Rabu, 28 Juli 2021

Cegah Stunting (dalam bahasa agama)

 Menyiapkan Generasi Berkualitas: Cegah Stunting



Anak merupakan sebuah amanat yang diberikan oleh Allah swt kepada orangtua (ibu dan bapak). Kelak amanat itu akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah dihari kiamat. Setiap diri kita akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang kita terima.  Rasulullah saw bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin terhadap harta tuannya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta yang diurusnya. Ingatlah, masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar)

Anak adalah amanah dari Allah swt yang mesti kita jaga dan rawat, agar tumbuh menjadi anak-anak yang berkualitas.  Anak yang berkualitas baik jasmani maupun rohaninya. Berkualitas jasmani antara lain memiliki pertumbuhan yang optomal bukan stunting (al-taqazzum). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Stunting dapat menghambat pertumbuhan anak baik motorik (gerakan) maupun kognitif (pengetahuan). Akibat dari stunting membuat generasi kita ke depan tidak kuat, tidak sehat baik fisik maupun rohaninya. Maka upaya pencegahan stunting adalah wajib dilakukan. Allah berfirman:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. An Nisa’: 9)

Untuk menindaklanjuti upaya, agar jangan sampai lahir anak yang memiliki pertumbuhan yang tidak optimal (stunting) maka sebagai orang tua hendaklah melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang tertuang dalam firmanNya:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(Q.S. al Baqarah: 233)

Banyak sekali hal-hal yang mendukung terjadinya stunting, seperti pola gizi yang tidak tepat dari awal masa kehamilan, kemudian pemberian ASI eksklusif yang tidak dilakukan, pola makanan yang tidak baik, dan rumah tangga yang tidak nyaman. Ini hal-hal yang mempengaruhi daripada munculnya stunting pada anak-anak. Penyebab stunting yang lain adalah adanya perkawinan yang hubungannya terlalu dekat persaudaraan, seperti yang terjadi di Kampung Ediot di Jatim.

Pada tulisan ini, saya mengambil contoh yang dilakukan  MUI Aceh yang telah memberikan rekomendasi beberapa upaya yang maksimal dalam pencegahan stunting, sebagai berikut:

  • Upaya masif dari pemerintah untuk pencegahan stunting
  • Pemerintah menjaga dan memelihara distribusi makanan, obat-obatan, dan kosmetik yang halal serta lingkungan yang sehat.
  • Pemerintah dapat meluncurkan Kampong (desa) zero stunting sebagai percontohan.
  • Orang tua mengoptimalkan penyusuan ASI kepada bayi selama dua tahun.
  • Semua pihak menghindari perbuatan yang berpotensi menimbulkan stunting pada balita.
  • Semua pihak untuk melestarikan kearifan lokal dalam rangka pencegahan stunting.
  • Masyarakat untuk menggalakkan warung hidup di pekarangan rumah masing-masing (Sumber: Rekomendasi MUI Aceh).

Dalam Al-Qur’an telah banyak disebutkan aturan makan, yang tentunya ini adalah sebagai upaya menuju sehat. Ketika kita makan sebagaimana yang digariskan al Qur’an, maka insallah stunting tidak akan terjadi. Ayat-ayat tersebut antara lain :

Manusia dianjurkan untuk mengkonsumsi  makanan yang halal dan thayyib:

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah (QS An-Nahl:114).

Melarang makanan tertentu yang dianggap haram

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. Al Maidah:3)

Tidak boleh makan berlebihan

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan  (QS Al-A'raf:31).

Memperhatikan makanannya

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya (QS 'Abasa:24).

Ketika kita makan diharuskan melihat apa yang akan kita makan apakah bermanfaat atau tidak tubuh (halal dan toyyib).

1000 hari pertama kehidupan sangat penting untuk mengatasi stunting. Sejak program hamil harus dipersiapkan kecukupan gizi, karena sangat mempengaruhi anak yang dilahirkan mengalami stunting atau tidak. 1000 HPK adalah masa awal kehidupan yang dimulai sejak anak berada di dalam kandungan. Pengaruh dari beberapa faktor menjadi penyebab langsung stunting mempengaruhi status gizi anak. Kenapa 1000 hari sangat penting karena merupakan masa pertumbuhan yang paling optimal sebagi anak. Kalau ibu-ibu mengalami kekurangan gizi dan kekurangan energi saat kehamilan atau KEK (Kekurangan Energi Kronis), dikhawatirkan akan menimbulkan stunting pada anak yang dilahirkan. Berat badan bayi lahir tidak kurang dari 2,5 kg. Jika anak lahir dengan berat kurang maka bisa dikatakan terkena stunting .

Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang sangat banyak karena ada target kenaikan berat badan. Ada patokan berat badan yang direkomendasikan bagi ibu hamil yaitu 11 – 16 Kg. kalau kenaikan berat badan kurang maka harus dikejar agar kenaikannya tercukupi.  Kebutuhan gizi dengan patokan Angka Kecukupan Gizi (AKG) terutama harus ada kenaikan dan ada tambahan tergantung usia kehamilannya karena akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan janinnya. Protein juga harus tinggi untuk pembentukan organ janin. (sumber: Agil Dhiemitra Aulia Dewi, Pemenuhan Kebutuhan Gizi dan Sanitasi, 2019).

 

 

 

5 komentar:

  1. Redaksi hadist AbduAbdu bin Umar geh bu menawi kirang pas mohon koreksinya, ngapunten kepo banget... 😊🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ustadz... dengan senang hati. Insaallah sudah saya benahi. Terima kasih ya....

      Hapus
  2. Siap Ustadz... kirim linknya ya?!

    BalasHapus

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...