Selasa, 24 Agustus 2021

Penyebab Bencana Alam

 


Persoalan alam kian hari kian bertambah. Seperti tertuang dalam data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) per 5 Agustus 2021 tercatat sejumlah 1.677 bencana telah terjadi di Indonesia. Yakni bencana banjir, putting beliung, tanah longsor, karhutla, gempa bumi, abrasi, dan kekeringan.

Bencana banjir disebabkan oleh kebiasaan membuang sampah sembarangan. Banyaknya bangunan penduduk di wilayah resapan air. Banyaknya bendungan yang rusak tidak segera diperbaiki. Penebangan hutan, serta efek rumah kaca, kebiasaan membakar sampah, polusi kendaraan, dan asap industri. Asap industri juga dapat membuat pemanasan global, yang akhirnya bisa menjadi penyebab terjadinya banjir.

Bencana puting beliung disebabkan oleh kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas. Lapisan atmosfer merupakan gas dengan ketebalan 1000 km yang menyelubungi planet termasuk bumi, dengan kandungan berupa beberapa macam gas, diantaranya : gas nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (0,9%),   karbondioksida (0,03) dan uap air, krypton, neon, kalium, hidrogen, xinon, serta ozon (0,7%) (sumber: Liputan6).

Bencana tanah longsor seiring meningkatnya intensitas hujan, hingga muncul pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah. Tanah longsor diakibatkan pula oleh getaran mesin, beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, adanya material timbunan pada tebing, penggundulan hutan dimana pengikatan air tanah sangat kurang serta diakibatkan oleh pembuangan sampah dalam jumlah banyak, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

Bencana karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) disebabkan oleh perambahan liar, api unggun, illegal logging, penebangan, pembukaan lahan, rokok, pakan ternak, konflik sosial serta membuang sampah sembarangan.

Bencana gempa bumi diakibatkan oleh bergesernya lempeng bumi, akibat deformasi bebatuan, adanya letusan gunung berapi, goa yang runtuh, serta yang disebabkan oleh manusia biasanya dinamakan seismisitas terinduksi. Misalnya saja dengan menguji coba peledak berkekuatan tinggi seperti bom atom atau hulu ledak hidrogen.

Bencana abrasi, merupakan pengikisan wilayah pantai atau daratan yang diakibatkan oleh aktivitas gelombang, arus laut, serta pasang surut air laut. Abrasi dapat terjadi karena faktor alam dan faktor ulah manusia. Fenomena alam yang mengakibatkan terjadinya abrasi adalah pasang surut air laut dan gelombang serta arus laut yang berpotensi menimbulkan kerusakan sebagai akibat dari angin yang kencang di atas lautan. Faktor ulah manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya abrasi antara lain eksploitasi yang berlebihan terhadap kekayaan laut seperti ikan dan terumbu karang, penambangan pasir yang dilakukan secara berlebihan dapat mengakibatkan terkurasnya pasir di laut, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem laut. Hal tersebut memberikan pengaruh secara langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang secara otomatis akan langsung menghantam bibir pantai. Air laut akan lebih ringan jika tidak membawa pasir sehingga air tersebut dapat lebih cepat dan lebih keras menghantam bibir pantai sehingga kemungkinan terjadinya abrasi akan meningkat.

Bencana kekeringan merupakan kondisi di mana ketersediaan air berada jauh di bawah kebutuhan untuk mencukupi keperluan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh rendahnya curah hujan, letak geografis Indonesia yang berada tepat di garis khatulistiwa, global warming karena polusi kendaraan dan pabrik, hingga penggunaan berbagai zat kimia berbahaya, alih fungsi lahan terbuka hijau yang digunakan sebagai bangunan, kerusakan hidrologis dari wilayah hulu sungai karena waduk dan pada bagian saluran irigasinya terisi sedimen dalam jumlah yang sangat besar. Akibatnya, kapasitas dan daya tampung air akan berkurang sangat drastis, serta boros dalam penggunaan air tanah dalam jumlah besar oleh para petani untuk mengairi sawah. Jika dilakukan terus menerus akan berdampak pada habisnya cadangan air.

Beberapa bencana diatas, sebagian besar adalah akibat ulah manusia. Al Qur’an juga menegaskan

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S. Ar Rum: 41).

Ayat di atas menunjukkan bahwa segala aktivitas dan perilaku manusia yang bertentangan dengan sunatullah menjadi faktor dominan kerusakan lingkungan. Sehingga perlu adanya upaya untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan. Memotivasi manusia untuk memperhatikan kelestarian lingkungan.


Literatur:

  • Ramli (2005), Membangun Lingkungan Harmoni dan Berperadaban.
  • Setiawan (2008), Manusia dan Lingkungan
  • Tohari (2013), Epistemologi Fiqh Lingkungan





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...