Dakwah dalam konteks pendidikan merupakan strategi transformatif yang
menyatukan misi keagamaan dengan upaya pencerdasan bangsa. Lembaga pendidikan
seperti madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi bukan hanya berfungsi sebagai
tempat mentransfer ilmu, tetapi juga sebagai medium untuk menyemai nilai-nilai
keislaman yang luhur. Dengan posisi strategisnya, lembaga-lembaga ini memainkan
peran penting dalam membentuk kesalehan pribadi dan sosial generasi muda serta
mendorong perubahan sosial secara lebih luas. Dalam konteks masyarakat
Indonesia yang majemuk, dakwah yang dilakukan melalui institusi pendidikan
mencerminkan upaya moderasi, inklusivitas, dan keberlanjutan nilai-nilai Islam
di tengah tantangan zaman.
Peran Madrasah dalam Dakwah Islam
Madrasah merupakan lembaga pendidikan formal yang telah lama menjadi
tulang punggung penyebaran dan penguatan ajaran Islam di Indonesia. Dalam
praktiknya, madrasah menggabungkan kurikulum pendidikan agama dengan pendidikan
umum, memungkinkan siswa mendapatkan pemahaman keagamaan yang komprehensif dan
keterampilan hidup yang relevan (Maryati et al., 2023). Adaptasi ini menjadikan
madrasah sebagai ruang yang dinamis dalam menjawab kebutuhan zaman tanpa
kehilangan jati dirinya sebagai institusi dakwah.
Misalnya, banyak madrasah modern yang tidak hanya mengajarkan fikih,
akidah, dan akhlak, tetapi juga matematika, ilmu pengetahuan alam, teknologi
informasi, dan bahasa asing, termasuk bahasa Arab dan Inggris. Bahasa Arab,
sebagai bahasa Al-Qur’an, diajarkan untuk memperdalam pemahaman teks-teks
keagamaan dan mengembangkan kemampuan komunikasi global (Nisa, 2018). Dengan
begitu, lulusan madrasah tidak hanya memahami nilai-nilai Islam, tetapi juga
mampu berinteraksi di tingkat lokal dan global dengan bekal ilmu dan etika yang
seimbang.
Selain itu, madrasah berperan sebagai agen perubahan sosial. Di
lingkungan madrasah, nilai solidaritas, kejujuran, tanggung jawab, dan gotong
royong ditanamkan melalui kegiatan sehari-hari, seperti shalat berjamaah, kerja
bakti, dan kegiatan sosial. Mujahidin (2021) mencatat bahwa madrasah tidak
hanya mencetak individu saleh secara pribadi, tetapi juga menciptakan komunitas
yang peduli terhadap isu-isu sosial, seperti kemiskinan, lingkungan, dan
keadilan sosial.
Manajemen Dakwah dalam Konteks Pendidikan
Keberhasilan dakwah melalui institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh
manajemen lembaga dan strategi yang diterapkan oleh para pendidik. Dalam
konteks madrasah, guru dipandang sebagai figur sentral dalam membentuk karakter
dan keislaman siswa. Rohmad (2021) menekankan bahwa manajemen guru di madrasah
menekankan pentingnya keteladanan, kesabaran, dan tanggung jawab moral, berbeda
dari pendekatan di sekolah umum yang lebih berfokus pada disiplin
administratif.
Sebagai contoh, guru yang mendakwahkan nilai-nilai kejujuran akan
terlebih dahulu menunjukkan kejujuran dalam perilakunya. Dakwah yang bersifat
keteladanan ini terbukti lebih efektif dibandingkan dakwah verbal semata.
Selain itu, guru memanfaatkan berbagai media dakwah, seperti ceramah lisan
dalam pengajian, tulisan melalui buletin sekolah, dan media audiovisual seperti
video dakwah dan podcast edukatif. Strategi ini menjadikan proses dakwah lebih
kontekstual, menarik, dan mudah diterima oleh generasi digital.
Dalam banyak kasus, pesan-pesan keagamaan disampaikan dalam bentuk
tematik yang relevan dengan isu-isu kontemporer, seperti etika media sosial,
bahaya perundungan, toleransi antarumat beragama, dan tanggung jawab ekologis.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa dakwah melalui pendidikan tidak bersifat
stagnan, tetapi berkembang sesuai dengan tantangan zaman.
Peran Sekolah Umum dalam Dakwah dan Pendidikan Islam
Sekolah umum, meskipun tidak berlabelkan "madrasah", juga
memiliki potensi besar dalam menyampaikan nilai-nilai Islam, terutama melalui
pendidikan agama Islam (PAI) sebagai bagian dari kurikulum nasional. Di sekolah
umum, guru PAI berperan sebagai da'i yang menyampaikan ajaran Islam dalam
bentuk yang universal dan aplikatif, sehingga siswa dari berbagai latar
belakang dapat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.
Contohnya, pengajaran tentang akhlak mulia diintegrasikan ke dalam
proyek-proyek kelas, seperti kegiatan sosial, diskusi kelompok tentang isu
moral, dan refleksi pribadi. Beberapa sekolah juga mengadakan kegiatan
keagamaan seperti pesantren kilat, peringatan hari besar Islam, dan kegiatan
keagamaan lainnya yang menjadi wahana dakwah dan pembentukan karakter. Dalam
banyak kasus, siswa yang berasal dari keluarga yang kurang aktif dalam
kehidupan keagamaan mendapatkan pengalaman keislaman yang bermakna melalui
kegiatan-kegiatan tersebut.
Dakwah di Perguruan Tinggi: Intelektualisasi dan Aktivisme Sosial
Perguruan tinggi Islam maupun umum memainkan peran yang tidak kalah
penting dalam dakwah. Di perguruan tinggi, dakwah lebih bersifat akademik,
dialogis, dan berbasis riset. Lembaga-lembaga dakwah kampus seperti Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) berperan aktif dalam membina mahasiswa, menyelenggarakan
pengajian rutin, seminar, pelatihan kepemimpinan Islami, dan kegiatan sosial
kemasyarakatan.
Kampus juga menjadi tempat lahirnya pemikiran-pemikiran Islam progresif
dan moderat yang berkontribusi terhadap wacana keislaman nasional. Mahasiswa
didorong untuk tidak hanya memahami Islam sebagai ajaran ritual semata, tetapi
juga sebagai sistem nilai yang mengatur kehidupan pribadi, sosial, politik, dan
ekonomi. Dakwah kampus bersifat kritis dan reflektif, mendorong mahasiswa untuk
menjadi agen perubahan di masyarakat.
Misalnya, di beberapa perguruan tinggi Islam, pengajaran tafsir tematik
yang membahas isu-isu kontemporer seperti gender, HAM, dan pluralisme menjadi
bagian dari kurikulum dakwah yang progresif. Sementara itu, di perguruan tinggi
umum, kegiatan dakwah kerap disinergikan dengan pengabdian masyarakat, seperti
pengajaran agama di desa-desa binaan, program bantuan bencana, dan advokasi
sosial berbasis nilai-nilai Islam.
Dampak Sosial dari Dakwah Melalui Pendidikan
Salah satu kontribusi utama dakwah melalui pendidikan adalah
terbentuknya komunitas Muslim yang aktif dan peduli terhadap lingkungan
sosialnya. Lembaga pendidikan bukan hanya menanamkan pengetahuan keagamaan,
tetapi juga menginternalisasikan tanggung jawab sosial dan semangat
kebersamaan. Maryati et al. (2023) menekankan bahwa pendekatan ini mendorong
siswa untuk berpikir dan bertindak secara kolektif, menciptakan budaya
tolong-menolong, kepedulian terhadap yang lemah, dan tanggung jawab terhadap
kemaslahatan umum.
Contoh konkret dari dampak ini adalah gerakan komunitas alumni madrasah
atau kampus Islam yang mendirikan koperasi syariah, lembaga pendidikan
informal, dan layanan sosial berbasis masjid. Gerakan ini memperlihatkan
bagaimana dakwah tidak berhenti di ruang kelas, tetapi berlanjut ke masyarakat
dalam bentuk aksi nyata. Ini memperkuat posisi institusi pendidikan sebagai
katalisator perubahan sosial.
Tantangan dan Kritik terhadap Dakwah Pendidikan
Meskipun memiliki dampak positif yang besar, dakwah melalui pendidikan
juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kecenderungan
formalisasi dakwah dalam kerangka institusional yang terkadang membatasi wacana
kritis dan keberagaman pemikiran Islam. Millie et al. (2023) mengkritisi
bagaimana dakwah yang terlalu didominasi negara atau institusi formal dapat
meminggirkan tafsir-tafsir alternatif dan pendekatan yang lebih kontekstual
terhadap ajaran Islam.
Kritik ini terutama muncul dalam konteks pendidikan Islam formal yang
terlalu terpaku pada kurikulum standar, sehingga ruang untuk dialog,
kreativitas, dan ijtihad menjadi sempit. Di sisi lain, tantangan global seperti
sekularisme, hedonisme digital, dan polarisasi politik juga mempengaruhi
efektivitas dakwah di lingkungan pendidikan. Institusi pendidikan perlu
melakukan pembaruan kurikulum dan strategi dakwah yang adaptif agar tetap
relevan.
Penutup
Dakwah melalui institusi pendidikan merupakan strategi jangka panjang
yang membentuk generasi Muslim yang intelektual, berakhlak mulia, dan peduli
sosial. Peran madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi sangat strategis dalam
menyemai nilai-nilai Islam secara sistematis dan berkelanjutan. Keberhasilan
dakwah pendidikan tidak hanya ditentukan oleh isi pesan yang disampaikan,
tetapi juga oleh keteladanan pendidik, konteks sosial-budaya, dan metode yang
digunakan.
Dengan berbagai tantangan yang ada, dakwah pendidikan perlu senantiasa
dievaluasi dan dikembangkan agar tetap menjadi kekuatan transformasi sosial.
Keterbukaan terhadap pembaruan, dialog antarmazhab, dan pendekatan
multidisipliner akan memperkaya dakwah melalui pendidikan dan menjadikannya
lebih inklusif, transformatif, dan berkelanjutan. Dalam konteks inilah,
integrasi dakwah dan pendidikan dapat menjadi pilar penting dalam pembangunan
peradaban Islam di era modern.
Barakallahu fiik
BalasHapusAamiin yaa mujiibassailiin
HapusAlhamdulillah, terima kasih banyak Bu
BalasHapusJazaakillah ahsanal jazaa'
Inggih, sami2
HapusInstitusi-institusi ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk membangun pendidikan Islam yang komprehensif, tetapi juga menjadi agen penting dalam mendorong perubahan sosial yang positif.
BalasHapussiap
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusooo
HapusMenjadi pengajar bukan hanya sekedar mendakwahkan ilmu, akan tetapi lebih kepada contoh konkret dari ilmu yang didakwahkan. Ilmu tanpa amal akan sia2, sebaliknya amal tanpa ilmu akan tersesat.
BalasHapusIya, siap. Terima kasih
HapusGuru tidak hanya mengajarkan sebuah ilmu, namun pentingnya langsung memberikan contoh pengamalan.
BalasHapusBenar, harus terinternalisasi dulu pada diri sindiri
HapusTerimakasih banyak bu atas ilmu-ilmu yang disampaikan
BalasHapussami-sami
HapusAlamdulillah... Trimakasih banyak Ibu....
BalasHapusIya-sama-sma
HapusTerima kasih ustadzah
BalasHapusInggih, sami2
HapusAlhamdulillah. Jazaakillahu khoiron, Ustadzah.
BalasHapusAamiin yaa mujiibassailiin
HapusTerimakasih banyak bu atas ilmu-ilmu yang disampaikan. Baarakallahu fiik
BalasHapusIya, sama-sama... Aamiin Yaa Mujiibassailiin
HapusTerima kasih banyak bu atas ilmu yang disampaikan
BalasHapusInggih, sami-sami
Hapusjazaakumullahu khoir ibu
BalasHapusTerima kasih ibu dosen ilmunya 🙏🏻
BalasHapusHadir bu
BalasHapusTerimakasih banyak Bu
BalasHapusTerimakasih banyak ilmu nya bu 🙏🏻💕
BalasHapusTerima kasih Bu Alfi atas ilmu2 nya. Ternyata menjadi guru tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga memberi contoh kebaikan kepada anak didik kita.
BalasHapusSyukron bu ilmunya
BalasHapusDakwah melalui Institusi Pendidikan sangat penting dan diperlukan, karena untuk membentuk kepribadian yang baik (beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT) terhadap para pemuda/generasi sebagai calon pemimpin di masa depan.
BalasHapusBarokallohu fiik wa jazaakillah Khoiron Katsiir Bu..
Alhamdulillah terima kasih ilmunya bu
BalasHapusTerima kasih Bu
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih atas ilmu yang diberikan Bu
BalasHapusAlhamdulillah .semoga ibu selalu diberi kesehatan...
BalasHapusSemoga Bisa bermanfaat ilmunya ...
BalasHapusBarakallahu semoga ilmunya bermanfaat
BalasHapus🙏
BalasHapusTerima kasih ibu
BalasHapusJazakillah khoiron
BalasHapus