Kehidupan sehari-hari, tidak lepas dari berbagai
masalah yang timbul. Bahkan tidak jarang hingga mengakibatkan beban pikiran
seseorang. Beban yang ringan, sedang, berat, hingga beban yang tak kunjung
terurai, yang lambat laun akan bertumpuk dan menjadi masalah bagi jiwa dan
mental. Sedangkan masalah kejiwaan ini, pada masyarakat kita masih terdapat
stigma yang tidak baik. Tak jarang, orang yang mengalami masalah dalam
kejiwaannya dianggap negatif, bahkan dikucilkan. Lantas, bagaimanakah pandangan
Islam terhadap gangguan jiwa dan masalah kesehatan mental?
Dr. Jalaluddin dalam buku Psikologi Agama menyebut, "Kesehatan mental merupakan kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)".
Imam al-Ghazali meyakini manusia sebagai makhluk
jasmani-ruhani. Sedangkan aspek ruhiyah merupakan sebuah hakekat nyata. Terkait
upaya menciptakan ketenangan jiwa, beliau menyebut jiwa terdiri dari empat
elemen pokok, yakni al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Empat elemen ini,
secara esensi bermakna sama.
Al-qalb dan al-nafs merupakan istilah yang kerap
digunakan dalam Alquran sebagai representasi. Nafs ada dua makna:
Pertama, nafs adalah nafsu-nafsu rendah yang kaitannya dengan raga dan kejiwaan, seperti dorongan agresif (al-ghadlab) dan dorongan erotik (al-syahwat). Kedua nafsu ini dimiliki oleh hewan dan manusia.
Kedua, nafs adalah nafsu muthmainnah. Yang dimaksud nafsu muthmainnah adalah lembut, halus, suci dan tenang yang dapat mengantarkan untuk masuk ke dalam syurga-Nya.
يَٰٓأَيَّتُهَا
ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ
ٱرْجِعِىٓ
إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. (QS al-Fajr ayat 27-28).
Dalam kehidupan sosial manusia, agama tak bisa dipisahkan. Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT berarti mempunyai naluri beragama. Dalam QS Al-Ra'ad ayat 28 disebutkan:
الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Dalam jurnal yang ditulis oleh
Purmansyah Ariadi, praktisi Universitas Muhammadiyah Palembang, menyebut
tuntunan Islam mewajibkan manusia mengadakan hubungan yang baik dengan Allah
SWT, sesama manusia, serta alam dan lingkungan. Peranan agama Islam dapat
membantu manusia mengobati jiwa dan mencegah dari gangguan kejiwaan maupun
membina kondisi kesehatan mental.
Penyelesaian masalah kejiwaan
bisa dilakukan dengan dua hal, menemui praktisi kesehatan jiwa maupun melalui
pendekatan agama. Dalam hal agama, Alquran bisa berfungsi sebagai asy-Syifa
atau obat untuk menyembuhkan penyakit fisik maupun rohani.
Dalam kitab suci Alquran, terdapat banyak surah yang menjelaskan tentang kesehatan. Ketenangan jiwa juga dapat dicapai dengan dzikir kepada Allah. Rasa takwa dan perbuatan baik merupakan metode pencegahan dari rasa takut dan sedih.
Pembinaan dan Terapi Keluarga & Pasien ODGJ
Beri kesibukan dengan membuat jadwal
Berdasarkan
pengalaman yang tertuang dalam jurnal penelitian yang ditulis oleh Aty
Nurillawaty Rahayu berjudul: Pengalaman Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Paska
Pasung dalam melakukan Rehabilitasi Psikososial, Kemampuan ODGJ dalam melakukan
aktivitas sehari-hari selama mengikuti kegiatan rehabilitasi psikososial,
diungkapkan sebagai berikut: “ Sebelumnya saya tidak bisa apa-apa, setelah
disini, selama di rehab, saya bantu sapu-sapu, ikut kegiatan bimbingan rohani
dan kegiatan ketrampilan mengerjakan keset, itu bisa menghibur saya supaya
jangan pikir ingat dikampung” (P1) “ disini saya ikut pengajian, bantu memasak,
bikin sumpia, telor asin dan keset, banyak ikut kegiatan biar bisa menenangkan
hati dan menghilangkan kangen”
Berikan tugas sesuai kemampuan penderita dan
bertahap sesuai perkembangan
Memberikan
tugas/kesibukan disesuaikan dengan kemampuan penderita, dengan harapan
pasien dapat mengalihkan perhatiannya tidak fokus pada pangkal permasalahan
yang menyebabkan dia sakit. Ketika ia sakit karena dicerai oleh suami/istrinya,
maka kesibukan adalah untuk mengalihkan perhatiannya dari mengingat
suami/istrinya. Namun kesibukan yang
diberikan harus sesuai kemampuan dan tarap perkembangannya, agar ia tidak
tambah sakit.
