Kamis, 07 Oktober 2021

Prinsip Dasar & Mekanisme MPI

 


Prinsip-prinsip Dasar MPI

Sumber beberapa prinsip dasar MPI di sini bersifat normatif-inspiratif yakni berupa ayat al Qur’an, Hadits dan perkataan sahabat, yang membutuhkan tindak lanjut berupa pemahaman, penafsiran serta pemahaman kontekstual. Beberapa sumber yang dapat dijadikan prinsip MPI ini, antara lain sebagai berikut:

Ayat tentang Perencanaan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (al Hasyr: 18).

Ayat tersebut memberikan pesan kepada orang yang beriman untuk memikirkan masa depan. Dalam bahasa manajemen, pemikiran masa depan yang dituangkan dengan konsep yang jelas dan sistematis merupakan perencanaan (planning).

Perencanaan ini menjadi sangat penting karena berfungsi sebagai pengarah bagi kegiatan, target dan hasil yang hendak dicapai di masa depan sehingga apapun kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib.

Perkataan Sahabat tentang Pentingnya Organisasi

اَلْحَقُّ بِلَا نِظَامٍ يَغْلِبُهُ الْبَاطِلُ بِالنِّظَامٍ

Kebenaran yang tidak terorganisasi, dapat dikalahkan oleh ketidak benaran yang terorganisasi” (qawl Ali bin Abi Thalib)

Qawl di atas mengingatkan kita terhadap pentingnya berorganisasi dan ancaman terhadap kebenaran yang tidak diorganisasi melalui langkah-langkah yang nyata dan strategi-strategi yang mantap. Dengan demikian, perkumpulan apapun yang menggunakan identitas Islam walaupun memenangkan pertandingan, persaingan maupun perlawanan tidak memiliki garansi apabila tanpa diorganisasi dengan baik.

Dengan demikian qawl Ali bin Abi Thalib memberikan inspirasi kepada pentingnya pendidikan beroganisasi. Dari sisi wadah, organisasi memayungi manajemen, yang berarti organisasi lebih luas daripada manajemen. Akan tetapi dari sisi fungsi, organisasi (organizing) merupakan bagian dari fungsi manajemen, yang berarti organisasi lebih sempit daripada manajemen.

Hadits Rosulullah saw tentang penyerahan amanah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِالسَّاعَةَ. قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Dari Abu Hurairah ra mengatakan; Rasulullah saw bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya: bagaimana meletakkan amanah itu ya Rosulallah? Nabi menjawab; "Jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran itu." (HR. Bukhari No. 6015)

Hadits tersebut mengkaitkan amanah dengan keahlian. Memberikan perspektif manajerial sebab amanah berarti menyerahkan suatu perkara kepada orang yang profesional. Pada hadits di atas, kalimat فَانْتَظِرِالسَّاعَةَ diucapkan dua kali, sehingga dapat diterjemahkan bahwa profesionalitas sangat penting.

Implikasi dari hadits tersebut memberikan pendidikan kepada kita untuk mengedepankan pertimbangan profesional dalam menentukan pegawai yang diamanati suatu pekerjaan atau tanggungjawab. Apalagi dalam perkara yang menyangkut persoalan banyak orang.

Hadits Rosulullah saw tentang pemberian gaji

قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ: أَعْطُوْا الأَجِيْرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ

Rosulullah saw bersabda: “Berikanlah gaji/upah pegawai sebelum kering keringatnya!” (H.R. Ibnu Majah)

Hadits ini memerintahkan kita untuk memberikan gaji/upah/insentif/honor kepada pegawai/pekerja/buruh secepatnya (secara langsung). Hadits secara tidak langsung memberikan pendidikan penghargaan, dan dalam mengelola suatu lembaga termasuk lembaga pendidikan Islam. Dengan memberikan gaji secepatnya merupakan ikhtiar untuk mewujudkan iklim kerja yang kondusif sekaligus menciptakan kepuasan pegawai yang selanjutknya mampu membangkitkan tanggungjawab dan kedisiplinan.

Ayat al Qur’an tentang Manajemen Konflik

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (an-Nisa’: 35).

Pengelolaan konflik menurut ayat ini ditempuh dengan cara melibatkan orang ketiga sebagai mediator.

Ayat al Qur’an tentang Konsistensi bagi Manajer  dan Pemimpin

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (ash Shaff 2-3)

Mekanisme membangun Konsep MPI

Kelemahan umat Islam, antara lain sudah merasa puas hanya dengan hafal dalil al Qur’an dan hadits, sehingga langka karya kreatif yang membangkitkan peradaban Islam. Dalam merespon hal ini ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Pertama, merubah tradisi berpikir normatif kearah berpikir teoritis (tradisi berpikir dakwah menuju tradisi berpikir ilmiah.
  • Kedua, meramu materi dalam berbagai bidang keilmuan, seperti MPI. Dari ilmu manajemen pendidikan dan lembaga pendidikan Islam di berbagai tempat.
  • Ketiga, mensosialisasikan dan mempublikasikan hasil ramuan ilmu kepada masyarakat luas.
  • Keempat, mempertegas sikap bahwa Islam melalui wahyu hadir untuk memberikan inspirasi-kreatif dalam membangun konsep ilmiah.
  • Kelima, rincian detail diserahkan kepada ahli pendidikan Islam berdasarkan inspirasi- kreatif dari wahyu.
  • Keenam, adaptif-selektif terhadap kaidah manajemen pendidikan yang terdapat dalam berbagai literatur dan dipengaruhi oleh pemikiran dan pengalaman para ahli Barat. Dalam hal ini jika pada literatur Barat ada yang tidak sesuai dengan syari’at Islam.
  • Ketujuh, mengkritisi kaidah manajemen pendidikan secara umum, untuk diganti dan disempurnakan (Mujamil Qomar, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...