Selasa, 30 Desember 2025

ONTOLOGI AL QUR'AN

 


A. Pengantar

Studi Al-Qur’an merupakan salah satu cabang ilmu dalam tradisi keilmuan Islam yang senantiasa aktual untuk dikaji sepanjang zaman. Al-Qur’an sebagai kalam Allah bukan hanya menjadi kitab suci bagi umat Islam, melainkan juga menjadi dasar peradaban, hukum, etika, dan panduan hidup manusia. Oleh sebab itu, mempelajari Al-Qur’an bukan sekadar aktivitas keagamaan, melainkan juga usaha intelektual dan spiritual yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, ilmu, dan realitas sosialnya. Dalam kerangka filsafat ilmu, pembahasan ini diletakkan pada aspek ontologi, yaitu upaya untuk memahami hakikat Al-Qur’an itu sendiri: apa, bagaimana, dan untuk tujuan apa Al-Qur’an itu diturunkan.

Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), kajian Al-Qur’an tidak hanya diarahkan pada pemahaman tekstual, tetapi juga pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, reflektif, dan aplikatif. Mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana Al-Qur’an menjadi sumber ajaran Islam, sekaligus mampu menjelaskan relevansinya terhadap persoalan pendidikan, sosial, budaya, dan kebangsaan. Dengan demikian, studi Al-Qur’an menjadi jembatan antara pemahaman normatif-teologis dan kebutuhan praktis-empiris masyarakat. 

B. Definisi Studi Al-Qur’an

Secara etimologis, kata al-Qur’an berasal dari akar kata qara’a yang berarti membaca, mengumpulkan, atau menghimpun. Al-Qur’an disebut demikian karena ia merupakan himpunan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan Malaikat Jibril, dibaca sebagai ibadah, dan ditulis dalam mushaf.

Secara terminologis, para ulama memberikan definisi yang relatif serupa. Manna’ al-Qaththan (2000) mendefinisikan Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas, serta membacanya adalah ibadah. Definisi ini mengandung beberapa unsur penting:

  1. Sumber: Al-Qur’an adalah kalam Allah, bukan ciptaan manusia.
  2. Media: Diturunkan melalui wahyu dengan perantara Malaikat Jibril.
  3. Objek penerima: Ditujukan khusus kepada Nabi Muhammad saw.
  4. Keotentikan: Diriwayatkan secara mutawatir (tidak mungkin dipalsukan).
  5. Struktur: Memiliki susunan yang dimulai dari al-Fatihah dan ditutup dengan al-Nas.
  6. Fungsi: Membacanya merupakan ibadah.

Dari sisi istilah akademis, studi Al-Qur’an dapat diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang menelaah hakikat, sejarah, struktur, metodologi, tafsir, serta fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan umat Islam. Studi ini tidak hanya berhenti pada pemahaman literal, tetapi juga mencakup pendekatan filosofis, historis, hermeneutis, dan aplikatif. 

C. Ruang Lingkup Studi Al-Qur’an

Ruang lingkup studi Al-Qur’an mencakup beberapa aspek penting yang saling terkait:

  1. Aspek Historis
Mencakup kajian tentang proses turunnya wahyu, asbābun nuzūl, kodifikasi mushaf, serta periodesasi dakwah Rasulullah. Aspek ini membantu mahasiswa memahami konteks sejarah lahirnya ayat-ayat Al-Qur’an.
  1. Aspek Tekstual dan Struktural

Berhubungan dengan bacaan, qirā’at, tata bahasa (nahwu dan sharaf), balāghah, hingga susunan surat dan ayat. Aspek ini penting untuk menjaga keaslian teks dan pemahaman bahasa Al-Qur’an.

  1. Aspek Ulumul Qur’an

Merupakan disiplin ilmu yang berkembang untuk mendukung pemahaman Al-Qur’an, seperti ilmu makki-madani, muhkam-mutasyabih, nasikh-mansukh, qira’at, ijaz al-Qur’an, dan sebagainya.

  1. Aspek Metodologi Tafsir

Studi tentang ragam metode penafsiran: tafsir bi al-ma’tsūr (berdasarkan riwayat), tafsir bi al-ra’yi (berdasarkan ijtihad), tafsir maudhu’i (tematik), tafsir falsafi, hingga pendekatan kontemporer seperti hermeneutika.

  1. Aspek Filosofis dan Teologis

Membahas kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan, basis nilai moral, serta landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam ilmu keislaman.

  1. Aspek Aplikatif

Bagaimana Al-Qur’an diterapkan dalam bidang pendidikan, hukum, politik, sosial, budaya, dan peradaban. Di sini mahasiswa dituntut melihat relevansi ayat-ayat Al-Qur’an dalam kehidupan kontemporer.

