Selasa, 24 Juni 2025

Kampung Moderasi Beragama

 


Pendahuluan

Penyuluhan agama sebagai bagian dari upaya pencerahan masyarakat tidak hanya berorientasi pada dimensi ibadah ritual, melainkan juga menyentuh aspek sosial, budaya, dan pembangunan peradaban. Dalam konteks kebangsaan Indonesia yang majemuk, penyuluh agama memiliki peran strategis dalam memperkuat kohesi sosial dan menumbuhkan sikap saling menghargai antarkelompok agama. Salah satu program strategis yang menjadi fokus Kementerian Agama Republik Indonesia adalah pengembangan Kampung Moderasi Beragama, sebuah inisiatif yang bertujuan membumikan nilai-nilai moderasi beragama di tingkat akar rumput.

Moderasi beragama merupakan salah satu pilar penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan mencegah ekstremisme, radikalisme, serta konflik sosial yang berbasis keagamaan. Kampung Moderasi Beragama tidak hanya menjadi simbol implementatif dari gagasan tersebut, tetapi juga menjadi laboratorium sosial tempat tumbuh dan berkembangnya harmoni dalam keberagaman. Oleh karena itu, pemahaman komprehensif terhadap konsep dan implementasi Kampung Moderasi Beragama menjadi kebutuhan mendesak bagi para penyuluh agama. 

Konsep Teoretis Kampung Moderasi Beragama

Secara konseptual, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang menempatkan posisi tengah (tawassuth), adil (ta‘adul), seimbang (tawazun), dan toleran (tasamuh) dalam kehidupan pribadi maupun sosial (Kemenag RI, 2019). Moderasi beragama bukan berarti memoderasi ajaran agama, melainkan sikap keberagamaan yang tidak ekstrem dalam memahami dan menerapkan ajaran agama.

Dalam konteks praksis, Kampung Moderasi Beragama adalah satuan wilayah masyarakat (desa, kelurahan, atau komunitas tertentu) yang secara sadar dan sistematis mengembangkan nilai-nilai moderasi melalui aktivitas keagamaan, sosial, budaya, dan pendidikan. Konsep ini menggabungkan pendekatan partisipatoris masyarakat dengan fasilitasi negara melalui Kementerian Agama dan pemangku kepentingan lainnya.

Menurut Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Kampung Moderasi memiliki empat indikator utama:

  1. Komitmen kebangsaan
  2. Toleransi antarumat beragama
  3. Penolakan terhadap kekerasan
  4. Penerimaan terhadap tradisi lokal

Keempat indikator tersebut dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai keberhasilan program ini pada level implementasi di masyarakat.

Urgensi Kampung Moderasi Beragama dalam Konteks Sosial-Agama

Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, agama, dan budaya yang tinggi. Pluralitas ini merupakan kekayaan bangsa sekaligus potensi konflik jika tidak dikelola dengan baik. Realitas sosial menunjukkan bahwa gesekan antarkelompok agama sering kali dipicu oleh kurangnya ruang dialog, pemahaman yang keliru tentang ajaran agama lain, serta propaganda intoleransi yang massif melalui media sosial.

Dalam konteks ini, Kampung Moderasi Beragama hadir sebagai solusi kultural-struktural untuk membangun masyarakat inklusif, adil, dan berkeadaban. Ia berfungsi sebagai ruang aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan ajaran agama dalam bentuk gotong royong, dialog lintas iman, toleransi dalam beribadah, serta perlindungan terhadap kelompok rentan.

Urgensi kampung moderasi juga didorong oleh meningkatnya fenomena eksklusivisme keagamaan yang dapat mengancam kerukunan nasional. Penyuluh agama memiliki mandat moral dan sosial untuk menangkal isu-isu provokatif serta membina masyarakat agar mampu menjadi pelopor harmoni dalam perbedaan. Hal ini sesuai dengan pesan Al-Qur’an:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ‏ ١٣

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13) 

Strategi Implementasi Kampung Moderasi Beragama

Pelaksanaan Kampung Moderasi Beragama menuntut perencanaan yang komprehensif dan partisipatif. Berikut adalah beberapa strategi implementatif yang dapat dijalankan oleh penyuluh agama:

  1. Pemetaan Sosial dan Keagamaan

Langkah awal adalah melakukan pemetaan sosial untuk mengetahui peta keberagaman agama, potensi konflik, serta aktor kunci di wilayah sasaran. Hal ini membantu menentukan pendekatan yang tepat dalam menyusun program kampung moderasi.

  1. Pendidikan Publik dan Literasi Moderasi

Penyuluh agama perlu memberikan edukasi tentang nilai-nilai moderasi melalui majelis taklim, pengajian, sekolah, dan forum warga. Materi dapat mencakup toleransi, dialog antariman, resolusi konflik, serta nilai-nilai universal agama.