Menemani & tidak mengucilkan
Misalnya makan bersama, bekerjasama, rekreasi
bersama. Tetap memberikan perhatian, penghargaan dan tidak mengucilkan dapat
mengurangi tingkat stress penderita, bahkan bisa mengembalikan menuju sehat.
Apalagi mereka yang penyebab sakitnya adalah putus asa atau tiada memperoleh
penghargaan dari lingkungannya.
Menyapa penderita ODGJ
Minta Keluarga dan teman untuk menyapa penderita ODGJ. tentunya kita pribadi juga harus bisa memberikan contoh.
Mengajak/mengikut sertakan penderita dalam kegiatan bermasyarakat
ODGJ bisa disertakan dalam pengajian, kerja
bhakti dan sebagainya.
ODGJ bisa diajak mendekatkan diri kepada Allah
dalam dzikir kepada-Nya agar hatinya menjadi tenang, sebab Allah sudah
menjanjikan:
الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.S. Ar Ra’du, 28).
Berikan pujian
Memberikan pujian yang realistis terhadap keberhasilan penderita, yang tulus dan tidak berpura-pura serta tanpa pamrih akan bisa menjadi cara yang pasti untuk membawa keadaan sekeliling kita menjadi lebih baik. Inilah 5 alasan mengapa kita seharusnya memberikan pujian kepada seseorang:
- Memotivasi: menunjukkan bahwa dia sedang dikagumi. Hal itu akan memberikan motivasi kepada orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu lebih baik dari sebelumnya.
- Menciptakan atmosfir positif: fokus dengan apa yang baik dan kemudian mengekpresikannya akan mengirimkan efek positif baik kepada orang yang bersangkutan ataupun diri sendiri.
- Menebarkan kasih: pujian membuat ikatan menjadi lebih kuat dan membuat kita menjadi pribadi yang lebih menyenangkan di mata orang lain.
- Meningkatkan kepercayaan diri: ketika kita memiliki pandangan positif tentang orang lain, kitapun akan memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri.
- Menghancurkan ego: sebuah pujian yang tulus dan tanpa pamrih akan membawa perubahan baik dalam diri seseorang atau sekeliling kita.
Hindari berbisik di depan penderita
إِنَّمَا
النَّجْوى مِنَ
الشَّيْطانِ لِيَحْزُنَ الَّذينَ آمَنُوا وَ لَيْسَ بِضارِّهِمْ شَيْئاً إِلاَّ
بِإِذْنِ اللَّهِ وَ عَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُون
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal. (QS.Al-Mujadalah : 10)
يا أَيُّهَا
الَّذينَ آمَنُوا إِذا تَناجَيْتُمْ فَلا تَتَناجَوْا بِالْإِثْمِ وَ الْعُدْوانِ
وَ مَعْصِيَةِ الرَّسُولِ وَ تَناجَوْا بِالْبِرِّ وَ التَّقْوى وَ اتَّقُوا
اللَّهَ الَّذي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kamu berbisik rahasia , janganlah berbisik rahasia dengan dosa dan permusuhan dan mendurhaka Rasul, tetapi berbisik rahasialah dengan kebaji kan dan taqwa ; Dan taqwalah kepada Allah , Yang kamu sekalian akan dikumpulkan (QS.Al-Mujadalah : 9)
وَعَنِ ابنِ
عُمَر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ
قَالَ : إِِذََا كَانُوا ثَلَاثَةٌ فَلَايَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ
الثَّالِث". متفق عليه
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwasanya
Rasulullah saw bersabda, “Apabila berkumpul tiga orang maka janganlah dua orang
di atara mereka itu berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ke tiga”.
(HR.Bukhari dan Muslim).
وَعَنِ ابنِ
مَسعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَمَ
قَالَ : إِذَاكُنْتُمْ ثَلَاثَة فَلَا يَتنََاجَى اثْنَانِ دُونَ الآخَرَحَتَّى
تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ، مِنْ أَجْلِ أَنَّ ذَلِكَ يُخْزِنُهُ. متفق عليه.
Dari Ibnu
Mas`ud Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda, [[Apabila kalian bertiga maka janganlah dua orang berbisik-bisik
tanpa menyertakan yang lain sehingga kalian berkumpul dengan orang banyak.
Karena yang demikian bisa menyebabkan orang yang tidak terlibat menjadi sedih].
(HR.Bukhari dan Muslim).
Mengontrol & memberi obat secara rutin
Efek obat tidak bisa bekerja dalam sekejap untuk
menghilangkan gejalanya. Minum obat setiap hari seperti yang diarahkan dokter
dapat sangat membantu meningkatkan efektivitas obat. Untuk merasakan perbaikan
dan perubahan yang positif dalam jangka panjang, biasanya pasien membutuhkan
waktu paling cepat satu bulan setelah memulai pengobatan. Pada beberapa orang, efek
obat ini baru akan terasa setelah empat atau enam bulan karena gaya hidup yang
kurang mendukung penyembuhan.
