Kamis, 08 April 2021

ADAB SEORANG MURID TERHADAP GURUNYA

Pada Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al Ghozali disebutkan  adab seorang murid terhadap gurunya maka yaitu:

  • Apabila ia menemui gurunya maka hendaklah ia memberi salam kepadanya terlebih dahulu.
  • Jangan banyak bercakap-cakap di hadapan gurunya.
  • Jangan ia bercakap-cakap sebelum gurunya bertanya kepadanya.
  • Jangan ia bertanya kepada gurunya sebelum ia meminta izin.
  • Jangan ia menyangkal (menunjukkan rasa tidak puas hati) terhadap perkataan gurunya .
  • Jangan ia mengisyaratkan kepada gurunya dengan menyalahi pendapatnya maka ia menyangka bahwa ia lebih mengetahui daripada gurunya.
  • Jangan ia berbisik dengan orang yang duduk di tepinya ketika gurunya memberikan pelajaran.
  • Jangan ia berpaling ke kiri dan ke kanan di hadapan gurunya tetapi hendaklah ia menundukkan kepalanya dengan penuh tenang lagi beradab seolah-olah dia sedang sembahyang.
  • Jangan ia banyak persoalan kepada gurunya ketika ia letih.
  • Apabila gurunya berdiri hendaklah ia berdiri untuk menghormatinya.
  • Jangan mengikuti gurunya dengan perkataan atau permasalahan ketika ia bangkit dari tempat duduknya.
  • Jangan bertanya kepada gurunya di tengah jalan sehingga ia sampai ke rumahnya atau ke tempat duduknya.
  • Jangan berburuk sangka terhadap gurunya apabila ia melihat gurunya mengerjakan sesuatu pekerjaan yang pada zahirnya menyalahi ilmunya {bukan menyalahi agama} maka gurunya itu adalah lebih mengetahui dengan rahasia segala perbuatanya dalam hal ini hendaklah ia mengingati akan perkataan Nabi Musa A.S. bagi Nabi Khidhir A.S. seperti yang disebutkan dalam Al Quran :

Maksudnya: ''Berkata (Nabi Musa kepada Nabi Khidhir) : Apakah engkau rusakkan kapal ini untuk engkau menenggelamkan semua penumpangnya. Sesungguhnya engkau telah melakukan satu perbuatan yang mungkar. (Surah Al Khafi, ayat 71)

Maka hendaklah ia mengingati bahwa sebenamya dia yang lihat kisah Nabi Musa A.S dengan Nabi Khidhir A.S. dalam surah Al Kahfi, ayat 60 – 82 tersalah pada keingkarannya itu. Karena ia hanya memandang hukum yang zahir pada sisinya sahaja.

Akhlak lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Sedikitnya sopan santun lebih berharga daripada banyaknya ilmu. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Imam Ibnu al-Mubarak:

 نَحْـنُ إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ  

“Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak” (Syekh Syatha Dimyathi al-Bakri, Kifâyah al-Atqiyâ wa Minhâj al-Ashfiyâ, Dar el-Kutub al-‘Ilmiyah, h. 262).  

Dalam menggembleng akhlak santri, pesantren memasukkan pelajaran tentang etika dan tata cara menuntut ilmu ke dalam kurikulumnya. Hal ini dilakukan supaya para santri memahami akhlak yang terpuji dan tata cara menuntut ilmu yang benar, supaya ilmu mereka bermanfaat saat mengabdi di masyarakat.

Ada beragam kitab yang digunakan dalam pembelajaran akhlak di pesantren. Beberapa yang bisa disebut antara lain:

  • Al-Akhlâq lil Banîn karya Syekh Umar bin Ahmad Baraja
  • Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari
  • Bidâyatul Hidâyah karya Imam al-Ghazali
  • Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum karya Imam al-Zarnûji.   

Kitab Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum merupakan salah satu kitab yang menghimpun tuntunan belajar. Nama lengkap penyusunnya adalah Burhânuddîn Ibrâhim al-Zarnûji al-Hanafi. Kata al-Zarnûj dinisbatkan kepada salah satu kota terkenal dekat sungai Oxus, Turki. Dari penisbatannya kepada al-Hanafi di ujung namanya dapat diketahui bahwa beliau bermazhab Hanafi. Mengenai tahun kelahirannya para ulama tarikh masih berbeda pendapat, begitupun dengan tahun wafatnya. Sebagian menyebutkan Imam al-Zarnûji wafat pada 591 H, namun ada juga yang menyebutkan wafat pada 640 H (Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum, Beirut: al-Maktab al-Islami, cetakan pertama, 1981, halaman 18).  

Imam al-Zarnûji berguru kepada beberapa ulama besar pada masanya, di antaranya adalah Ruknul Islam Muhammad bin Abi Bakr (573 H), Hammad bin Ibrahim, Fakhruddin al-Kâsyâni, Fakhruddin Qâdhi Khan al-Awz Jundi, dan Ruknuddin al-Farghâni. Para ulama tersebut adalah ahli fiqih sekaligus sastra. Mungkin faktor inilah yang menyebabkan banyaknya nasihat yang dikutip oleh Imam al-Zarnûji berasal dari ulama Hanafiyah, dan banyaknya syair di dalam kitab ini.   Latar belakang penulisan kitab ini adalah adalah sebagaimana yang beliau tuturkan sendiri dalam mukaddimah kitabnya:

فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم

Tatkala aku melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Di antara manfaat dan buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan sedikit ataupun banyak. Maka aku ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah. (Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum,halaman 57) 

Imam al-Zarnuji menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu ada 4.

  • Fardlu‘ain, salah satunya adalah ilmu wudhu dan shalat.
  • Fardlu kifayah, seperti ilmu cara menguburkan jenazah.
  • Haram, seperti mempelajari ilmu ramalan berdasarkan perbintangan.
  • Jawâz (boleh), seperti mempelajari ilmu kedokteranbahwa seorang pelajar harus memiliki niat saat menuntut ilmu. Landasan yang digunakan beliau yaitu sabda Nabi tentang niat, “innamal a’mâlu binniyyât”, “Sesungguhnya amal seseorang tergantung pada niatnya.” 
Ada beberapa niat yang dianjurkan Imam al-Zarnuji ketika menuntut ilmu.

  1. Mencari ridha Allah SWT
  2. Menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain
  3. Menghidupkan agama dan mendirikan Islam
  4.  Mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan.

Imam al-Zarnuji menjelaskan bahwa seorang pelajar tidak akan mendapat ilmu melainkan ia menghormati ilmu dan pemiliknya, yaitu gurunya. Beliau menyebut etika apa saja yang harus dilakukan seorang pelajar, di antaranya adalah:

  • Tidak duduk di tempat duduk gurunya
  • Tidak memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya
  • Tidak banyak berbicara di sisi gurunya, dan lain-lain.  
  • Sungguh-sungguh, tekun, dan semangat  

Imam al-Zarnuji memandang ilmu adalah tujuan yang agung, ia harus dicapai dengan kesungguhan, ketekunan dan semangat yang tinggi.

  • Kesungguhan tidak hanya bergantung pada pelajar saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh menyiapkan pendidikan anaknya
  • Keharusan bagi pelajar untuk saling menggelar kegiatan seperti mudzâkarah, munâdharah, dan almuthârahah.
  • Senantiasa bersyukur atas karunia yang dianugerahkan kepada mereka berupa kemampuan untuk menuntut ilmu.  
  • Tawakal kepada Allah   tentunya setelah usaha-usaha diatas, seorag pelajar hars berserah diri kepada Allah SWT.
  • Tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati dalam masalah rezeki. Hal ini senada dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang mencari ilmu, maka Allah SWT akan menjamin rezekinya.”  
  • Masa produktif , waktu terbaik untuk mencari ilmu adalah saat masih muda.
  • Memiliki rasa kasih sayang, bersedia memberi nasihat dan tidak iri hati.
  • Menghindari permusuhan dengan orang lain, karena dapat menyia-nyiakan waktu.
  • Positif thinking, tidak berburu sangka kepada orang lain.   
Imam al-Zarnuji meletakan metode praktis untuk menambah pengetahuan:

1.      Mempersiapkan alat tulis setiap saat

2.      Tidak menyia-nyiakan waktu

3.      Bergaul dengan guru dan tamak kepada ilmu

4.      Fokus ketika pelajaran

5.      Taat kepada seorang guru.  

6.      Bersikap wara’ ketika belajar:

a.       Menjauhi rasa kenyang

b.      Tidak banyak tidur

c.       Tidak membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat

d.      Menghindari makanan dari pasar bila memungkinkan

e.       Menghindari menggunjing

f.       Tidak bergaul dengan orang yang rusak akhlaknya

g.      Bergaul bersama orang-orang sholeh

h.      Duduk menghadap kiblat

i.        Mengamalkan sunnah -sunnah Rasul

j.        Memperbanyak sholawat).  

7.   Menghafal termasuk ke dalam metode belajar di berbagai lembaga pendidikan. Imam Zarnuji menyebutkan bahwa:

a.   Hal yang banyak membantu hafalan ialah kesungguhan, tekun, sedikit makan, dan shalat di malam hari, membaca Al-Qur’an.  

b.    Hal yang dapat menyebabkan lupa di antaranya adalah banyak berbuat maksiat, banyak melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan urusan dunia.  

8.    Sesuatu yang mendatangkan dan menjauhkan rezeki, serta menambah dan memperpendek umur. Dalam pasal ini Imam al-Zarnuji mengingatkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui apa saja yang menambah rezeki dan apa saja yang menambah panjang usia dan kesehatan, supaya masa belajarnya dapat diselesaikan dengan baik. Imam al-Zarnuji menyebutkan bahwa:

a.       Perbuatan dosa dan dusta dapat menjadi penghalang datangnya rezeki.

b.      Tidur pada waktu Subuh termasuk penghalang rezeki

c.       Banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir dalam ilmu.

d.  Bangun di waktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat mendatangkan rezeki.  

 

2 komentar:

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...