اُدْعُ إِلَىٰ
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
"Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An-Nahl: 125). Ayat ini menegaskan bahwa dakwah
harus dilakukan dengan kebijaksanaan, keteladanan, dan pendekatan yang santun.
Salah satu metode paling efektif dalam dakwah adalah keteladanan atau uswah
hasanah, yaitu memberikan contoh nyata melalui perilaku yang sesuai dengan
ajaran Islam.
Rasulullah saw
adalah teladan terbaik dalam menyampaikan ajaran Islam dengan akhlak mulia.
Allah SWT menyatakan:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
"Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..." (QS. Al-Ahzab: 21). Oleh karena itu,
dakwah dengan keteladanan bukan hanya strategi, tetapi warisan langsung dari
Nabi yang patut dihidupkan kembali, khususnya di era media sosial dan digital
saat ini.
Keteladanan Sebagai Fondasi Dakwah
Keteladanan atau uswah
merupakan fondasi utama dalam dakwah Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadis
Nabi Muhammad saw:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ
أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ
أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُبْدِعَ بِي
فَاحْمِلْنِي قَالَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكَ عَلَيْهِ وَلَكِنْ ائْتِ فُلَانًا
فَلَعَلَّهُ أَنْ يَحْمِلَكَ فَأَتَاهُ فَحَمَلَهُ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Katsir berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan
dari Al A'masy dari Abu Amru Asy Syaibani dari Abu Mas'ud Al Anshari ia
berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah ditelantarkan, maka
bawalah aku." Beliau menjawab: "Aku tidak mempunyai sesuatu untuk
membawamu, silahkah kamu temui si fulan, semoga ia bisa membawamu."
Laki-laki itu lalu mendatanginya dan ia pun dibawa. Laki-laki itu kemudian mendatangi
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkan hal itu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Barangsiapa menunjukkan kepada
kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya." (Kitab Abu Daud, no. 4464).
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ
بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو
الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَفَعَهُ وَقَالَ شَاذَانُ مَرَّةً عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْتَشَارُ مُؤْتَمَنٌ وَذَكَرَ
شَاذَانُ أَيْضًاحَدِيثَ الدَّالِّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ
Telah menceritakan
kepada kami Aswad bin 'Amir telah bercerita kepada kami Syarik dari Al A'masy
dari Abu 'Amr Asy Syaibani dari Abu Mas'ud ia memarfu'kannya -berkata Syadzan-
sesekali dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Penasehat itu
dipercaya." Syadzan juga menyebutkan hadits; Orang yang menunjukkan kepada
kebaikan sama seperti orang yang mengerjakannya. (Kitab Ahmad Hadits No – 21326) Hadis ini menunjukkan
pentingnya memberi contoh perbuatan baik, karena efeknya bisa menginspirasi
orang lain untuk ikut dalam kebaikan.
Contoh keteladanan telah ditunjukkan oleh para Nabi, khususnya Nabi
Muhammad saw, yang tidak hanya berdakwah dengan lisan, tetapi juga melalui perbuatan
yang memikat hati masyarakat Arab jahiliyah yang keras dan penuh konflik.
Kejujuran, amanah, kesabaran, dan kasih sayang Nabi menjadi kekuatan utama
dakwah Islam. Oleh sebab itu, setiap pendakwah di era kini pun dituntut untuk
mencerminkan nilai-nilai tersebut dalam keseharian mereka.
Keteladanan Da'i di Era Digital
Abdusshomad (2024) menunjukkan bahwa ustaz influencer seperti Hanan
Attaki dan Felix Siauw berhasil memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah
dengan mengedepankan keteladanan dalam sikap, gaya hidup, dan penyampaian
pesan. Mereka tidak hanya berbicara tentang Islam, tetapi juga menampilkan
praktik kehidupan Islami secara nyata di hadapan publik. Keteladanan ini
penting karena generasi digital tidak hanya membutuhkan narasi, tetapi juga
figur nyata yang bisa dijadikan panutan.
Dalam konteks ini,
media sosial menjadi panggung keteladanan baru. Alat seperti TikTok, Instagram,
dan YouTube memberikan kesempatan bagi da’i untuk menampilkan gaya hidup
Islami, mulai dari cara berpakaian, adab dalam berbicara, hingga kebiasaan
ibadah. Ketika seorang ustaz tampil konsisten antara pesan dan perilaku, maka
wibawa dan pengaruhnya semakin besar. Inilah yang ditekankan dalam sabda
Rasulullah saw:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ دَاوُدَ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ
الْخُشَنِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي
الْآخِرَةِ مَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ
مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَسَاوِيكُمْ أَخْلَاقًا الثَّرْثَارُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ
الْمُتَشَدِّقُونَ
“Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Abu Adi dari Dawud dari Makhul dari Abu Tsa'labah Al
Khasyani ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Pada hari kiamat orang paling saya cintai dan yang paling dekat denganku
dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian. Sedangkan
orang yang saya benci dan paling jauh denganku dari kalian kelak di akhirat
adalah orang yang paling buruk akhlaknya di antara kalian. Yaitu mereka yang
banyak berbicara dan suka mencemooh manusia dengan kata-katanya." (Kitab Ahmad, No. 17066).
Keteladanan dalam Dakwah Berbasis
Masjid
Selain keteladanan personal, dakwah juga memerlukan ekosistem keteladanan
yang terstruktur, seperti masjid. Zulaili et al. (2023) meneliti Masjid Namira
di Lamongan yang menjadi contoh sukses dalam menciptakan lingkungan dakwah yang
ramah, nyaman, dan inklusif. Masjid bukan hanya tempat ibadah ritual, tetapi
juga menjadi ruang interaksi sosial yang mendidik dan membina umat.
Dalam Islam, masjid memang memiliki peran strategis dalam membentuk
karakter umat. Rasulullah saw membangun Masjid Quba dan Masjid Nabawi sebagai
pusat peradaban, pendidikan, dan dakwah. Di dalamnya terjadi pembinaan
spiritual dan sosial. Ketika masjid mampu menghadirkan suasana yang kondusif
untuk belajar dan bersosialisasi, maka ia telah menunjukkan keteladanan
institusional yang berdampak luas.
Keteladanan Sosial: Dakwah Melalui
Tindakan Nyata
Dakwah tidak terbatas pada ceramah atau khutbah, tetapi juga melalui
tindakan sosial yang nyata. Hasmiati et al. (2021) menunjukkan bagaimana kader
TB Care dari 'Aisyiyah di Sinjai menjalankan dakwah dengan pelayanan kepada
pasien TBC, menunjukkan empati, peduli, dan akhlak Islami. Tindakan mereka
menjadi media dakwah yang kuat karena masyarakat melihat Islam bukan hanya
sebagai teori, tetapi sebagai solusi konkret.
Rasulullah saw sendiri memberi perhatian besar kepada kaum lemah, sakit,
dan miskin. Beliau bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lain." (HR. Ahmad, no. 23408). Dengan demikian, bentuk dakwah melalui aksi
sosial, seperti pengobatan, pendidikan, advokasi, atau pemberdayaan ekonomi,
merupakan wujud keteladanan yang sangat relevan di masa kini.
Keteladanan dalam Dakwah Digital
Maulana (2024) dan Kasir & Awali (2024) membahas pentingnya
keteladanan di ruang digital. Aplikasi seperti TikTok digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan Islam yang dikemas secara ringan namun tetap
substansial. Gaya komunikatif, konsistensi konten, dan integritas personal
menjadi kunci keberhasilan dakwah digital. Netizen akan mudah merespons dakwah
ketika mereka merasakan keaslian dan kesungguhan sang pendakwah.
Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan ciri orang beriman yang konsisten:
إِنَّ الَّذِينَ
قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fussilat: 30).
Konsistensi dan keaslian dalam menyampaikan ajaran Islam adalah cerminan
keteladanan yang berakar pada nilai keimanan.
Menjangkau Generasi Z dan Milenial
dengan Keteladanan Visual
Yuliasih (2022), Syifa et al. (2024), dan Umroh (2024) menyoroti
pentingnya dakwah yang mampu menjangkau generasi Z dan milenial yang sangat
visual dan digital-native. Konten dakwah di YouTube, Instagram, dan TikTok yang
menyajikan narasi inspiratif dan visual menarik lebih mudah diterima oleh
mereka. Keteladanan tidak hanya terlihat dalam perilaku nyata, tetapi juga
melalui gaya komunikasi yang kreatif, positif, dan inspiratif.
Generasi ini membutuhkan figur yang bisa menginspirasi mereka dengan cara
yang relevan. Pendakwah yang mengunggah kegiatan shalat, interaksi sosial yang
baik, kepedulian terhadap isu lingkungan, atau kampanye antiperundungan adalah
contoh konkret bagaimana nilai-nilai Islam bisa ditransformasikan ke dalam
konten yang relatable. Dalam hadis, Rasulullah saw bersabda:
"Permudahlah, jangan mempersulit. Berilah kabar gembira, jangan
membuat orang lari." (HR. Bukhari, no. 69).
Keteladanan yang Inklusif dan Berbasis
Nilai Sosial
Nurmahyati (2017) menekankan bahwa dakwah juga harus mengedepankan
pemberdayaan perempuan dan inklusivitas sosial. Keteladanan bukan hanya urusan
personal, tetapi juga kolektif. Sebuah masyarakat Muslim yang egaliter, peduli,
dan saling menghormati akan lebih mudah menjadi teladan. Dakwah dalam bentuk
pelatihan ekonomi, penguatan pendidikan perempuan, dan pendampingan keluarga
adalah contoh dari keteladanan sosial yang luas cakupannya.
Islam memuliakan
perempuan dan menempatkannya sebagai mitra sejajar dalam membangun peradaban.
Dalam QS. At-Taubah: 71 disebutkan:
وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang
yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi sebahagian yang lain…” Oleh karena itu, keteladanan dalam dakwah harus
mendorong partisipasi aktif semua pihak dalam menyebarkan nilai-nilai Islam
secara adil dan proporsional.
Kesimpulan
Dakwah dengan keteladanan merupakan pendekatan yang menyentuh hati,
menginspirasi, dan berkelanjutan. Keteladanan bisa muncul dari perilaku
personal, institusi seperti masjid, tindakan sosial, hingga ke ruang digital.
Dengan adanya media sosial, keteladanan menjadi semakin penting karena audiens
kini lebih kritis terhadap kesesuaian antara ucapan dan tindakan.
Keteladanan adalah cermin dari keimanan dan akhlak seorang Muslim. Dalam
setiap aspek kehidupan, da’i harus mampu menjadi contoh dalam ibadah, interaksi
sosial, profesionalisme, hingga komunikasi. Dalam dunia yang sarat informasi
dan disinformasi, kehadiran da’i yang autentik, santun, dan menginspirasi
sangat dibutuhkan sebagai penyejuk dan pembimbing umat.
Dengan menghidupkan kembali keteladanan dalam dakwah, kita bukan hanya
menyampaikan Islam, tetapi juga menghadirkan Islam secara nyata, indah, dan
membumi.
Hadir buu 🙌🏻
BalasHapusTerima kasih ibu ilmunya..
BalasHapus