Penyakit hasad ini adalah cabang dari penyakit hati berupa sifat bakhil karena orang yang bakhil ialah orang yang tidak mau memberikan sesuatu yang ada di tangannya kepada orang lain. Orang bakhil tidak mau melihat karunia Allah tercurah kepada orang lain. Orang yang hasud ialah orang yang merasa keberatan jika Allah mencurahkan nikmat dan kurnia kepada salah seorang di antara hamba-hamba Allah, baik nikmat itu berupa ilmu, harta, kecintaan manusia atau apa saja yang diberikan Allah sampai-sampai orang yang hasad ini berharap lenyaplah nikmat Allah itu hilang dari orang lain. Meskipun ia tidak mendapat apa-apa keuntungan dari hilangnya nikmat tersebut. Maka sifat hasad ini adalah kejahatan yang luar biasa karena itu Rasulullah S.A. W. pernah bersabda :"Sifat hasad itu memakan pahala kebaikan seperti api memakan kayu bakar."
Dan orang yang hasad ini sebenarnya senantiasa jauh dari kasih sayang dan senantiasa berada di dalam siksaan di dunia dan di akhirat nanti. Berikut bahayanya hasad bila menghinggapi hati seseorang, sebagai berikut:
- Selalu keberatan dan tidak ridha dengan ketetapan dan takdir Allah. Orang yang hasad membenci nikmat yang Allah berikan kepada orang yang dihasadinya.
- Selalu
merasa gelisah, terbakar dan jengkel, setiap kali melihat nikmat orang lain
timbullah hasad pada dirinya dan membenci nikmat tersebut. Sehingga ia
senantiasa berada dalam kegalauan.
- Orang
yang hasad membenci orang yang di-hasad-i. Terkadang berusaha menghilangkan
nikmat tersebut. Maka terkumpullah rasa hasad dan permusuhan.
- Orang
hasad menyerupai kebiasaan yahudi yang merasa hasad dengan pemberian kutamaan
Allah kepada orang lain.
- Orang
hasad termasuk orang yang kufur nikmat, karena telah menyepelekan nikmat Allah
kepada dirinya sendiri. Ia merasa nikmat Allah kepada orang lain lebih sempurna
dan lebih utama sehingga ia menganggap kecil nikmat Allah pada dirinya lalu
iapun tidak bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat tersebut.
- Orang
hasad tergolong orang yang rendahan karena tidak memandang sesuatu kecuali
kepada dunia.
- Berpaling dari perkara yang memicu hasad secara total, melupakannya serta menyibukkan diri dengan urusan yang penting bagi dirinya.
- Memperhatikan
dan mengingat-ingat bahaya hasad. Karena dengan berfikir merenung bahaya suatu
perbuatan maka iapun bersegera untuk berlari dan menjauhinya. Hendaknya ia
mempraktekkannya.
Hasad yang
Dibolehkan dalam ajaran Islam, hasad hanya dibolehkan dalam dua hal: terhadap
yang orang dianugerahi harta oleh Allah kemudian ia menafkahkannya dengan
benar, dan terhadap orang yang dianugerahi ilmu kemudian ia mengamalkan dan
mengajarkannya kepada orang lain. Rasulullah saw bersabda:
Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah saw bersabda: Tidak dibenarkan hasad kecuali dalam dua hal; terhadap seseorang yang diberi anugerah oleh Allah berupa harta lalu dia menafkahkannya di jalan yang benar, dan terhadap seseorang yang diberi anugerah ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi memberi arah kepada kita bahwa yang boleh diirikan oleh kita dari orang lain adalah amal salehnya, bukan kebendaannya. Kita boleh iri kepada orang kaya, tetapi bukan kekayaannya melainkan perbuatannya menafkahkan kekayaannya itu di jalan yang benar. Demikian pula dengan ilmu, kita diperbolehkan iri kepada orang yang berilmu, bukan karena ilmunya, melainkan karena perbuatannya dalam mengamalkan dan mengajarkan ilmunya itu.