Selasa, 13 April 2021

ADAB DENGAN SAHABAT

Tertuang di dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali menerangkan jenis-jenis manusia dan saudara yang harus diketahui. Manusia terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

    1. Ada yang seperti makanan dimana memang selalu diperlukan.
    2. Ada yang seperti obat di mana hanya sewaktu-waktu saja diperlukan.
    3. Ada pula yang seperti penyakit di mana sama sekali tak diperlukan, tapi seorang hamba kadangkala diuji dengannya.

Jenis yang ketiga inilah yang tidak menyenangkan dan tidak pula memberikan manfaat. Karena itu, kita harus berpaling darinya agar selamat.

Sedangkan saudara itu ada tiga macam:

    1. Saudara untuk akhiratmu. Dalam hal ini engkau harus melihat pada agamanya.
    2. Saudara untuk duniamu. Dalam hal ini, engkau harus memperhatikan akhlaknya.
    3. Saudara untuk bersenang-senang. Dalam hal ini engkau harus selamat dari kejahatan, fitnah, dan keburukannya.

Nabi Isa as pernah ditanya, "Siapa yang telah mengajarkan adab padamu?" Nabi Isa menjawab, "Tak ada yang mengajariku. Tapi aku melihat kejahilan orang bodoh, maka aku pun menghindarinya."

Jika manusia meninggalkan apa yang mereka benci dari orang lain, adab mereka akan menjadi sempurna dan tak perlu lagi kepada para muaddib (orang yang mengajarkan adab atau etika).

Adab Bergaul dan Hak-hak Persaudaraan

Umat Islam juga diperintahkan agar memperhatikan hak-hak persahabatan. Manakala telah terbina suatu hubungan persahabatan, maka engkau harus memperhatikan hak-hak dan adab-adab persahabatan.

Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan dua orang saudara adalah seperti dua tangan, yang satu membersihkan yang lain."

Dikisahkan, Nabi SAW pernah masuk ke dalam semak belukar lalu memetik dua ranting siwak, yang satu bengkok dan yang satu lagi lurus. Waktu itu beliau bersama para sahabatnya. Lalu beliau memberikan yang lurus, sedangkan yang bengkok beliau simpan untuk dirinya.

Lantas sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau lebih berhak atas ranting yang lurus ini daripadaku." Nabi menjawab, "Tidaklah seseorang menyertai temannya walaupun sesaat di waktu siang, melainkan ia ditanya, 'Apakah ia telah me­nunaikan hak Allah Ta'ala dalam persahabatannya itu atau justru ia melalaikannya.'

Nabi SAW juga berkata, "Tidaklah dua orang bersahabat, melainkan yang paling dicintai Allah adalah yang paling mengasihi temannya."

Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Janganlah engkau bergaul kecuali dengan seorang mukmin. Janganlah memakan makananmu melainkan orang bertakwa,” (HR. Abu Daud no. 4832 dan Tirmidzi no. 2395)

Rasululah saw kembali menjelaskan,

 مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

 

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

 Adab Pergaulan dan Persahabatan menurut Imam al Ghozali:

    1. Mengutamakan teman dalam hal harta. Jika tidak, maka dengan mengeluarkan kelebihan harta ketika dibutuhkan.
    2. Membantu dengan jiwa saat diperlukan secara langsung tanpa diminta.
    3. Menyimpan rahasia dan menyembunyikan aib.

Dalam pertemanan, jika terdapat sebuah rahasia yang disampaikan maka hendaklah disimpan rapat-rapat. Sebagaimana yang telah dicontohkan para sahabat. Dari Tsabit, dari Anas ra, beliau berkata,

أتَى عَلَيَّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وَأنَا ألْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ ، فَسَلمَ عَلَيْنَا، فَبَعَثَني إِلَى حاجَةٍ ، فَأبْطَأتُ عَلَى أُمِّي . فَلَمَّا جِئْتُ ، قالت : مَا حَبَسَكَ ؟ فقلتُ : بَعَثَني رسولُ الله – صلى الله عليه وسلم – لِحَاجَةٍ ، قالت : مَا حَاجَتُهُ ؟ قُلْتُ : إنَّهاَ سرٌّ . قالت : لا تُخْبِرَنَّ بِسرِّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أحَداً ، قَالَ أنَسٌ : وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أحَداً لَحَدَّثْتُكَ بِهِ يَا ثَابِتُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah yang menahanmu?’”   Aku pun berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk sesuatu keperluannya.”   Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?”   Aku menjawab, “Itu adalah rahasia.”   Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut kepada siapapun juga.”   Anas berkata, “Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai Tsabit.” (HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al Bukhari dengan ringkas)

