Pendahuluan
Penyuluhan agama sebagai bagian dari upaya pencerahan masyarakat
tidak hanya berorientasi pada dimensi ibadah ritual, melainkan juga menyentuh
aspek sosial, budaya, dan pembangunan peradaban. Dalam konteks kebangsaan
Indonesia yang majemuk, penyuluh agama memiliki peran strategis dalam
memperkuat kohesi sosial dan menumbuhkan sikap saling menghargai antarkelompok
agama. Salah satu program strategis yang menjadi fokus Kementerian Agama
Republik Indonesia adalah pengembangan Kampung Moderasi Beragama, sebuah
inisiatif yang bertujuan membumikan nilai-nilai moderasi beragama di tingkat
akar rumput.
Moderasi beragama merupakan salah satu pilar penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan mencegah ekstremisme, radikalisme, serta konflik sosial yang berbasis keagamaan. Kampung Moderasi Beragama tidak hanya menjadi simbol implementatif dari gagasan tersebut, tetapi juga menjadi laboratorium sosial tempat tumbuh dan berkembangnya harmoni dalam keberagaman. Oleh karena itu, pemahaman komprehensif terhadap konsep dan implementasi Kampung Moderasi Beragama menjadi kebutuhan mendesak bagi para penyuluh agama.
Konsep Teoretis Kampung Moderasi Beragama
Secara konseptual, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap,
dan praktik beragama yang menempatkan posisi tengah (tawassuth), adil (ta‘adul),
seimbang (tawazun), dan toleran (tasamuh) dalam kehidupan pribadi
maupun sosial (Kemenag RI, 2019). Moderasi beragama bukan berarti memoderasi
ajaran agama, melainkan sikap keberagamaan yang tidak ekstrem dalam memahami
dan menerapkan ajaran agama.
Dalam konteks praksis, Kampung Moderasi Beragama adalah satuan
wilayah masyarakat (desa, kelurahan, atau komunitas tertentu) yang secara sadar
dan sistematis mengembangkan nilai-nilai moderasi melalui aktivitas keagamaan,
sosial, budaya, dan pendidikan. Konsep ini menggabungkan pendekatan
partisipatoris masyarakat dengan fasilitasi negara melalui Kementerian Agama
dan pemangku kepentingan lainnya.
Menurut Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Kampung Moderasi
memiliki empat indikator utama:
- Komitmen kebangsaan
- Toleransi antarumat beragama
- Penolakan terhadap kekerasan
- Penerimaan terhadap tradisi lokal
Keempat indikator tersebut dijadikan sebagai tolok ukur dalam
menilai keberhasilan program ini pada level implementasi di masyarakat.
Urgensi Kampung Moderasi Beragama dalam Konteks Sosial-Agama
Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, agama, dan budaya
yang tinggi. Pluralitas ini merupakan kekayaan bangsa sekaligus potensi konflik
jika tidak dikelola dengan baik. Realitas sosial menunjukkan bahwa gesekan
antarkelompok agama sering kali dipicu oleh kurangnya ruang dialog, pemahaman
yang keliru tentang ajaran agama lain, serta propaganda intoleransi yang massif
melalui media sosial.
Dalam konteks ini, Kampung Moderasi Beragama hadir sebagai solusi
kultural-struktural untuk membangun masyarakat inklusif, adil, dan berkeadaban.
Ia berfungsi sebagai ruang aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan ajaran agama
dalam bentuk gotong royong, dialog lintas iman, toleransi dalam beribadah,
serta perlindungan terhadap kelompok rentan.
Urgensi kampung moderasi juga didorong oleh meningkatnya fenomena
eksklusivisme keagamaan yang dapat mengancam kerukunan nasional. Penyuluh agama
memiliki mandat moral dan sosial untuk menangkal isu-isu provokatif serta
membina masyarakat agar mampu menjadi pelopor harmoni dalam perbedaan. Hal ini
sesuai dengan pesan Al-Qur’an:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ
ذَكَرٍ وَّاُنۡثٰى وَجَعَلۡنٰكُمۡ شُعُوۡبًا وَّقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوۡا
ؕ اِنَّ اَكۡرَمَكُمۡ عِنۡدَ
اللّٰهِ اَ تۡقٰٮكُمۡ
ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ
خَبِيۡرٌ ١٣
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Strategi Implementasi Kampung Moderasi Beragama
Pelaksanaan Kampung Moderasi Beragama menuntut perencanaan yang
komprehensif dan partisipatif. Berikut adalah beberapa strategi implementatif
yang dapat dijalankan oleh penyuluh agama:
- Pemetaan Sosial dan Keagamaan
Langkah awal
adalah melakukan pemetaan sosial untuk mengetahui peta keberagaman agama,
potensi konflik, serta aktor kunci di wilayah sasaran. Hal ini membantu
menentukan pendekatan yang tepat dalam menyusun program kampung moderasi.
- Pendidikan Publik dan Literasi Moderasi
Penyuluh agama
perlu memberikan edukasi tentang nilai-nilai moderasi melalui majelis taklim,
pengajian, sekolah, dan forum warga. Materi dapat mencakup toleransi, dialog
antariman, resolusi konflik, serta nilai-nilai universal agama.
- Kemitraan Lintas Sektor
Kampung
Moderasi membutuhkan dukungan dari berbagai elemen: pemerintah desa, tokoh
agama, tokoh adat, ormas keagamaan, dan lembaga pendidikan. Kolaborasi ini
menciptakan sinergi antara agama dan pembangunan.
- Penguatan Ekonomi Kerakyatan
Stabilitas
sosial akan sulit terwujud tanpa kesejahteraan ekonomi. Oleh karena itu,
program pemberdayaan ekonomi, seperti koperasi lintas agama, pelatihan
kewirausahaan, atau bantuan modal tanam bersama, menjadi bagian integral dari
kampung moderasi.
- Pengelolaan Tempat Ibadah Bersama
Mengembangkan
kode etik penggunaan tempat ibadah, mengatur kebisingan, serta mendorong
pertemuan rutin antar-pemuka agama dapat mencegah gesekan dan meningkatkan rasa
saling percaya.
- Media Sosial Moderasi
Masyarakat perlu dibekali literasi digital dan diarahkan untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah toleransi dan penyebaran narasi damai, bukan untuk menyebar ujaran kebencian atau provokasi.
Tantangan dan Solusi dalam Pengembangan Kampung Moderasi Beragama
Pengembangan Kampung Moderasi Beragama tentu tidak lepas dari
berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal:
- Tantangan Ideologis
Sebagian
kelompok masih memandang moderasi beragama sebagai pengaburan akidah atau
kompromi terhadap ajaran agama. Untuk mengatasi hal ini, penyuluh harus
mengedepankan pendekatan edukatif, dengan menekankan bahwa moderasi bukanlah
kompromi terhadap prinsip, melainkan bentuk nyata dari kasih sayang dan hikmah
dalam dakwah (QS. An-Nahl: 125).
اُدۡعُ
اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ بِالۡحِكۡمَةِ وَالۡمَوۡعِظَةِ الۡحَسَنَةِ
وَجَادِلۡهُمۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُؕ
اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ
وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ ١٢٥
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah1 dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
- Tantangan Struktural dan Kelembagaan
Keterbatasan
dana, SDM, dan dukungan kelembagaan menjadi tantangan nyata. Dibutuhkan sinergi
lintas kementerian dan swadaya masyarakat untuk mengembangkan kampung moderasi
secara berkelanjutan.
- Kurangnya Kapasitas Literasi Agama
Masyarakat yang
minim literasi agama rentan terpapar radikalisme. Oleh karena itu, pelatihan
literasi agama dan peningkatan kapasitas guru ngaji, takmir masjid, serta
pemuda menjadi langkah penting.
- Perubahan Sosial yang Cepat
Era digital
membawa dampak besar dalam pola pikir masyarakat. Penyuluh harus adaptif
terhadap perkembangan ini, menggunakan pendekatan kekinian dalam bimbingan
keagamaan dan menyasar generasi muda dengan konten digital moderat.
- Minimnya Evaluasi Program
Banyak kampung yang telah dinyatakan sebagai Kampung Moderasi Beragama, tetapi tidak memiliki mekanisme monitoring dan evaluasi yang sistematis. Solusinya, penyuluh dapat membentuk tim pemantau lokal dan melakukan evaluasi triwulanan.
Penutup
Kampung Moderasi Beragama merupakan wujud nyata dari komitmen
bangsa Indonesia dalam merawat keberagaman dan membangun peradaban yang damai,
adil, dan inklusif. Dalam konteks ini, penyuluh agama tidak hanya menjadi
pendakwah, tetapi juga agen perubahan sosial dan penjaga nilai-nilai
kebangsaan. Melalui pendekatan edukatif, partisipatif, dan kolaboratif,
penyuluh dapat mengintegrasikan misi dakwah dengan pembangunan masyarakat yang
harmonis.
Kesuksesan kampung moderasi bergantung pada sinergi antara nilai
agama, kebijakan publik, dan kesadaran masyarakat. Moderasi bukanlah tujuan
akhir, tetapi jalan tengah menuju kehidupan bersama yang damai. Sebagaimana
Islam mengajarkan ummatan wasathan (umat yang moderat), maka kampung
moderasi menjadi manifestasi dari nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin di
tengah masyarakat plural.
Daftar Pustaka
- Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI. (2019). Moderasi Beragama. Jakarta: Kemenag RI.
- Kementerian Agama RI. (2021). Pedoman
Pengembangan Kampung Moderasi Beragama. Jakarta: Ditjen Bimas Islam.
- Wahid Foundation. (2020). Laporan Tahunan
Toleransi dan Intoleransi di Indonesia.
- Samsul Maarif. (2022). “Moderasi Beragama
sebagai Wacana Kultural”. Jurnal Dialog, 45(2), 115–132.
- Al-Qur’an Al-Karim
- Kemenag RI. (2023). Pedoman Evaluasi
Kampung Moderasi Beragama. Jakarta: Sekretariat Jenderal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar