Pada Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al Ghozali disebutkan adab seorang murid terhadap gurunya maka yaitu:
- Apabila ia menemui gurunya maka hendaklah ia memberi salam kepadanya terlebih dahulu.
- Jangan banyak bercakap-cakap di hadapan gurunya.
- Jangan ia bercakap-cakap sebelum gurunya bertanya kepadanya.
- Jangan ia bertanya kepada gurunya sebelum ia meminta izin.
- Jangan ia menyangkal (menunjukkan rasa tidak puas hati) terhadap perkataan gurunya .
- Jangan ia mengisyaratkan kepada gurunya dengan menyalahi pendapatnya maka ia menyangka bahwa ia lebih mengetahui daripada gurunya.
- Jangan ia berbisik dengan orang yang duduk di tepinya ketika gurunya memberikan pelajaran.
- Jangan ia berpaling ke kiri dan ke kanan di hadapan gurunya tetapi hendaklah ia menundukkan kepalanya dengan penuh tenang lagi beradab seolah-olah dia sedang sembahyang.
- Jangan ia banyak persoalan kepada gurunya ketika ia letih.
- Apabila gurunya berdiri hendaklah ia berdiri untuk menghormatinya.
- Jangan mengikuti gurunya dengan perkataan atau permasalahan ketika ia bangkit dari tempat duduknya.
- Jangan bertanya kepada gurunya di tengah jalan sehingga ia sampai ke rumahnya atau ke tempat duduknya.
- Jangan berburuk sangka terhadap gurunya apabila ia melihat gurunya mengerjakan sesuatu pekerjaan yang pada zahirnya menyalahi ilmunya {bukan menyalahi agama} maka gurunya itu adalah lebih mengetahui dengan rahasia segala perbuatanya dalam hal ini hendaklah ia mengingati akan perkataan Nabi Musa A.S. bagi Nabi Khidhir A.S. seperti yang disebutkan dalam Al Quran :
Maksudnya: ''Berkata (Nabi Musa kepada Nabi Khidhir) : Apakah engkau
rusakkan kapal ini untuk engkau menenggelamkan semua penumpangnya. Sesungguhnya
engkau telah melakukan satu perbuatan yang mungkar. (Surah Al Khafi, ayat 71)
Maka hendaklah ia mengingati bahwa sebenamya dia yang lihat kisah
Nabi Musa A.S dengan Nabi Khidhir A.S. dalam surah Al Kahfi, ayat 60 – 82 tersalah
pada keingkarannya itu. Karena ia hanya memandang hukum yang zahir pada sisinya
sahaja.
Akhlak lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Sedikitnya sopan santun lebih berharga daripada banyaknya ilmu. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Imam Ibnu al-Mubarak:
نَحْـنُ
إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ
“Kita
lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak” (Syekh Syatha Dimyathi al-Bakri, Kifâyah al-Atqiyâ wa Minhâj
al-Ashfiyâ, Dar el-Kutub al-‘Ilmiyah, h. 262).
Dalam
menggembleng akhlak santri, pesantren memasukkan pelajaran tentang etika dan
tata cara menuntut ilmu ke dalam kurikulumnya. Hal ini dilakukan supaya para
santri memahami akhlak yang terpuji dan tata cara menuntut ilmu yang benar,
supaya ilmu mereka bermanfaat saat mengabdi di masyarakat.
Ada beragam kitab yang digunakan
dalam pembelajaran akhlak di pesantren. Beberapa yang bisa disebut antara lain:
- Al-Akhlâq lil Banîn karya Syekh Umar bin Ahmad Baraja
- Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari
- Bidâyatul Hidâyah karya Imam al-Ghazali
- Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum karya Imam al-Zarnûji.
Kitab
Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum merupakan salah satu kitab yang
menghimpun tuntunan belajar. Nama lengkap penyusunnya adalah Burhânuddîn
Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi. Kata al-Zarnûj dinisbatkan kepada salah satu kota
terkenal dekat sungai Oxus, Turki. Dari penisbatannya kepada al-Hanafi di ujung
namanya dapat diketahui bahwa beliau bermazhab Hanafi. Mengenai tahun
kelahirannya para ulama tarikh masih berbeda pendapat, begitupun dengan tahun
wafatnya. Sebagian menyebutkan Imam al-Zarnûji wafat pada 591 H, namun ada juga
yang menyebutkan wafat pada 640 H (Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq
at-Ta’allum, Beirut: al-Maktab al-Islami, cetakan pertama, 1981, halaman
18).
Imam
al-Zarnûji berguru kepada beberapa ulama besar pada masanya, di antaranya
adalah Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakr (573 H), Hammad bin Ibrahim,
Fakhruddin al-Kâsyâni, Fakhruddin Qâdhi Khan al-Awz Jundi, dan Ruknuddin
al-Farghâni. Para ulama tersebut adalah ahli fiqih sekaligus sastra. Mungkin
faktor inilah yang menyebabkan banyaknya nasihat yang dikutip oleh Imam
al-Zarnûji berasal dari ulama Hanafiyah, dan banyaknya syair di dalam kitab
ini. Latar belakang penulisan kitab ini
adalah adalah sebagaimana yang beliau tuturkan sendiri dalam mukaddimah
kitabnya:
فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم
ولايصلون ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون لما أنهم أخطأوا
طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت
وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم
والحكم
Tatkala
aku melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa kita bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Di antara manfaat dan
buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang (dari
ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan
syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat,
dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan sedikit ataupun banyak. Maka aku
ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah.
(Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum,halaman 57)
Imam al-Zarnuji menjelaskan bahwa
hukum menuntut ilmu ada 4.
- Fardlu‘ain, salah satunya adalah ilmu wudhu dan shalat.
- Fardlu kifayah, seperti ilmu cara menguburkan jenazah.
- Haram, seperti mempelajari ilmu ramalan berdasarkan perbintangan.
- Jawâz (boleh), seperti mempelajari ilmu kedokteranbahwa seorang pelajar harus memiliki niat saat menuntut ilmu. Landasan yang digunakan beliau yaitu sabda Nabi tentang niat, “innamal a’mâlu binniyyât”, “Sesungguhnya amal seseorang tergantung pada niatnya.”
- Mencari ridha Allah SWT
- Menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain
- Menghidupkan agama dan mendirikan Islam
- Mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan.
Imam
al-Zarnuji menjelaskan bahwa seorang pelajar tidak akan mendapat ilmu melainkan
ia menghormati ilmu dan pemiliknya, yaitu gurunya. Beliau menyebut etika apa
saja yang harus dilakukan seorang pelajar, di antaranya adalah:
- Tidak duduk di tempat duduk gurunya
- Tidak memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya
- Tidak banyak berbicara di sisi gurunya, dan lain-lain.
- Sungguh-sungguh, tekun, dan semangat
Imam al-Zarnuji memandang ilmu adalah tujuan yang agung, ia harus dicapai dengan kesungguhan, ketekunan dan semangat yang tinggi.
- Kesungguhan tidak hanya bergantung pada pelajar saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh menyiapkan pendidikan anaknya
- Keharusan bagi pelajar untuk saling menggelar kegiatan seperti mudzâkarah, munâdharah, dan almuthârahah.
- Senantiasa bersyukur atas karunia yang dianugerahkan kepada mereka berupa kemampuan untuk menuntut ilmu.
- Tawakal kepada Allah tentunya setelah usaha-usaha diatas, seorag pelajar hars berserah diri kepada Allah SWT.
- Tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati dalam masalah rezeki. Hal ini senada dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang mencari ilmu, maka Allah SWT akan menjamin rezekinya.”
- Masa produktif , waktu terbaik untuk mencari ilmu adalah saat masih muda.
- Memiliki rasa kasih sayang, bersedia memberi nasihat dan tidak iri hati.
- Menghindari permusuhan dengan orang lain, karena dapat menyia-nyiakan waktu.
- Positif thinking, tidak berburu sangka kepada orang lain.
1.
Mempersiapkan
alat tulis setiap saat
2.
Tidak
menyia-nyiakan waktu
3.
Bergaul
dengan guru dan tamak kepada ilmu
4.
Fokus
ketika pelajaran
5.
Taat
kepada seorang guru.
6.
Bersikap
wara’ ketika belajar:
a.
Menjauhi
rasa kenyang
b.
Tidak
banyak tidur
c.
Tidak
membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat
d.
Menghindari
makanan dari pasar bila memungkinkan
e.
Menghindari
menggunjing
f.
Tidak
bergaul dengan orang yang rusak akhlaknya
g.
Bergaul
bersama orang-orang sholeh
h.
Duduk
menghadap kiblat
i.
Mengamalkan
sunnah -sunnah Rasul
j.
Memperbanyak
sholawat).
7. Menghafal
termasuk ke dalam metode belajar di berbagai lembaga pendidikan. Imam Zarnuji
menyebutkan bahwa:
a. Hal
yang banyak membantu hafalan ialah kesungguhan, tekun, sedikit makan, dan
shalat di malam hari, membaca Al-Qur’an.
b. Hal
yang dapat menyebabkan lupa di antaranya adalah banyak berbuat maksiat, banyak
melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan urusan dunia.
8. Sesuatu
yang mendatangkan dan menjauhkan rezeki, serta menambah dan memperpendek
umur. Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji
mengingatkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui apa saja yang menambah
rezeki dan apa saja yang menambah panjang usia dan kesehatan, supaya masa
belajarnya dapat diselesaikan dengan baik. Imam al-Zarnuji menyebutkan bahwa:
a.
Perbuatan dosa dan dusta dapat menjadi
penghalang datangnya rezeki.
b.
Tidur
pada waktu Subuh termasuk penghalang rezeki
c.
Banyak
tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam ilmu.
d. Bangun
di waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat mendatangkan
rezeki.
Apik mbak lanjut terus
BalasHapusTerima kasih, motivasi dan supportnya nggih ?!
HapusSemoga bisa istiqomah