  1. Kemitraan Lintas Sektor

Kampung Moderasi membutuhkan dukungan dari berbagai elemen: pemerintah desa, tokoh agama, tokoh adat, ormas keagamaan, dan lembaga pendidikan. Kolaborasi ini menciptakan sinergi antara agama dan pembangunan.

  1. Penguatan Ekonomi Kerakyatan

Stabilitas sosial akan sulit terwujud tanpa kesejahteraan ekonomi. Oleh karena itu, program pemberdayaan ekonomi, seperti koperasi lintas agama, pelatihan kewirausahaan, atau bantuan modal tanam bersama, menjadi bagian integral dari kampung moderasi.

  1. Pengelolaan Tempat Ibadah Bersama

Mengembangkan kode etik penggunaan tempat ibadah, mengatur kebisingan, serta mendorong pertemuan rutin antar-pemuka agama dapat mencegah gesekan dan meningkatkan rasa saling percaya.

  1. Media Sosial Moderasi

Masyarakat perlu dibekali literasi digital dan diarahkan untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah toleransi dan penyebaran narasi damai, bukan untuk menyebar ujaran kebencian atau provokasi. 

Tantangan dan Solusi dalam Pengembangan Kampung Moderasi Beragama

Pengembangan Kampung Moderasi Beragama tentu tidak lepas dari berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal:

  1. Tantangan Ideologis

Sebagian kelompok masih memandang moderasi beragama sebagai pengaburan akidah atau kompromi terhadap ajaran agama. Untuk mengatasi hal ini, penyuluh harus mengedepankan pendekatan edukatif, dengan menekankan bahwa moderasi bukanlah kompromi terhadap prinsip, melainkan bentuk nyata dari kasih sayang dan hikmah dalam dakwah (QS. An-Nahl: 125).

اُدۡعُ اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ بِالۡحِكۡمَةِ وَالۡمَوۡعِظَةِ الۡحَسَنَةِ وَجَادِلۡهُمۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُ​ؕ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ​ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ‏ ١٢٥

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah1 dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

  1. Tantangan Struktural dan Kelembagaan

Keterbatasan dana, SDM, dan dukungan kelembagaan menjadi tantangan nyata. Dibutuhkan sinergi lintas kementerian dan swadaya masyarakat untuk mengembangkan kampung moderasi secara berkelanjutan.

  1. Kurangnya Kapasitas Literasi Agama

Masyarakat yang minim literasi agama rentan terpapar radikalisme. Oleh karena itu, pelatihan literasi agama dan peningkatan kapasitas guru ngaji, takmir masjid, serta pemuda menjadi langkah penting.

  1. Perubahan Sosial yang Cepat

Era digital membawa dampak besar dalam pola pikir masyarakat. Penyuluh harus adaptif terhadap perkembangan ini, menggunakan pendekatan kekinian dalam bimbingan keagamaan dan menyasar generasi muda dengan konten digital moderat.

  1. Minimnya Evaluasi Program

Banyak kampung yang telah dinyatakan sebagai Kampung Moderasi Beragama, tetapi tidak memiliki mekanisme monitoring dan evaluasi yang sistematis. Solusinya, penyuluh dapat membentuk tim pemantau lokal dan melakukan evaluasi triwulanan. 

Penutup

Kampung Moderasi Beragama merupakan wujud nyata dari komitmen bangsa Indonesia dalam merawat keberagaman dan membangun peradaban yang damai, adil, dan inklusif. Dalam konteks ini, penyuluh agama tidak hanya menjadi pendakwah, tetapi juga agen perubahan sosial dan penjaga nilai-nilai kebangsaan. Melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan kolaboratif, penyuluh dapat mengintegrasikan misi dakwah dengan pembangunan masyarakat yang harmonis.

Kesuksesan kampung moderasi bergantung pada sinergi antara nilai agama, kebijakan publik, dan kesadaran masyarakat. Moderasi bukanlah tujuan akhir, tetapi jalan tengah menuju kehidupan bersama yang damai. Sebagaimana Islam mengajarkan ummatan wasathan (umat yang moderat), maka kampung moderasi menjadi manifestasi dari nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin di tengah masyarakat plural.

 

Daftar Pustaka

  • Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta: Kemenag RI.
  • Kementerian Agama RI. (2021). Pedoman Pengembangan Kampung Moderasi Beragama. Jakarta: Ditjen Bimas Islam.
  • Wahid Foundation. (2020). Laporan Tahunan Toleransi dan Intoleransi di Indonesia.
  • Samsul Maarif. (2022). “Moderasi Beragama sebagai Wacana Kultural”. Jurnal Dialog, 45(2), 115–132.
  • Al-Qur’an Al-Karim
  • Kemenag RI. (2023). Pedoman Evaluasi Kampung Moderasi Beragama. Jakarta: Sekretariat Jenderal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendahuluan Studi al Qur’an

1.1 Definisi dan Pengertian Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Mu...