Rabu, 04 Juni 2025

Integrasi Dakwah dengan Pendidikan Islam: Fondasi Teoritis, Sejarah, dan Implementasi Kontemporer

 

Pendahuluan

Integrasi dakwah dengan pendidikan Islam merupakan sebuah pendekatan yang memiliki dimensi multidisipliner dan multifaset. Ia menyatukan dua misi utama dalam Islam: menyampaikan pesan ilahi dan membina generasi berkarakter. Pendidikan Islam pada dasarnya bukan hanya sarana transmisi ilmu, melainkan juga wahana pembentukan akhlak dan pembiasaan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika pendidikan bersinergi dengan dakwah, maka terjadi penguatan baik dari sisi spiritual maupun sosial, menjadikan peserta didik sebagai agen perubahan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak dan bertanggung jawab secara sosial. Dalam konteks inilah, integrasi dakwah dengan pendidikan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan dalam rangka mencetak generasi Muslim yang unggul secara holistik.

Sejarah dan Konteks Integrasi Dakwah-Pendidikan

Dalam lintasan sejarah Islam, integrasi antara dakwah dan pendidikan telah berlangsung sejak masa kenabian. Rasulullah saw. tidak hanya menyampaikan wahyu di ruang publik tetapi juga membina para sahabat melalui halaqah-halaqah ilmu. Tradisi ini terus berkembang, seperti yang dapat ditemukan pada lembaga-lembaga pendidikan klasik Islam, seperti madrasah Nizamiyah di Baghdad atau Al-Azhar di Mesir, yang berperan ganda sebagai pusat ilmu dan dakwah. Di Indonesia, integrasi ini mendapat bentuk yang khas dalam gerakan pembaruan Islam seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan Persatuan Islam.

Khususnya, gerakan Muhammadiyah di Bandar Lampung pada rentang tahun 1983 hingga 1993 menunjukkan contoh nyata dari keberhasilan integrasi ini. Akbar et al. (2025) mencatat bahwa dalam kurun waktu tersebut, sekolah-sekolah Muhammadiyah di wilayah tersebut tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul secara akademik, tetapi juga memiliki ketangguhan spiritual dan kepedulian sosial yang tinggi. Hal ini tidak lepas dari model pendidikan yang menggabungkan kurikulum formal dengan aktivitas dakwah yang terstruktur dan konsisten.

Salah satu tokoh yang layak disebut dalam konteks integrasi dakwah dan pendidikan di Indonesia adalah K.H. Abdullah Syafi'ie. Menurut penelitian Choirin et al. (2024), Abdullah Syafi'ie berhasil menggabungkan pendekatan pendidikan modern dengan semangat dakwah Islam melalui pendirian lembaga pendidikan Islam yang responsif terhadap tantangan zaman. Praktik inovatifnya menjadi model bahwa institusi pendidikan Islam dapat sekaligus menjadi pusat dakwah yang aktif dan relevan.

Peran Dakwah dalam Pembentukan Karakter

Pendidikan Islam sejatinya adalah proses dakwah yang berlangsung terus-menerus. Melalui pendidikan, nilai-nilai Islam ditanamkan secara sistematis dan bertahap, tidak hanya kepada akal tetapi juga pada hati dan perilaku. Dalam konteks modern, pendidikan yang terintegrasi dengan dakwah memainkan peran penting dalam membentuk karakter sosial yang Islami, terutama di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang dapat memudarkan nilai-nilai keagamaan.

Hidayat et al. (2024) serta Sauti et al. (2024) menekankan bahwa dakwah dalam pendidikan harus diarahkan untuk menginternalisasi nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan kepedulian sosial. Nilai-nilai ini bukan hanya diajarkan dalam bentuk teori, tetapi juga diwujudkan dalam praktik keseharian peserta didik melalui kegiatan keagamaan, sosial, dan kebudayaan yang menjadi bagian dari sistem pendidikan Islam. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menghasilkan lulusan yang kompeten, tetapi juga memiliki kepedulian dan kontribusi nyata terhadap masyarakat.

Strategi Komunikasi Dakwah dalam Pendidikan

Efektivitas integrasi dakwah dan pendidikan sangat bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan. Pendidikan yang mengandung pesan dakwah harus dikemas dengan pendekatan komunikatif yang kontekstual dan menyentuh kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini, dakwah bukan disampaikan dalam bentuk ceramah yang bersifat monolog, tetapi melalui dialog, keteladanan, dan pendekatan yang partisipatif.

Hidayat et al. (2024) menyatakan bahwa komunikasi dakwah yang efektif mampu mengubah nilai-nilai pendidikan menjadi perilaku yang nyata dalam kehidupan peserta didik. Misalnya, guru sebagai da’i harus memiliki kemampuan komunikasi yang persuasif dan inspiratif, sehingga ajaran agama tidak hanya dipahami, tetapi juga dihidupi. Di era digital, strategi ini juga harus melibatkan pemanfaatan media sosial dan teknologi pembelajaran yang memungkinkan pesan dakwah tersampaikan secara lebih luas dan menarik.

Kittross dan Gordon (n.d.), meski berbicara dalam konteks media, menegaskan pentingnya kepekaan dalam menyampaikan pesan moral dalam konteks digital. Ini relevan dengan praktik pendidikan Islam yang semakin banyak memanfaatkan platform daring, sehingga pendekatan dakwah pun harus adaptif terhadap perubahan ini.