 

4.        Tidak menyampaikan cemoohan orang kepadanya.

Ketika kita berbicara dengan teman, hendaknya gunakanlah perkataan yang baik. Berkomunikasilah dengan tutur kata yang lembut dan penuh kasih sayang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya (HR Abu Dâwud no. 4682 dan at-Tirmidzi no.1163. (ash-Shahîhah no. 284)

5.        Memberikan pujian dan saling memberikan hadiah

Rasa kasih sayang dalam sebuah pertemanan akan semakin indah jika dibarengi dengan saling memberi hadiah. Tidak perlu memberikan hadiah yang mewah, namun hanya dengan hadiah yang kecil saja sudah sangat menyenangkan hati teman. Rasulullah pernah bersabda:

تَهَادُوْا تَحَابُّوْا

“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594)

6.       Penuh perhatian terhadap apa yang dibicarakannya.

Untuk menjaga pertemanan yang baik, maka sudah sebaiknya kita menghindari debat. Bahkan meskip[un kita tahu bahwa kita berada di pihak yang benar, namun hendaknya kita menghindarinya.Nabi Sulaiman as berkata kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ

“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi)

7.        Memanggil dengan nama yang paling disukainya.

8.        Memuji kebaikannya dan berterima kasih atas bantuannya.

9.     Membela kehormatannya di saat ia tidak ada sebagaimana ia membela kehormatannya sendiri.

10.    Menasihatinya dengan lemah lembut dan jelas jika memang diperlukan.

Salah satu adab berteman yang baik yang saat ini banyak ditinggalkan adalah saling menasehati. Sebagai seorang muslim yang baik, hendaknya kita saling mengingatkan dan menasehati. Saling menasehati juga merupakan perintah Allah SWT yang termaktub dalam Al Quran, Allah Ta’ala berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)

11.    Memaafkan ketika ia salah dan tidak malah mencaci.

12.    Mendoakannya di saat berkhalwat dengan Allah, baik ketika masih hidup maupun ketika sudah wafat.

13.    Tetap setia kepada keluarga dan kerabatnya manakala ia sudah meninggal dunia.

14.    Ikut meringankannya dan bukan justru memberatkan hajatnya.

15.    Menghibur hatinya dari segala kerisauan.

16.    Menampakkan kebahagiaan atas kemudahan yang ia dapatkan.

17.    Bersedih atas hal buruk yang menimpanya.

18.    Menyembunyikan di dalam hati apa yang ia sembunyikan sehingga ia benar-benar setia secara lahir maupun batin.

19.    Mendahuluinya dalam mengucapkan salam ketika bertemu.

20. Melapangkan majelis untuknya, membantunya ketika berdiri, dan diam ketika ia berbicara sampai selesai (tidak menyela atau memotongnya).

Ketika teman sedang berbicara, maka janganlah kamu memotong pembicaraan mereka. Memotong pembicaraan seseorang merupakan perbuatan yang tidak sopan dan tidak menghargai orang lain. Rasulullah bersabda, “Jika engkau mengatakan ‘diamlah’ kepada orang-orang ketika mereka sedang berbicara, sungguh engkau mencela dirimu sendiri.” (HR. Ahmad 2/318, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/328)

21.    Menjaga aurat

Sebagaimana Allah telah mewajibkan kita untuk selalu menjaga aurat dalam Al Quran,

 

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

 

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

 

Maka ketika kita bergaul, hendaknya kita juga tetap menjaga pakaian yang kita gunakan untuk selalu sopan dan menutu aurat dengan sempurna, terutama jika berada di keramaian.

Ringkasnya, hendaknya ia memperlakukan temannya itu sebagaimana ia senang kalau diperlakukan demikian. Siapa yang tak mencintai saudaranya sebagaima ia mencintai dirinya sendiri, berarti ia telah dihiasi nifak (sifat munafik).

Hal itu merupakan bencana baginya di dunia dan di akhirat. Itulah adab-adab yang diperhatikan terkait hak para sahabat. Semoga artikel ini mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dalam kehidupan sosial kita. Aamiin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...