Rabu, 07 Mei 2025

Dakwah Bil Hal


Dakwah merupakan kewajiban setiap Muslim untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

اُدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ 

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An-Nahl: 125). Ayat ini menegaskan bahwa dakwah harus dilakukan dengan kebijaksanaan, keteladanan, dan pendekatan yang santun. Salah satu metode paling efektif dalam dakwah adalah keteladanan atau uswah hasanah, yaitu memberikan contoh nyata melalui perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.

Rasulullah saw adalah teladan terbaik dalam menyampaikan ajaran Islam dengan akhlak mulia. Allah SWT menyatakan:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ 

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..." (QS. Al-Ahzab: 21). Oleh karena itu, dakwah dengan keteladanan bukan hanya strategi, tetapi warisan langsung dari Nabi yang patut dihidupkan kembali, khususnya di era media sosial dan digital saat ini.

Keteladanan Sebagai Fondasi Dakwah

Keteladanan atau uswah merupakan fondasi utama dalam dakwah Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad saw:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُبْدِعَ بِي فَاحْمِلْنِي قَالَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكَ عَلَيْهِ وَلَكِنْ ائْتِ فُلَانًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَحْمِلَكَ فَأَتَاهُ فَحَمَلَهُ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Abu Amru Asy Syaibani dari Abu Mas'ud Al Anshari ia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah ditelantarkan, maka bawalah aku." Beliau menjawab: "Aku tidak mempunyai sesuatu untuk membawamu, silahkah kamu temui si fulan, semoga ia bisa membawamu." Laki-laki itu lalu mendatanginya dan ia pun dibawa. Laki-laki itu kemudian mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkan hal itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya." (Kitab Abu Daud, no. 4464).

حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَفَعَهُ وَقَالَ شَاذَانُ مَرَّةً عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْتَشَارُ مُؤْتَمَنٌ وَذَكَرَ شَاذَانُ أَيْضًاحَدِيثَ الدَّالِّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ

 

Telah menceritakan kepada kami Aswad bin 'Amir telah bercerita kepada kami Syarik dari Al A'masy dari Abu 'Amr Asy Syaibani dari Abu Mas'ud ia memarfu'kannya -berkata Syadzan- sesekali dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Penasehat itu dipercaya." Syadzan juga menyebutkan hadits; Orang yang menunjukkan kepada kebaikan sama seperti orang yang mengerjakannya. (Kitab Ahmad Hadits No – 21326)  Hadis ini menunjukkan pentingnya memberi contoh perbuatan baik, karena efeknya bisa menginspirasi orang lain untuk ikut dalam kebaikan.

Contoh keteladanan telah ditunjukkan oleh para Nabi, khususnya Nabi Muhammad saw, yang tidak hanya berdakwah dengan lisan, tetapi juga melalui perbuatan yang memikat hati masyarakat Arab jahiliyah yang keras dan penuh konflik. Kejujuran, amanah, kesabaran, dan kasih sayang Nabi menjadi kekuatan utama dakwah Islam. Oleh sebab itu, setiap pendakwah di era kini pun dituntut untuk mencerminkan nilai-nilai tersebut dalam keseharian mereka.

Keteladanan Da'i di Era Digital

Abdusshomad (2024) menunjukkan bahwa ustaz influencer seperti Hanan Attaki dan Felix Siauw berhasil memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah dengan mengedepankan keteladanan dalam sikap, gaya hidup, dan penyampaian pesan. Mereka tidak hanya berbicara tentang Islam, tetapi juga menampilkan praktik kehidupan Islami secara nyata di hadapan publik. Keteladanan ini penting karena generasi digital tidak hanya membutuhkan narasi, tetapi juga figur nyata yang bisa dijadikan panutan.

Dalam konteks ini, media sosial menjadi panggung keteladanan baru. Alat seperti TikTok, Instagram, dan YouTube memberikan kesempatan bagi da’i untuk menampilkan gaya hidup Islami, mulai dari cara berpakaian, adab dalam berbicara, hingga kebiasaan ibadah. Ketika seorang ustaz tampil konsisten antara pesan dan perilaku, maka wibawa dan pengaruhnya semakin besar. Inilah yang ditekankan dalam sabda Rasulullah saw:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ عَنْ دَاوُدَ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ قَالَ  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الْآخِرَةِ مَسَاوِيكُمْ أَخْلَاقًا الثَّرْثَارُونَ الْمُتَفَيْهِقُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Adi dari Dawud dari Makhul dari Abu Tsa'labah Al Khasyani ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat orang paling saya cintai dan yang paling dekat denganku dari kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian. Sedangkan orang yang saya benci dan paling jauh denganku dari kalian kelak di akhirat adalah orang yang paling buruk akhlaknya di antara kalian. Yaitu mereka yang banyak berbicara dan suka mencemooh manusia dengan kata-katanya."  (Kitab Ahmad, No. 17066).

Keteladanan dalam Dakwah Berbasis Masjid

Selain keteladanan personal, dakwah juga memerlukan ekosistem keteladanan yang terstruktur, seperti masjid. Zulaili et al. (2023) meneliti Masjid Namira di Lamongan yang menjadi contoh sukses dalam menciptakan lingkungan dakwah yang ramah, nyaman, dan inklusif. Masjid bukan hanya tempat ibadah ritual, tetapi juga menjadi ruang interaksi sosial yang mendidik dan membina umat.

Dalam Islam, masjid memang memiliki peran strategis dalam membentuk karakter umat. Rasulullah saw membangun Masjid Quba dan Masjid Nabawi sebagai pusat peradaban, pendidikan, dan dakwah. Di dalamnya terjadi pembinaan spiritual dan sosial. Ketika masjid mampu menghadirkan suasana yang kondusif untuk belajar dan bersosialisasi, maka ia telah menunjukkan keteladanan institusional yang berdampak luas.

Keteladanan Sosial: Dakwah Melalui Tindakan Nyata

Dakwah tidak terbatas pada ceramah atau khutbah, tetapi juga melalui tindakan sosial yang nyata. Hasmiati et al. (2021) menunjukkan bagaimana kader TB Care dari 'Aisyiyah di Sinjai menjalankan dakwah dengan pelayanan kepada pasien TBC, menunjukkan empati, peduli, dan akhlak Islami. Tindakan mereka menjadi media dakwah yang kuat karena masyarakat melihat Islam bukan hanya sebagai teori, tetapi sebagai solusi konkret.

Rasulullah saw sendiri memberi perhatian besar kepada kaum lemah, sakit, dan miskin. Beliau bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." (HR. Ahmad, no. 23408). Dengan demikian, bentuk dakwah melalui aksi sosial, seperti pengobatan, pendidikan, advokasi, atau pemberdayaan ekonomi, merupakan wujud keteladanan yang sangat relevan di masa kini.

Keteladanan dalam Dakwah Digital

Maulana (2024) dan Kasir & Awali (2024) membahas pentingnya keteladanan di ruang digital. Aplikasi seperti TikTok digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan Islam yang dikemas secara ringan namun tetap substansial. Gaya komunikatif, konsistensi konten, dan integritas personal menjadi kunci keberhasilan dakwah digital. Netizen akan mudah merespons dakwah ketika mereka merasakan keaslian dan kesungguhan sang pendakwah.

Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan ciri orang beriman yang konsisten:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fussilat: 30). Konsistensi dan keaslian dalam menyampaikan ajaran Islam adalah cerminan keteladanan yang berakar pada nilai keimanan.

Menjangkau Generasi Z dan Milenial dengan Keteladanan Visual

Yuliasih (2022), Syifa et al. (2024), dan Umroh (2024) menyoroti pentingnya dakwah yang mampu menjangkau generasi Z dan milenial yang sangat visual dan digital-native. Konten dakwah di YouTube, Instagram, dan TikTok yang menyajikan narasi inspiratif dan visual menarik lebih mudah diterima oleh mereka. Keteladanan tidak hanya terlihat dalam perilaku nyata, tetapi juga melalui gaya komunikasi yang kreatif, positif, dan inspiratif.

Generasi ini membutuhkan figur yang bisa menginspirasi mereka dengan cara yang relevan. Pendakwah yang mengunggah kegiatan shalat, interaksi sosial yang baik, kepedulian terhadap isu lingkungan, atau kampanye antiperundungan adalah contoh konkret bagaimana nilai-nilai Islam bisa ditransformasikan ke dalam konten yang relatable. Dalam hadis, Rasulullah saw bersabda:

"Permudahlah, jangan mempersulit. Berilah kabar gembira, jangan membuat orang lari." (HR. Bukhari, no. 69).

Keteladanan yang Inklusif dan Berbasis Nilai Sosial

Nurmahyati (2017) menekankan bahwa dakwah juga harus mengedepankan pemberdayaan perempuan dan inklusivitas sosial. Keteladanan bukan hanya urusan personal, tetapi juga kolektif. Sebuah masyarakat Muslim yang egaliter, peduli, dan saling menghormati akan lebih mudah menjadi teladan. Dakwah dalam bentuk pelatihan ekonomi, penguatan pendidikan perempuan, dan pendampingan keluarga adalah contoh dari keteladanan sosial yang luas cakupannya.

Islam memuliakan perempuan dan menempatkannya sebagai mitra sejajar dalam membangun peradaban. Dalam QS. At-Taubah: 71 disebutkan:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain…” Oleh karena itu, keteladanan dalam dakwah harus mendorong partisipasi aktif semua pihak dalam menyebarkan nilai-nilai Islam secara adil dan proporsional.

Kesimpulan

Dakwah dengan keteladanan merupakan pendekatan yang menyentuh hati, menginspirasi, dan berkelanjutan. Keteladanan bisa muncul dari perilaku personal, institusi seperti masjid, tindakan sosial, hingga ke ruang digital. Dengan adanya media sosial, keteladanan menjadi semakin penting karena audiens kini lebih kritis terhadap kesesuaian antara ucapan dan tindakan.

Keteladanan adalah cermin dari keimanan dan akhlak seorang Muslim. Dalam setiap aspek kehidupan, da’i harus mampu menjadi contoh dalam ibadah, interaksi sosial, profesionalisme, hingga komunikasi. Dalam dunia yang sarat informasi dan disinformasi, kehadiran da’i yang autentik, santun, dan menginspirasi sangat dibutuhkan sebagai penyejuk dan pembimbing umat.

Dengan menghidupkan kembali keteladanan dalam dakwah, kita bukan hanya menyampaikan Islam, tetapi juga menghadirkan Islam secara nyata, indah, dan membumi.

2 komentar:

Hijrah Merdeka: Menjadi Mahasiswa Muslim yang Bebas dari Dosa, Malas, dan Overthinking

Pendahuluan Di tengah gegap gempita peringatan kemerdekaan bangsa, kita sering kali terjebak pada seremoni, tanpa melakukan kontemplasi....