yang benar-benar bermutu baik akademik
maupun non akademik. Persoalan pilihan ini pada dasarnya bukan karena
pergeseran faktor idiologis melainkan karena tuntutan kebutuhan kualitas
pendidikan sudah semakin tinggi.
Pada dasarnya ada tiga pertimbangan pemilihan pendidikan: Pertama, faktor cita-cita atau harapan hidup masa yang akan datang; Kedua, faktor nilai-nilai agama dan spiritualitas; dan; Ketiga, faktor status sosial. Pertimbangan faktor cita-cita menunjukkan adanya kesadaran masyarakat bahwa masa depan menuntut jauh lebih berat dan komplek. Sehingga putra-putri harus disiapkan secara matang. Maka orang tua cenderung memilihkan pendidikan anaknya yang bonafide, memiliki kualitas akademik dan non akademik. Sehingga para penentu kebijakan pada LPI harus senantiasa memiliki kemampuan untuk membaca minat masyarakat. Mereka harus terus melakukan penjaminan keilmuan, kepribadian serta ketrampilan.
Orientasi
Pengelolaan LPI
Orientasi
LPI merupakan jalur yang harus dilalui untuk menghantarkan pada tujuan. Ibarat trayek
kendaraan yang akan menghantarkan penumpang pada lokasi yang hendak dituju. Untuk
menentukan orientasi LPI terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
gerak pendidikan, yakni: pertumbuhan (growth), perubahan (change), pembaruan
(development), dan keberlanjutan (suistainability).
- Gejala pertumbuhan (growth) lembaga pendidikan dengan berbagai ragam model, merupakan keniscayaan yang tidak dapat dibendung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bertambah variatif.
- Gejala perubahan (change) lembaga pendidikan Islam mempengaruhi keadaan pendidikan masa depan. Sebab tantangan yang dihadapi kian kompleks serta multi dimensi.
- Gejala pembaruan (development) selalu muncul ke permukaan karena tuntutan efektivitas dan efisiensi sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
- Gejala keberlanjutan (suistainability) apapun bentuknya lembaga pendidikan, selalu ingin bertahan hidup di tengah masyarakat.
Husni
Rahim berpendapat bahwa masa depan pendidikan Islam dipengaruhi oleh 3 isu
besar, yakni: globalisasi, demokratisasi dan liberalisasi. Pertama,
penetrasi budaya global akan direspon msyarakat Indonesia secara permisif,
defensif, dan transformatif. Kedua, sistem demokratisasi juga mengarah
pada satu sistem pengelolaan pendidikan yang lebih otonom dan beragam, tuntutan
partisipasi masyarakat semakin meningkat, pengelolaan pendidikan dituntut makin
transparant dan bertanggungjawab serta tuntutan untuk mengimplementasikan
paradigma pendidikan yang menekankan peran aktif siswa. Ketiga, isu
liberaliasi Islam akan sangat mempengaruhi pendidikan Islam, baik
perspektif ekstrim maupun moderat. Perspektif ekstrem, liberalisasi Islam
berarti mengabaikan sama sekali teks-teks suci ketika membahas isu-isu yang
memang tidak dijelaskan secara eksplisit. Sedangkan perspektif moderat,
menyadari perlunya penafsiran yang bebas terhadap teks-teks suci selama masih
tetap konsisten dengan nilai dasar yang dikandungnya, sehingga isu baru apapun
yang berkembang dewasa ini pada dasarnya memiliki relevansi dengan esensi
ajaran agama.
Pendidikan
Islam juga bertanggungjawab terhadap isu-isu yang bersifat mendunia dan juga
bersifat nasional. Semua ini sudah menjadi tanggungjawab moral untuk memberikan
kontribusi untuk menyelesaikan problem yang mendera bangsa Indonesia. Sehingga LPI
harus memiliki orientasi yang visioner untuk menjawab berbagai tuntutan dan tantangan yang dihadapi dalam era
globalisasi yang penuh dengan persaingan saat ini. Baik persaingan antar
daerah, lembaga pendidikan, kebijakan, sistem pendidikan, dan persaingan antar
lulusan lembaga pendidikan.
Untuk
mewujudkan kualitas pendidikan yang teruji dengan baik, ada beberapa prinsip
orientasi strategis dalam mengembangkan pendidikan Islam, yaitu: orientasi
pengembangan sumberdaya (dimensi potensial), mengarah pada LPI multikulturalis
(dimensi kultural), mempertegas misi dasar menyempurnakan akhlaq (dimensi etik)
serta mengutamakan spiritualiasasi watak kebangsaan (dimensi spiritual).
Dari
beberapa sisi keterpaduan dimensi diatas, pada dasarnya LPI berorientasi
mewujudkan siswa/lulusan yang memiliki keimanan yang unggul, intelektual yang
hebat, peduli dalam beramal, anggun dan elok akhaknya serta ketrampilan yang
mahir.
Daftar Rujukan
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:
Logos, 2001.
Malik Fadjar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI,
2008.
Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Raja
Gravindo Persada, 2005.
Mujamil Qomar, Manajemen Madrasah dalam Menatap Masa Depan.
Imam Suprayogo, Refomasi Visi Pendidikan Islam, Malang: UIN, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar