Sebagai seorang anak, berbakti kepada orang tua sudah menjadi hal yang wajib. Hal ini juga sudah diperintahkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Salah satu bentuk berbakti kepada orang tua adalah dengan memperhatikan etika dan adab antara anak kepada orang tuanya.
Mengenai adab seorang anak kepada orang tuanya juga pernah
dibahas oleh Imam Al-Ghazali dalam risalah yang berjudul Al-Adab fid Diin dalam
buku Majmu’ah Rasail dan pada kitab Bidayatul Hidayah. Dalam tulisan tersebut
disebutkan adab-adab seorang anak terhadap ibu bapa ialah:
Hendaklah ia mendengar dan mengikut segala perkataan ibu bapak
Diantara adab yang mulia kepada orang tua adalah tidak
mendahului mereka dalam berkata-kata dan mempersilakan serta membiarkan mereka
berkata-kata terlebih dahulu hingga selesai. Abdullah bin Umar ra menerapkan
adab ini. Beliau berkata:
كنَّا عندَ النَّبيِّ صلَّى
اللهُ عليْهِ وسلَّمَ فأتيَ بِجُمَّارٍ، فقالَ: إنَّ منَ الشَّجرةِ شجَرةً، مثلُها
كمَثلِ المسلِمِ ، فأردتُ أن أقولَ: هيَ النَّخلةُ، فإذا أنا أصغرُ القومِ،
فسَكتُّ، فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليْهِ وسلَّمَ: هيَ النَّخلةُ
“kami pernah bersama Nabi saw di Jummar, kemudian Nabi
bersabda: ‘Ada sebuah pohon yang ia merupakan permisalan seorang Muslim’. Ibnu
Umar berkata: ‘sebetulnya aku ingin menjawab: pohon kurma. Namun karena ia yang
paling muda di sini maka aku diam’. Lalu Nabi saw pun memberi tahu jawabannya
(kepada orang-orang): ‘ia adalah pohon kurma’” (HR. Al Bukhari 82, Muslim
2811).
Ibnu Umar ra melakukan demikian karena adanya para sahabat
lain yang lebih tua usianya walau bukan orang tuanya. Maka tentu adab ini lebih
layak lagi diterapkan kepada orang tua.
Hendaklah ia berdiri ketika ibu bapaknya berdiri kerana
menghormatinya
Jika orang tua sedang berdiri, maka hendaknya kita ikut berdiri dan tidak duduk di hadapannya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelisihi kebiasaan orang kafir yang justru duduk saat orang tua berdiri sehingga dianggap tidak sopan dalam Islam. Hadits Jabir bin Abdillah ra:
اشتكى رسولُ اللهِ صلى الله
عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه, فالتفتَ
إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما سلَّمَ قال:
إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم قعودٌ. فلا تفعلوا.
ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودًا
“Rasulullah
saw mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang
beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan
takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau
melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada
kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan
duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja
hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan
raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian
melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan
berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam
keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no.
413).
Para ulama mengatakan dilarangnya hal tersebut karena
merupakan kebiasaan orang kafir Persia dan Romawi. Maka hendaknya kita
menyelisihi mereka. Selain itu, sebagai bentuk sopan santun, hal ini
menunjukkan kesigapan anak untuk membantu. Jika sewaktu-waktu orang tua
membutuhkan bantuan, maka anak bisa segera memberi bantuan. Sebaliknya, jika
orang tua sudah duduk, maka sebaiknya anak juga ikut duduk, kecuali jika tidak
lagi ada kursi yang tersedia.
Hendaklah ia menjunjung segala perintah keduanya
Bersikap sopan, berbicara santun, dan tidak mencaci kepada
kedua orang tua
Sikap dan perilaku yang benar kepada kedua orang tua adalah
dengan tidak berkata dan tidak pula berlaku kasar, yaitu jangan sampai kita
mengatakan kepada kedua orang tua perkataan yang jelek meskipun kata yang
paling ringan, yakni “ah!” yang berarti desahan karena bosan atau dongkol.
Begitu pula kita tidak boleh melakukan perbuatan jelek kepada kedua orang tua,
sekalipun perbuatan yang paling ringan seperti mengibaskan tangan dan lain
sebagainya.
Seorang anak perlu mendengar dengan baik saat orang tua
berbicara. Khususnya jika pembicaraan tersebut adalah pembicaraan serius atau
nasihat. Jika seorang anak berencana untuk memotong omongan orang tua, akan
lebih baik jika anak meminta izin terlebih dahulu.
Jangan ia berjalan di hadapan keduanya
Janganlah ia mengangkat suara lebih tinggi daripada suara
keduanya
Adab para Sahabat Nabi terhadap Nabi saw, disebutkan di
dalamnya:
وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه
النظرَ؛ تعظيمًا له
“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka
merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk
pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).
Syaikh Musthafa Al ‘Adawi mengatakan: “setiap adab di atas
terdapat dalil yang menunjukkan bahwa adab-adab tersebut merupakan sikap
penghormatan”. Dari hadits ini merendahkan suara dan tidak memandang dengan
tajam merupakan akhlak yang mulia dan sikap penghormatan yang tentu sangat
layak untuk kita terapkan kepada orang tua. Karena merekalah orang yang paling
layak mendapatkan perlakuan yang paling baik dari kita.
Hendaklah ia memenuhi panggilan keduanya
Begitu anak mendengar orang tua memanggilnya, maka ia harus
segera datang. Bahkan jika ia sedang melaksanakan shalat sunnah, tidak menjadi
kesalahan jika membatalkan shalat tersebut untuk memenuhi panggilan orang tua.