Dengan demikian, studi Al-Qur’an bukan sekadar ilmu teks (textual sciences), melainkan ilmu yang mencakup seluruh dimensi kehidupan umat manusia. 

D. Urgensi Studi Al-Qur’an

Mengapa studi Al-Qur’an penting untuk dipelajari? Ada beberapa alasan mendasar:

  1. Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam

Semua aspek ajaran Islam—akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak—bersumber dari Al-Qur’an. Memahami Islam tanpa Al-Qur’an ibarat membangun rumah tanpa fondasi.

  1. Menjaga keotentikan dan pemahaman yang benar

Seiring perkembangan zaman, banyak muncul interpretasi yang keliru atau manipulatif terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Studi Al-Qur’an membantu menjaga kemurnian pemahaman.

  1. Menjawab tantangan modernitas

Era globalisasi melahirkan problem etika, sosial, politik, dan lingkungan yang kompleks. Al-Qur’an menyediakan nilai-nilai universal seperti keadilan, kemanusiaan, dan persaudaraan yang dapat dijadikan pedoman.

  1. Membangun integrasi ilmu dan agama

Tradisi Muhammadiyah menekankan integrasi iman, ilmu, dan amal. Al-Qur’an harus dipahami tidak hanya sebagai teks ibadah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi ilmu pengetahuan.

  1. Membentuk kepribadian Qur’ani

Tujuan akhir studi Al-Qur’an adalah melahirkan manusia yang berkarakter Qur’ani: beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi masyarakat. 

E. Ontologi Al-Qur’an

Dalam filsafat ilmu, ontologi membahas tentang hakikat sesuatu. Pertanyaan ontologis terhadap Al-Qur’an antara lain: Apa hakikat Al-Qur’an? Bagaimana posisinya dalam kehidupan manusia? Apakah Al-Qur’an hanya teks atau sekaligus realitas hidup?

Beberapa poin penting dalam ontologi Al-Qur’an:

  1. Al-Qur’an sebagai Kalamullah

Al-Qur’an adalah firman Allah yang bersifat qadim (azali) tetapi diturunkan ke dunia dalam bentuk lafaz yang dapat dibaca dan dipahami manusia. Hal ini menunjukkan sifat transendensi sekaligus immanensi Al-Qur’an.

  1. Al-Qur’an sebagai Hidayah (Petunjuk)

Fungsi utama Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk hidup. Allah menegaskan dalam QS. Al-Baqarah [2]: 2: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”

  1. Al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu

Al-Qur’an mengandung prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. Banyak ayat yang mendorong manusia untuk berpikir, meneliti, dan mengembangkan ilmu (misalnya QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5).

  1. Al-Qur’an sebagai Basis Etika dan Peradaban

Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti keadilan, kasih sayang, persamaan, dan tanggung jawab sosial, menjadi fondasi etika dan peradaban manusia.

  1. Al-Qur’an sebagai Realitas Hidup

Al-Qur’an bukan sekadar teks, melainkan hadir dalam kehidupan umat Islam melalui bacaan, hafalan, tafsir, implementasi hukum, hingga budaya Qur’ani. Dengan demikian, ontologi Al-Qur’an mencakup dimensi teologis, epistemologis, dan aksiologis. 

F. Diskusi Kritis: Relevansi Studi Al-Qur’an dalam Konteks PAI

  1. Mengapa Al-Qur’an perlu dipelajari dalam konteks pendidikan agama Islam?
  2. Apakah studi Al-Qur’an hanya cukup dilakukan secara tekstual, atau harus diperluas dengan pendekatan filosofis, historis, dan sosial?
  3. Bagaimana Perguruan Tinggi Muhammadiyah memandang studi Al-Qur’an sebagai bagian dari misi Dār al-Ahdi wa al-Syahādah? 

8. Kesimpulan

Pertemuan pertama ini menegaskan bahwa studi Al-Qur’an merupakan pintu masuk utama dalam PAI. Al-Qur’an memiliki hakikat ontologis sebagai kalam Allah, mukjizat, dan kitab hidup yang menjadi pedoman umat. Ruang lingkup kajian Al-Qur’an luas, mencakup aspek sejarah, teks, tafsir, hingga relevansi sosial. Urgensinya tidak hanya untuk memperkaya intelektual, tetapi juga membentuk spiritualitas dan akhlak Qur’ani. Dengan memahami ontologi Al-Qur’an, mahasiswa diharapkan memiliki kesadaran bahwa studi Al-Qur’an adalah kebutuhan fundamental dalam membangun peradaban Islam dan menjalankan peran sebagai pendidik yang Qur’ani.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an

  Pendahuluan Dalam ilmu tafsir, metode paling utama, paling otoritatif, dan paling selamat dari kesalahan adalah tafsir al-Qur’an dengan ...