Setelah itu pun pasien tidak dianjurkan untuk langsung menghentikan pengobatan. Pasien mungkin diminta untuk tetap meneruskan pengobatan selama satu hingga dua tahun, tergantung kondisi dan keparahan penyakitnya. Pasien juga tidak dianjurkan untuk meningkatkan atau menghentikan dosisnya tanpa sepengetahuan dokter karena ada risiko efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibatnya.
Mengenali tanda2 kekambuhan, segera berobat
Mengenali dan menyadari gejala awal kambuhnya
gangguan jiwa seperti : sulit minum obat, sulit tidur, menyendiri, gelisah,
tidak nafsu makan, mudah tersinggung dan perubahan perilaku di luar kebiasaan
normal. Keluarga atau caregiver sebaiknya selalu memperhatikan gejala-gejala
klinis yang timbul pada pasien ODGJ karena berita yang ada serta pembatasan
dalam ruang gerak individu dapat meningkatkan gejala-gejala psikiatris pasien
ODGJ. Apabila gejala psikiatrik semakin meningkat segera konsultasikan dengan
penanggung jawab pelayanan kesehatan jiwa di layanan primer atau dokter yang
merawat untuk melakukan tindakan lanjutan yang diperlukan sesuai kondisi
klinis. Menceritakan berbagai kecemasan yang dialami tentang kondisi saat ini
pada orang terdekat dan terpercaya. Hal ini dapat mengurangi dan mengalihkan
pikiran negatif dan perasaan cemas berlebihan pada ODGJ. Diharapkan keluarga
atau caregiver pasien dapat hadir dan mendengarkan dengan sepenuh hati.
Kontrol suasana lingkungan
Kontrol suasana lingkungan yang dapat memancing
terjadinya marah. Berikut ini 5 kiat yang bisa kita gunakan untuk menahan
amarah.
Membaca Ta'awudz
وَإِمَّا
يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ
عَلِيمٌ
“Dan jika
setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)
Dari sahabat Sulaiman bin Surd ra, beliau menceritakan: Suatu hari saya duduk bersama Nabi saw. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah saw bersabda:
إِني لأعلمُ
كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ
الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ
Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang
ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas
syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Doa yang sangat ringkas:
أعوذُ بالله
مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
“Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk”
Bacaan ini sangat ringkas, dan hampir semua orang telah menghafalnya. Yang menjadi masalah, umumnya orang yang sedang marah sulit untuk mengendalikan dirinya , sehingga biasanya lupa dengan apa yang sudah dia pelajari. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk segera sadar ketika marah. Amin
Diam
Seperti dalam salah satu hadits yang diriwayatkan
Imam Ahmad, Rasulullah menyarankan untuk tetap diam. Sebab, saat seseorang
marah dan membiarkan mulutnya terbuka, banyak sambatan, misuh-misuh, cacian,
makian yang keluar sampai menyakiti orang lain. Ada hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad,
وَ إِذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika salah
seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh
Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi).
Berganti Posisi: Berdiri ke Duduk, Duduk ke Berbaring
Berganti posisi saat merasakan kemarahan bisa meredakan
dan menenangkan diri agar tidak berubah jadi kekerasan. Dari Abu Dzarr ra, Nabi
saw bersabda,
إِذَا غَضِبَ
أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ،
فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
“Bila salah satu di antara kalian marah saat
berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun
jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Mengambil Air Wudhu
Air wudhu pun dapat menenangkan dan memadamkan api
kemarahan di hati agar tidak meledak dan melukai diri sendiri maupun orang
lain.
Dari Athiyyah as-Sa’di ra berkata, Rasulullah
bersabda:
إِنَّ
الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ
وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ
فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan
diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari
kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Mengingat Wasiat dan Janji Rasulullah SAW
Sebelum memuntahkan amarah kepada orang lain atau
benda sekalipun, baiknya orang memperhatikan hadits berikut yang berisi pesan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seseorang yang meminta nasehat
dari beliau.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا
تَغْضَبْ
Dari Abu Hurairah ra berkata, seorang lelaki
berkata kepada Nabi saw, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah
engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi saw (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.”
(HR. Bukhari, no. 6116)
Dari Mu’adz ra, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ كَظَمَ
غَيْظاً وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذهُ دَعَأهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى
رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُوْرِ مَا
شَاءَ
“Barang
siapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di
hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia
inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan)
Dari Abu Ad-Darda’ ra, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah saw lantas,
لاَ تَغْضَبْ
وَلَكَ الْجَنَّةُ
Segera kontrol jika ada perilaku menyimpang atau obat habis