Peran Ganda Pendidik sebagai Guru dan Da’i

Pendidik dalam pendidikan Islam memiliki peran ganda: sebagai pengajar (mu’allim) dan sekaligus sebagai pendakwah (da’i). Posisi ini menuntut integritas pribadi, kompetensi profesional, dan kesalehan sosial. Seorang pendidik tidak cukup hanya menguasai materi ajar, tetapi juga harus mampu membimbing peserta didik dalam kehidupan spiritual dan moral.

Muslim (2022) menekankan bahwa integrasi metode dakwah dalam profesi pendidik akan mempromosikan profesionalisme guru-guru Islam yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif peserta didik, tetapi juga aspek afektif dan spiritual. Melalui pendekatan ini, guru tidak hanya menjadi sumber ilmu, tetapi juga menjadi teladan dalam akhlak dan kehidupan sosial. Pendidik Islam dituntut untuk memiliki wawasan dakwah yang luas, memahami kondisi sosial-budaya peserta didik, serta mampu menyampaikan ajaran Islam secara bijaksana dan penuh kasih sayang.

Tantangan dalam Implementasi Integrasi

Walaupun integrasi dakwah dengan pendidikan Islam membawa banyak manfaat, implementasinya tidak bebas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana membuat materi dakwah tetap relevan dan menarik bagi peserta didik di era yang serba cepat ini. Banyak pendidik mengalami kesulitan dalam mengemas pesan-pesan moral dalam bentuk yang kontekstual dan sesuai dengan bahasa generasi muda.

Selain itu, tantangan lainnya adalah menjaga keseimbangan antara pencapaian akademik dan pembinaan karakter. Dalam beberapa kasus, institusi pendidikan terlalu fokus pada pencapaian nilai dan prestasi, sehingga aspek dakwah dan pembinaan spiritual terabaikan. Di sinilah pentingnya peran kebijakan institusional yang mendukung program-program integratif antara pendidikan dan dakwah secara seimbang.

Tantangan juga muncul dalam bentuk resistensi terhadap pesan dakwah, terutama dari kalangan peserta didik yang sudah terpapar oleh pemikiran-pemikiran sekuler atau liberal. Dalam situasi ini, strategi dakwah harus dikembangkan dengan pendekatan yang lebih dialogis dan empatik, mengedepankan nalar dan hikmah daripada sekadar otoritas keagamaan.

Kesimpulan

Integrasi dakwah dengan pendidikan Islam adalah pendekatan strategis dan mendalam untuk mencetak generasi Muslim yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. Pengalaman historis seperti di Bandar Lampung maupun model pendidikan K.H. Abdullah Syafi’ie menunjukkan bahwa kolaborasi ini mampu membentuk peserta didik yang unggul dan berdaya guna bagi masyarakat. Melalui strategi komunikasi dakwah yang efektif, peran ganda pendidik, serta komitmen institusi pendidikan terhadap pembinaan karakter, integrasi ini dapat terus dikembangkan dan diperkuat.

Namun, untuk mencapai keberhasilan tersebut, diperlukan respons yang adaptif terhadap tantangan zaman, inovasi dalam metode pembelajaran, serta pemahaman mendalam terhadap kondisi sosial-budaya peserta didik. Dengan demikian, dakwah dalam pendidikan Islam akan tetap relevan, membumi, dan mampu menjadi pemandu moral di tengah dinamika kehidupan modern.

35 komentar:

  1. Alhamdulillah, terima kasih banyak Bu
    Jazaakillah ahsanal jazaa'

    BalasHapus
  2. Dalam berdakwah diperlukan rencana agar dakwah kita tidak salah, langkah awal memperkuat keilmuan yang tentu harus berdasar dari quran & hadist

    BalasHapus
  3. Dakwah berkemajuan adalah semangat dakwah di era digital dan teknologi

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, terimakasih bu...

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah, barakallahu fiikum . Menjadi guru sekaligus dai membutuhkan perjuangan yang panjang.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah... Terimakasih bu....

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah. Jazaakillahu khoiron, Ustadzah.

    BalasHapus
  8. Barakallahufik wa jazakillah khairan bu atas ilmu yang telah dituliskan dan dishare disini, sangat bermanfaat untuk kami semua, semoga kami bisa menjadi guru yang terbaik untuk anak2 didik kami dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk semuanya dengan dakwah melalui pendidikan

    BalasHapus
  9. Jazakillah khoiron bu ilmunya, semoga menjadi amal jariyah ibu

    BalasHapus
  10. Jazakumullah Khairan katsira ibu dosen 🙏🏻

    BalasHapus
  11. Jazakillah khoiron bu atas ilmu yang di berikan, semoga menjadi amal jariyah ibu dan semoga kami menjadi guru yang terbaik dan bisa menjadi contoh untuk anak didik kita Aamiin

    BalasHapus
  12. Integrasi Dakwah sangat penting kaitannya dengan Pendidikan Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dan saling melengkapi.
    Barokallohu fiik wa jazaakillah Khoir B Alfi atas ilmunya yang telah disampaikan.

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah Barakallah fiikum, jazakillah khairan Bu

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah ...ilmunya ibu..

    BalasHapus
  15. Semoga Bisa bermanfaat ilmunya ...

    BalasHapus

Hijrah Merdeka: Menjadi Mahasiswa Muslim yang Bebas dari Dosa, Malas, dan Overthinking

Pendahuluan Di tengah gegap gempita peringatan kemerdekaan bangsa, kita sering kali terjebak pada seremoni, tanpa melakukan kontemplasi....