Hendaklah ia sentiasa menuntut keridhaan keduanya
Hendaklah ia bersikap tawadhuk kepada keduanya
Hendaknya kita tidak mengutamakan diri kita sendiri dari
orang tua dalam perkara duniawi seperti makan, minum, dan perkara lainnya.
Sebagaimana hadits dalam Shahihain mengenai kisah yang diceritakan oleh
Rasulullah saw mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup
batu besar, kemudian mereka bertawassul kepada Allah dengan amalan-amalan
mereka, salah satunya berkata:
اللهمّ ! إنه كان لي والدان شيخان كبيران . وامرأتي . ولي
صبيةٌ صغارٌ أرعى عليهم . فإذا أرحتُ عليهم ، حلبتُ فبدأتُ بوالدي فسقيتُهما قبل
بنيّ . وأنه نأى بي ذاتَ يومٍ الشجرُ . فلم آتِ حتى أمسيتُ فوجدتُهما قد ناما .
فحلبتُ كما كنت أحلبُ . فجئتُ بالحلابِ . فقمت عند رؤوسِهما . أكرهُ أن أوقظَهما
من نومِهما . وأكرهُ أن أسقيَ الصبيةَ قبلهما . والصبيةُ يتضاغون عند قدمي . فلم
يزلْ ذلك دأبي ودأبُهم حتى طلع الفجرُ . فإن كنت تعلم أني فعلتُ ذلك ابتغاءَ وجهِك
، فافرجْ لنا منه فرجةً ، نرى منها السماءَ . ففرج اللهُ منه فرجةً . فرأوا منها
السماءَ
“Ya Allah sesungguhnya saya memiliki orang tua yang sudah tua
renta, dan saya juga memiliki istri dan anak perempuan yang aku beri mereka
makan dari mengembala ternak. Ketika selesai menggembala, aku perahkan susu
untuk mereka. Aku selalu dahulukan orang tuaku sebelum keluargaku. Lalu suatu
hari ketika panen aku harus pergi jauh, dan aku tidak pulang kecuali sudah
sangat sore, dan aku dapati orang tuaku sudah tidur. Lalu aku perahkan untuk
mereka susu sebagaimana biasanya, lalu aku bawakan bejana berisi susu itu
kepada mereka. Aku berdiri di sisi mereka, tapi aku enggan untuk membangunkan
mereka. Dan aku pun enggan memberi susu pada anak perempuanku sebelum orang
tuaku. Padahal anakku sudah meronta-ronta di kakiku karena kelaparan. Dan
demikianlah terus keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau tahu aku
melakukan hal itu demi mengharap wajahMu, maka bukalah celah bagi kami yang
kami bisa melihat langit dari situ. Maka Allah pun membukakan sedikit celah
yang membuat mereka bisa melihat langit darinya“.
Jangan pamrih kepada orang tua
Seorang anak harus memahami bahwa orang tua sudah mengasuh
dan membesarkannya tanpa lelah. Sehingga, seorang anak wajib berbuat baik dan
berusaha menyenangkan hati orang tua dengan melakukan apa yang orang tua minta.
Kerendahan hati kepada orang tua tetap harus dijaga meskipun
sang anak sudah lebih alim dan pintar dari orang tuanya. Selain itu, rasa
hormat ini tetap harus ada meskipun dahulu orang tua tidak selalu bisa memenuhi
kebutuhan anak. Dan seorang anak juga harus memahami keterbatasan dan kemampuan
orang tua, sehingga tidak menuntut sesuatu yang dapat menyusahkan orang tuanya.
Janganlah melihat kepada keduanya dengan pandangan penghinaan
Sebagai seorang yang jauh lebih muda, kita dianjurkan untuk
tidak memandang orang yang lebih tua dengan tatapan yang tajam dan tidak
menyenangkan. Berikan tatapan yang lembut dan hangat ketika berhadapan dengan
orang tua.
وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له
“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).
Janganlah bermuka masam di hadapan keduanya
Seorang anak juga harus selalu menjaga prasangka baik kepada
orang tua. Jika ada sesuatu yang ingin diketahui dari orang tua, jangan
bertanya dengan pertanyaan yang terkesan curiga. Usahakan pertanyaan yang
disampaikan tetap baik dan tidak menyakiti hati.
Janganlah bepergian kecuali setelah mendapat izin
Mematuhi perintah orang tua
Selama orang tua memberikan perintah yang tidak bertentangan
dengan aturan Allah, maka wajib untuk mengikutinya. Selain itu, jika perintah
orang tua melebihi kemampuan anak, maka seorang anak perlu berusaha semampunya
atau menolak dengan cara yang baik jika memang benar-benar terpaksa harus
menolak.
Itulah adab-adab yang perlu dimiliki oleh anak terhadap orang
tuanya. Adab-adab ini perlu diketahui dan dipahami oleh seorang anak. Selain
itu, adab ini juga perlu diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga,
anak akan terbiasa dan memahami dengan baik mengenai adab-adab tersebut hingga
ia dewasa dan orang tua sudah berusia lanjut.
Sebagai seorang anak, hendaknya kita selalu memintaaf kepada orang tua jika kita telah berbuat salah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh saudara Yusuf as yang mana mereka meminta maaf kepada orang tua mereka ketika berbuat salah.
يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ
“Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)“. (QS. Yusuf [12] : 97)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar