Pendahuluan
Integrasi dakwah dengan pendidikan Islam merupakan sebuah pendekatan
yang memiliki dimensi multidisipliner dan multifaset. Ia menyatukan dua misi
utama dalam Islam: menyampaikan pesan ilahi dan membina generasi berkarakter.
Pendidikan Islam pada dasarnya bukan hanya sarana transmisi ilmu, melainkan
juga wahana pembentukan akhlak dan pembiasaan nilai-nilai ketuhanan dalam
kehidupan sehari-hari. Ketika pendidikan bersinergi dengan dakwah, maka terjadi
penguatan baik dari sisi spiritual maupun sosial, menjadikan peserta didik
sebagai agen perubahan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga
berakhlak dan bertanggung jawab secara sosial. Dalam konteks inilah, integrasi
dakwah dengan pendidikan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan dalam rangka
mencetak generasi Muslim yang unggul secara holistik.
Sejarah dan Konteks Integrasi Dakwah-Pendidikan
Dalam lintasan sejarah Islam, integrasi antara dakwah dan pendidikan
telah berlangsung sejak masa kenabian. Rasulullah saw. tidak hanya menyampaikan
wahyu di ruang publik tetapi juga membina para sahabat melalui halaqah-halaqah
ilmu. Tradisi ini terus berkembang, seperti yang dapat ditemukan pada
lembaga-lembaga pendidikan klasik Islam, seperti madrasah Nizamiyah di Baghdad
atau Al-Azhar di Mesir, yang berperan ganda sebagai pusat ilmu dan dakwah. Di
Indonesia, integrasi ini mendapat bentuk yang khas dalam gerakan pembaruan
Islam seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan Persatuan Islam.
Khususnya, gerakan Muhammadiyah di Bandar Lampung pada rentang tahun
1983 hingga 1993 menunjukkan contoh nyata dari keberhasilan integrasi ini.
Akbar et al. (2025) mencatat bahwa dalam kurun waktu tersebut, sekolah-sekolah
Muhammadiyah di wilayah tersebut tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul
secara akademik, tetapi juga memiliki ketangguhan spiritual dan kepedulian
sosial yang tinggi. Hal ini tidak lepas dari model pendidikan yang
menggabungkan kurikulum formal dengan aktivitas dakwah yang terstruktur dan
konsisten.
Salah satu tokoh yang layak disebut dalam konteks integrasi dakwah dan
pendidikan di Indonesia adalah K.H. Abdullah Syafi'ie. Menurut penelitian
Choirin et al. (2024), Abdullah Syafi'ie berhasil menggabungkan pendekatan
pendidikan modern dengan semangat dakwah Islam melalui pendirian lembaga
pendidikan Islam yang responsif terhadap tantangan zaman. Praktik inovatifnya
menjadi model bahwa institusi pendidikan Islam dapat sekaligus menjadi pusat
dakwah yang aktif dan relevan.
Peran Dakwah
dalam Pembentukan Karakter
Pendidikan Islam sejatinya adalah proses dakwah yang berlangsung
terus-menerus. Melalui pendidikan, nilai-nilai Islam ditanamkan secara
sistematis dan bertahap, tidak hanya kepada akal tetapi juga pada hati dan
perilaku. Dalam konteks modern, pendidikan yang terintegrasi dengan dakwah
memainkan peran penting dalam membentuk karakter sosial yang Islami, terutama
di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang dapat
memudarkan nilai-nilai keagamaan.
Hidayat et al. (2024) serta Sauti et al. (2024) menekankan bahwa dakwah
dalam pendidikan harus diarahkan untuk menginternalisasi nilai-nilai seperti
kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan kepedulian sosial. Nilai-nilai ini
bukan hanya diajarkan dalam bentuk teori, tetapi juga diwujudkan dalam praktik
keseharian peserta didik melalui kegiatan keagamaan, sosial, dan kebudayaan
yang menjadi bagian dari sistem pendidikan Islam. Dengan demikian, pendidikan
tidak hanya menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga memiliki kepedulian
dan kontribusi nyata terhadap masyarakat.
Strategi
Komunikasi Dakwah dalam Pendidikan
Efektivitas integrasi dakwah dan pendidikan sangat bergantung pada
strategi komunikasi yang digunakan. Pendidikan yang mengandung pesan dakwah
harus dikemas dengan pendekatan komunikatif yang kontekstual dan menyentuh
kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini, dakwah bukan disampaikan dalam bentuk
ceramah yang bersifat monolog, tetapi melalui dialog, keteladanan, dan
pendekatan yang partisipatif.
Hidayat et al. (2024) menyatakan bahwa komunikasi dakwah yang efektif
mampu mengubah nilai-nilai pendidikan menjadi perilaku yang nyata dalam
kehidupan peserta didik. Misalnya, guru sebagai da’i harus memiliki kemampuan
komunikasi yang persuasif dan inspiratif, sehingga ajaran agama tidak hanya
dipahami, tetapi juga dihidupi. Di era digital, strategi ini juga harus
melibatkan pemanfaatan media sosial dan teknologi pembelajaran yang
memungkinkan pesan dakwah tersampaikan secara lebih luas dan menarik.
Kittross dan Gordon (n.d.), meski berbicara dalam konteks media,
menegaskan pentingnya kepekaan dalam menyampaikan pesan moral dalam konteks
digital. Ini relevan dengan praktik pendidikan Islam yang semakin banyak
memanfaatkan platform daring, sehingga pendekatan dakwah pun harus adaptif
terhadap perubahan ini.
Peran Ganda
Pendidik sebagai Guru dan Da’i
Pendidik dalam pendidikan Islam memiliki peran ganda: sebagai pengajar
(mu’allim) dan sekaligus sebagai pendakwah (da’i). Posisi ini menuntut
integritas pribadi, kompetensi profesional, dan kesalehan sosial. Seorang
pendidik tidak cukup hanya menguasai materi ajar, tetapi juga harus mampu
membimbing peserta didik dalam kehidupan spiritual dan moral.
Muslim (2022) menekankan bahwa integrasi metode dakwah dalam profesi
pendidik akan mempromosikan profesionalisme guru-guru Islam yang tidak hanya
fokus pada aspek kognitif peserta didik, tetapi juga aspek afektif dan
spiritual. Melalui pendekatan ini, guru tidak hanya menjadi sumber ilmu, tetapi
juga menjadi teladan dalam akhlak dan kehidupan sosial. Pendidik Islam dituntut
untuk memiliki wawasan dakwah yang luas, memahami kondisi sosial-budaya peserta
didik, serta mampu menyampaikan ajaran Islam secara bijaksana dan penuh kasih
sayang.
Tantangan
dalam Implementasi Integrasi
Walaupun integrasi dakwah dengan pendidikan Islam membawa banyak
manfaat, implementasinya tidak bebas dari tantangan. Salah satu tantangan utama
adalah bagaimana membuat materi dakwah tetap relevan dan menarik bagi peserta
didik di era yang serba cepat ini. Banyak pendidik mengalami kesulitan dalam
mengemas pesan-pesan moral dalam bentuk yang kontekstual dan sesuai dengan
bahasa generasi muda.
Selain itu, tantangan lainnya adalah menjaga keseimbangan antara
pencapaian akademik dan pembinaan karakter. Dalam beberapa kasus, institusi
pendidikan terlalu fokus pada pencapaian nilai dan prestasi, sehingga aspek
dakwah dan pembinaan spiritual terabaikan. Di sinilah pentingnya peran
kebijakan institusional yang mendukung program-program integratif antara
pendidikan dan dakwah secara seimbang.
Tantangan juga muncul dalam bentuk resistensi terhadap pesan dakwah,
terutama dari kalangan peserta didik yang sudah terpapar oleh
pemikiran-pemikiran sekuler atau liberal. Dalam situasi ini, strategi dakwah
harus dikembangkan dengan pendekatan yang lebih dialogis dan empatik,
mengedepankan nalar dan hikmah daripada sekadar otoritas keagamaan.
Kesimpulan
Integrasi dakwah dengan pendidikan Islam adalah pendekatan strategis dan
mendalam untuk mencetak generasi Muslim yang tidak hanya cerdas secara
intelektual tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. Pengalaman historis
seperti di Bandar Lampung maupun model pendidikan K.H. Abdullah Syafi’ie
menunjukkan bahwa kolaborasi ini mampu membentuk peserta didik yang unggul dan
berdaya guna bagi masyarakat. Melalui strategi komunikasi dakwah yang efektif,
peran ganda pendidik, serta komitmen institusi pendidikan terhadap pembinaan
karakter, integrasi ini dapat terus dikembangkan dan diperkuat.
Namun, untuk mencapai keberhasilan tersebut, diperlukan respons yang
adaptif terhadap tantangan zaman, inovasi dalam metode pembelajaran, serta
pemahaman mendalam terhadap kondisi sosial-budaya peserta didik. Dengan
demikian, dakwah dalam pendidikan Islam akan tetap relevan, membumi, dan mampu
menjadi pemandu moral di tengah dinamika kehidupan modern.
Barakallahu fiik
BalasHapusAamiin yaa mujiibassaailiin
HapusAlhamdulillah, terima kasih banyak Bu
BalasHapusJazaakillah ahsanal jazaa'
Iya, sama-sama... Aamiin
HapusDalam berdakwah diperlukan rencana agar dakwah kita tidak salah, langkah awal memperkuat keilmuan yang tentu harus berdasar dari quran & hadist
BalasHapusIya, terima kasih
HapusDakwah berkemajuan adalah semangat dakwah di era digital dan teknologi
BalasHapusSiap
HapusAlhamdulillah, terimakasih bu...
BalasHapusSama-sama
HapusAlhamdulillah, barakallahu fiikum . Menjadi guru sekaligus dai membutuhkan perjuangan yang panjang.
BalasHapusDan tidak boleh menyerah
HapusAlhamdulillah... Terimakasih bu....
BalasHapussama-sama
HapusTerima kasih ustadzah
BalasHapusIya sama-sama
HapusAlhamdulillah. Jazaakillahu khoiron, Ustadzah.
BalasHapussama-sama... aamiin yaa mujiibassaailiin
HapusBarakallahufik wa jazakillah khairan bu atas ilmu yang telah dituliskan dan dishare disini, sangat bermanfaat untuk kami semua, semoga kami bisa menjadi guru yang terbaik untuk anak2 didik kami dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk semuanya dengan dakwah melalui pendidikan
BalasHapusJazakillah khoiron bu ilmunya, semoga menjadi amal jariyah ibu
BalasHapusJazaakumullahu khoir ibu
BalasHapusJazakumullah Khairan katsira ibu dosen 🙏🏻
BalasHapusJazakillah khoiron bu atas ilmu yang di berikan, semoga menjadi amal jariyah ibu dan semoga kami menjadi guru yang terbaik dan bisa menjadi contoh untuk anak didik kita Aamiin
BalasHapusHadir bu in syaa Allah
BalasHapusTerimakasih banyak Bu
BalasHapusSyukron bu
BalasHapusIntegrasi Dakwah sangat penting kaitannya dengan Pendidikan Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dan saling melengkapi.
BalasHapusBarokallohu fiik wa jazaakillah Khoir B Alfi atas ilmunya yang telah disampaikan.
Terima kasih atas materinya Bu
BalasHapusAlhamdulillah Barakallah fiikum, jazakillah khairan Bu
BalasHapusSaya hadir
BalasHapusAlhamdulillah ...ilmunya ibu..
BalasHapusSemoga Bisa bermanfaat ilmunya ...
BalasHapusJazakillah khoir ilmunya bu
BalasHapus🙏
BalasHapusTerimakasih ibu
BalasHapus