Kamis, 21 Oktober 2021

Eksistensi dan Orientasi Lembaga Pendidikan Islam



Eksistensi LPI

LPI di Indonesia antara berupa pesantren, madrasah, lembaga kursus dan juga pelayanan umat. Eksistensi beberapa lembaga tersebut sudah cukup tua, terutama pesantren. Secara kuantitatif semua LPI ini saat ini telah berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan kuantitatif ini, saat ini tengah berjihad menuju LPI yang seimbang yakni menuju perkembangan kualitatif.

Permasalahan kualitatif terdiri dari faktor internal dan eksternal yang harus segera diselesaikan. Hal ini sangat perlu dilakukan agar LPI dapat berkembang sesuai harapan. LPI yang telah terkemukapun masih sangat perlu menuju LPI yang benar-benar ideal.

Mengapa LPI harus menuju kepada LPI yang ideal? Kita melihat masyarakat Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta budaya. Hal ini otomatis menimbulkan konsekuensi standar pendidikan yang ideal. Apalagi pendidikan merupakan faktor penentu bagi kemajuan dan peradaban masyarakat dan bangsa. Dengan demikian persoalan yang ada pada lembaga pendidikan harus diselesaikan secara bersama.

Upaya menuju LPI yang ideal, haruslah ada kemampuan sumber daya manusia dan juga kemampuan financial. Jika tidak terdapat keduanya, maka hal ini menjadi ancaman terhadap putusnya harapan LPI tersebut. Sehingga sering kita lihat LPI yang hidup segan mati tidak mau.

Eksistensi dari LPI mulai dari yang megrik-megrik (hampir mati), yang memiliki nasib kurang beruntung  hingga LPI yang memiliki nasib beruntung, semuanya harus tetap berjuang. Yang megrik-megrik berjuang untuk bangkit kembali sedangkan yang sedang diatas angin juga harus berjuang menjaga soliditas lembaga. Persoalan soliditas sangat derlu dijaga, sebab kondisi berbalik kepada kemunduran itu sangat dimungkin. Seperti suasana kontra produktif dan konflik internal diantara pimpinan. Konflik internal tidak mudah diselesaikan, karena pihak yang berkonflik adalah para penentu kebijakan.

LPI sebagai lembaga kelas ekonomi, yang saat ini sedang berjuang menjuju lembaga pendidikan kelas elit. LPI sedang berjuang bersanding dengan lembaga pendidikan Katolik dan juga lembaga pendidikan umum (negeri) yang mereka sudah lebih baik eksistensinya. Meskipun kita akui bahwa tidak semua LPI berada dibawah Katolik maupun umum, namun bila dibandingkan antara kuantitas dengan kualitas belum seimbang.

Kita harus akui minat belajar masyarakat muslim saat ini telah bergeser, dari pertimbangan idiologis menuju pertimbangan rasional. Mereka telah perlahan-lahan melakukan seleksi dalam menuntut ilmu. Jika LPI itu sudah ideal, ini akan menjadi pilihan. Yakni LPI yang benar-benar bermutu baik akademik maupun non akademik. Persoalan pilihan ini pada dasarnya bukan karena pergeseran faktor idiologis melainkan karena tuntutan kebutuhan kualitas pendidikan sudah semakin tinggi.

Pada dasarnya ada tiga pertimbangan pemilihan pendidikan: Pertama, faktor cita-cita atau harapan hidup masa yang akan datang; Kedua, faktor nilai-nilai agama dan spiritualitas; dan; Ketiga, faktor status sosial. Pertimbangan faktor cita-cita menunjukkan adanya kesadaran masyarakat bahwa masa depan menuntut jauh lebih berat dan komplek. Sehingga putra-putri harus disiapkan secara matang. Maka orang tua cenderung memilihkan pendidikan anaknya yang bonafide, memiliki kualitas akademik dan non akademik. Sehingga para penentu kebijakan pada LPI harus senantiasa memiliki kemampuan untuk membaca minat masyarakat. Mereka harus terus melakukan penjaminan keilmuan, kepribadian serta ketrampilan.

Orientasi Pengelolaan LPI

Orientasi LPI merupakan jalur yang harus dilalui untuk menghantarkan pada tujuan. Ibarat trayek kendaraan yang akan menghantarkan penumpang pada lokasi yang hendak dituju. Untuk menentukan orientasi LPI terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam gerak pendidikan, yakni: pertumbuhan (growth), perubahan (change), pembaruan (development), dan keberlanjutan (suistainability).

  • Gejala pertumbuhan (growth) lembaga pendidikan dengan berbagai ragam model, merupakan keniscayaan yang tidak dapat dibendung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bertambah variatif.
  • Gejala perubahan (change) lembaga pendidikan Islam mempengaruhi keadaan pendidikan masa depan. Sebab tantangan yang dihadapi kian kompleks serta multi dimensi.
  • Gejala pembaruan (development) selalu muncul ke permukaan karena tuntutan efektivitas dan efisiensi sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
  • Gejala keberlanjutan (suistainability) apapun bentuknya lembaga pendidikan, selalu ingin bertahan hidup di tengah masyarakat.

Husni Rahim berpendapat bahwa masa depan pendidikan Islam dipengaruhi oleh 3 isu besar, yakni: globalisasi, demokratisasi dan liberalisasi. Pertama, penetrasi budaya global akan direspon msyarakat Indonesia secara permisif, defensif, dan transformatif. Kedua, sistem demokratisasi juga mengarah pada satu sistem pengelolaan pendidikan yang lebih otonom dan beragam, tuntutan partisipasi masyarakat semakin meningkat, pengelolaan pendidikan dituntut makin transparant dan bertanggungjawab serta tuntutan untuk mengimplementasikan paradigma pendidikan yang menekankan peran aktif siswa. Ketiga, isu liberaliasi Islam akan sangat mempengaruhi pendidikan Islam, baik perspektif ekstrim maupun moderat. Perspektif ekstrem, liberalisasi Islam berarti mengabaikan sama sekali teks-teks suci ketika membahas isu-isu yang memang tidak dijelaskan secara eksplisit. Sedangkan perspektif moderat, menyadari perlunya penafsiran yang bebas terhadap teks-teks suci selama masih tetap konsisten dengan nilai dasar yang dikandungnya, sehingga isu baru apapun yang berkembang dewasa ini pada dasarnya memiliki relevansi dengan esensi ajaran agama.

Pendidikan Islam juga bertanggungjawab terhadap isu-isu yang bersifat mendunia dan juga bersifat nasional. Semua ini sudah menjadi tanggungjawab moral untuk memberikan kontribusi untuk menyelesaikan problem yang mendera bangsa Indonesia. Sehingga LPI harus memiliki orientasi yang visioner untuk menjawab berbagai tuntutan  dan tantangan yang dihadapi dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan saat ini. Baik persaingan antar daerah, lembaga pendidikan, kebijakan, sistem pendidikan, dan persaingan antar lulusan lembaga pendidikan.

Untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang teruji dengan baik, ada beberapa prinsip orientasi strategis dalam mengembangkan pendidikan Islam, yaitu: orientasi pengembangan sumberdaya (dimensi potensial), mengarah pada LPI multikulturalis (dimensi kultural), mempertegas misi dasar menyempurnakan akhlaq (dimensi etik) serta mengutamakan spiritualiasasi watak kebangsaan (dimensi spiritual).

Dari beberapa sisi keterpaduan dimensi diatas, pada dasarnya LPI berorientasi mewujudkan siswa/lulusan yang memiliki keimanan yang unggul, intelektual yang hebat, peduli dalam beramal, anggun dan elok akhaknya serta ketrampilan yang mahir.

 

Daftar Rujukan

Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos, 2001.

Malik Fadjar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI, 2008.

Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2005.

Mujamil Qomar, Manajemen Madrasah dalam Menatap Masa Depan.

Imam Suprayogo, Refomasi Visi Pendidikan Islam, Malang: UIN, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...