Prinsip-prinsip
Dasar MPI
Sumber
beberapa prinsip dasar MPI di sini bersifat normatif-inspiratif yakni berupa
ayat al Qur’an, Hadits dan perkataan sahabat, yang membutuhkan tindak lanjut
berupa pemahaman, penafsiran serta pemahaman kontekstual. Beberapa sumber yang
dapat dijadikan prinsip MPI ini, antara lain sebagai berikut:
Ayat
tentang Perencanaan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (al Hasyr: 18).
Ayat tersebut memberikan pesan kepada orang yang beriman untuk memikirkan masa depan. Dalam bahasa manajemen, pemikiran masa depan yang dituangkan dengan konsep yang jelas dan sistematis merupakan perencanaan (planning).
Perencanaan
ini menjadi sangat penting karena berfungsi sebagai pengarah bagi kegiatan,
target dan hasil yang hendak dicapai di masa depan sehingga apapun kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan dengan tertib.
Perkataan
Sahabat tentang Pentingnya Organisasi
اَلْحَقُّ بِلَا نِظَامٍ يَغْلِبُهُ الْبَاطِلُ بِالنِّظَامٍ
“Kebenaran yang tidak terorganisasi,
dapat dikalahkan oleh ketidak benaran yang terorganisasi” (qawl Ali bin Abi
Thalib)
Qawl
di atas mengingatkan kita terhadap pentingnya berorganisasi dan ancaman
terhadap kebenaran yang tidak diorganisasi melalui langkah-langkah yang nyata
dan strategi-strategi yang mantap. Dengan demikian, perkumpulan apapun yang
menggunakan identitas Islam walaupun memenangkan pertandingan, persaingan
maupun perlawanan tidak memiliki garansi apabila tanpa diorganisasi dengan
baik.
Dengan
demikian qawl Ali bin Abi Thalib memberikan inspirasi kepada pentingnya
pendidikan beroganisasi. Dari sisi wadah, organisasi memayungi manajemen, yang
berarti organisasi lebih luas daripada manajemen. Akan tetapi dari sisi fungsi,
organisasi (organizing) merupakan bagian dari fungsi manajemen, yang berarti
organisasi lebih sempit daripada manajemen.
Hadits
Rosulullah saw tentang penyerahan amanah
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِالسَّاعَةَ. قَالَ
كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى
غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
Dari Abu Hurairah ra mengatakan; Rasulullah saw bersabda:
"Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada
seorang sahabat bertanya: bagaimana meletakkan amanah itu ya Rosulallah? Nabi
menjawab; "Jika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,
maka tunggulah saat kehancuran itu." (HR. Bukhari
No. 6015)
Hadits tersebut mengkaitkan amanah dengan keahlian. Memberikan perspektif manajerial sebab amanah berarti menyerahkan suatu perkara kepada orang yang profesional. Pada hadits di atas, kalimat فَانْتَظِرِالسَّاعَةَ diucapkan dua kali, sehingga dapat diterjemahkan bahwa profesionalitas sangat penting.
Implikasi dari hadits tersebut memberikan pendidikan kepada kita
untuk mengedepankan pertimbangan profesional dalam menentukan pegawai yang
diamanati suatu pekerjaan atau tanggungjawab. Apalagi dalam perkara yang
menyangkut persoalan banyak orang.
Hadits Rosulullah saw tentang pemberian gaji
قَالَ
رَسُوْلُ اللَّهِ: أَعْطُوْا الأَجِيْرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
Rosulullah saw bersabda:
“Berikanlah gaji/upah pegawai sebelum kering keringatnya!” (H.R. Ibnu
Majah)
Hadits ini memerintahkan kita untuk
memberikan gaji/upah/insentif/honor kepada pegawai/pekerja/buruh secepatnya
(secara langsung). Hadits secara tidak langsung memberikan pendidikan
penghargaan, dan dalam mengelola suatu lembaga termasuk lembaga pendidikan
Islam. Dengan memberikan gaji secepatnya merupakan ikhtiar untuk mewujudkan
iklim kerja yang kondusif sekaligus menciptakan kepuasan pegawai yang
selanjutknya mampu membangkitkan tanggungjawab dan kedisiplinan.
Ayat al Qur’an tentang Manajemen
Konflik
وَإِنْ خِفْتُمْ
شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ
يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا
خَبِيرًا
Dan
jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang
hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika
kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (an-Nisa’: 35).
Pengelolaan
konflik menurut ayat ini ditempuh dengan cara melibatkan orang ketiga sebagai
mediator.
Ayat al Qur’an tentang Konsistensi bagi Manajer dan Pemimpin
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتًا
عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (ash Shaff
2-3)
Mekanisme membangun Konsep MPI
Kelemahan umat Islam, antara lain sudah merasa puas hanya dengan
hafal dalil al Qur’an dan hadits, sehingga langka karya kreatif yang membangkitkan
peradaban Islam. Dalam merespon hal ini ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan:
- Pertama, merubah tradisi berpikir normatif kearah berpikir teoritis (tradisi berpikir dakwah menuju tradisi berpikir ilmiah.
- Kedua, meramu materi dalam berbagai bidang keilmuan, seperti MPI. Dari ilmu manajemen pendidikan dan lembaga pendidikan Islam di berbagai tempat.
- Ketiga, mensosialisasikan dan mempublikasikan hasil ramuan ilmu kepada masyarakat luas.
- Keempat, mempertegas sikap bahwa Islam melalui wahyu hadir untuk memberikan inspirasi-kreatif dalam membangun konsep ilmiah.
- Kelima, rincian detail diserahkan kepada ahli pendidikan Islam berdasarkan inspirasi- kreatif dari wahyu.
- Keenam, adaptif-selektif terhadap kaidah manajemen pendidikan yang terdapat dalam berbagai literatur dan dipengaruhi oleh pemikiran dan pengalaman para ahli Barat. Dalam hal ini jika pada literatur Barat ada yang tidak sesuai dengan syari’at Islam.
- Ketujuh, mengkritisi kaidah manajemen pendidikan secara umum, untuk diganti dan disempurnakan (Mujamil Qomar, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar