Jumat, 02 Mei 2025

Dakwah Bil Qalam dalam Era Digital: Strategi, Keunggulan, dan Relevansinya dalam Penguatan Literasi Keislaman


Dakwah bil qalam, atau dakwah melalui tulisan, merupakan salah satu metode penyampaian ajaran Islam yang memiliki sejarah panjang dan kontribusi besar dalam pengembangan peradaban Islam. Metode ini melibatkan penggunaan tulisan sebagai media utama dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Bentuk dakwah bil qalam bisa berupa buku, artikel, esai, opini, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar, risalah, buletin, brosur, dan berbagai media cetak atau digital lainnya. Dalam konteks kontemporer, dakwah bil qalam juga meluas ke platform digital seperti blog, website, media sosial, dan forum diskusi daring. Perkembangan teknologi informasi membuat metode ini semakin relevan dan strategis untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Secara etimologis, "qalam" dalam bahasa Arab berarti pena atau alat tulis, yang menunjukkan pentingnya tulisan dalam menyampaikan ilmu dan pesan-pesan ketuhanan. Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat yang sangat menekankan peran tulisan, yakni QS. Al-Qalam ayat 1:

نٓ وَالۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُوۡنَۙ‏

"Nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan" (QS. Al-Qalam:1).

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah bersumpah atas nama pena, menandakan betapa mulianya alat tulis dan tulisan itu sendiri dalam menyebarkan ilmu dan kebenaran. Selain itu, hadis Nabi Muhammad saw. Menyatakan:

أَخْبَرَنَا أَبُو عَاصِمٍ أَخْبَرَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عَمِّهْ عَمْرِو بْنِ أَبِي سُفْيَانَ أَنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

Telah mengabarkan kepada kami Abu 'Ashim ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dari Abdul Malik bin Abdullah bin Abu Sufyan dari pamannya - 'Amr bin Abu Sufyan -, ia pernah mendengar Umar bin Al Khatthab berkata: "Ikatlah ilmu dengan tulisan". (Kitab Darimi, Hadits No 497), yang semakin menegaskan bahwa dakwah melalui tulisan adalah metode yang sangat dianjurkan.

Dakwah bil qalam memiliki berbagai keunggulan dibandingkan metode lainnya:

Pertama, dari sisi daya tahan (durabilitas), tulisan memiliki sifat yang lebih tahan lama dibandingkan ucapan. Tulisan yang terdokumentasi dalam bentuk buku, artikel, atau konten digital dapat diakses ulang kapan saja, bahkan bertahun-tahun setelah dibuat. Sementara dakwah lisan bersifat sementara dan mudah dilupakan jika tidak direkam.

Kedua, dari aspek kemudahan produksi dan distribusi, tulisan kini dapat dibuat dan disebarluaskan dengan sangat cepat, khususnya dengan bantuan teknologi digital. Tulisan yang dahulu hanya dapat diakses lewat media cetak, kini dapat diunggah ke internet dan dibaca oleh jutaan orang secara instan.

Ketiga, dari segi jangkauan, dakwah bil qalam mampu menjangkau audiens yang luas dan beragam secara geografis, sosial, dan usia.

Media yang digunakan dalam dakwah bil qalam sangat variatif. Buku-buku dakwah merupakan bentuk klasik yang hingga kini masih sangat berpengaruh, baik buku populer yang mudah dipahami masyarakat umum, maupun buku akademik yang ditujukan untuk kalangan ilmiah. Artikel dan opini di media massa atau platform online juga menjadi sarana penting untuk menyampaikan pandangan dan pengetahuan Islam secara kontekstual. Media sosial, seperti Facebook, Twitter (X), Instagram, dan bahkan WhatsApp, saat ini menjadi media tulisan yang efektif untuk menyampaikan pesan dakwah yang singkat, jelas, dan mudah diakses. Platform seperti blog pribadi atau kanal dakwah berbasis tulisan juga menjadi media yang diminati untuk menyampaikan konten keislaman secara mendalam.

Contoh-contoh dakwah bil qalam bisa ditemukan dalam berbagai bentuk. Di antaranya adalah karya-karya ulama klasik seperti Imam al-Ghazali yang menulis Ihya' Ulumuddin, atau Syekh Nawawi al-Bantani dengan kitab-kitabnya yang tersebar luas di dunia pesantren. Dalam konteks Indonesia modern, tulisan-tulisan Buya Hamka melalui majalah Panji Masyarakat dan buku-bukunya seperti Tafsir Al-Azhar merupakan bentuk dakwah bil qalam yang berpengaruh luas. Saat ini, banyak dai dan cendekiawan Muslim menulis di media massa nasional seperti Republika, Kompas, atau melalui jurnal akademik dan website lembaga Islam. Penulisan caption Instagram dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan penjelasan singkatnya, atau artikel panjang di blog tentang etika Islam dan sosial kemasyarakatan, juga termasuk bentuk dakwah bil qalam masa kini.

Dakwah bil qalam memiliki peran penting dalam melengkapi dakwah bil lisan. Dakwah lisan seperti ceramah, khutbah, dan diskusi langsung memang efektif untuk membangun interaksi emosional dan membina kedekatan personal. Namun, dakwah bil qalam menyediakan ruang yang lebih sistematis, terstruktur, dan mendalam. Pesan dakwah dapat dikaji ulang, dianalisis, dan bahkan dijadikan bahan rujukan akademik. Dalam dunia pendidikan Islam, buku teks dan modul pembelajaran merupakan hasil dakwah bil qalam yang berkontribusi besar dalam pembinaan generasi Muslim. Kombinasi antara dakwah bil lisan dan qalam akan melahirkan pendekatan dakwah yang lebih komprehensif dan berkesinambungan.

Selain itu, dakwah bil qalam menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk mereka yang tidak dapat hadir dalam forum ceramah atau pengajian. Melalui tulisan, dakwah dapat menyentuh pembaca di tempat-tempat yang jauh, di luar jangkauan fisik mubaligh. Tulisan juga memungkinkan pembaca untuk memahami isi dakwah dengan kecepatan dan waktu yang sesuai dengan kondisi mereka. Hal ini sangat penting bagi masyarakat urban dan kaum profesional yang memiliki keterbatasan waktu mengikuti dakwah langsung.

Dakwah bil qalam juga mengatasi kelemahan dakwah lisan yang bersifat sementara dan terbatas. Dalam dakwah lisan, pendengar seringkali mengalami keterbatasan daya tangkap, terutama jika pesan disampaikan terlalu cepat atau tanpa media bantu. Sementara dalam tulisan, pesan dapat dibaca berulang kali, diberi penekanan melalui tipografi, ilustrasi, dan catatan kaki yang memperkuat pemahaman. Hal ini membuat dakwah bil qalam menjadi metode yang sangat cocok untuk pembelajaran jangka panjang dan penguatan literasi keislaman.

Lebih jauh lagi, dakwah bil qalam berperan penting dalam meningkatkan literasi dakwah. Literasi di sini tidak hanya dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga pemahaman terhadap pesan-pesan agama secara kritis dan kontekstual. Melalui tulisan, ajaran Islam dapat disampaikan dengan pendekatan ilmiah, naratif, atau argumentatif, yang membantu pembaca dalam memahami kompleksitas ajaran Islam, baik dalam bidang akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah. Dakwah bil qalam mendorong umat Islam untuk menjadi pembaca aktif, penulis produktif, dan pemikir kritis.

Dalam menghadapi tantangan zaman, dakwah bil qalam harus terus berinovasi. Penggunaan bahasa yang komunikatif, narasi yang menarik, serta penyesuaian gaya penulisan dengan karakter pembaca menjadi kunci keberhasilan. Tulisan-tulisan yang bersifat terlalu formal atau kaku sering kali sulit menjangkau generasi muda. Oleh karena itu, penting bagi para dai dan penulis Muslim untuk memahami psikologi pembaca dan konteks sosial-budaya saat ini. Misalnya, menyampaikan pesan dakwah dalam bentuk cerpen, puisi, atau refleksi kehidupan sehari-hari bisa menjadi cara efektif untuk menarik minat pembaca.

Dalam dunia digital, penting pula untuk menjaga etika dakwah bil qalam. Islam menekankan kejujuran, kehati-hatian, dan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi. Dalam QS. Al-Hujurat ayat 6 disebutkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Ayat ini mengajarkan agar umat Islam tidak sembarangan menyebarkan informasi tanpa verifikasi, termasuk dalam dakwah tulisan. Para penulis dakwah hendaknya menulis dengan rujukan yang jelas, tidak menyebarkan hoaks atau kebencian, serta menghindari provokasi yang dapat merusak ukhuwah Islamiyah dan persatuan bangsa.

Untuk memaksimalkan dampak dakwah bil qalam, perlu adanya penguatan ekosistem literasi Islam, termasuk pelatihan penulisan dakwah, dukungan penerbitan, dan akses distribusi yang luas. Lembaga dakwah dan pendidikan Islam bisa mendorong santri, mahasiswa, dan da'i untuk aktif menulis melalui kompetisi, pelatihan jurnalistik, atau program mentoring penulisan. Dukungan terhadap media dakwah berbasis tulisan, baik dalam bentuk majalah, buletin masjid, atau situs dakwah, juga sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan zaman.

Akhirnya, dakwah bil qalam merupakan instrumen strategis dalam membangun peradaban Islam yang cerdas dan literatif. Dalam era informasi saat ini, siapa yang menguasai narasi dan wacana melalui tulisan akan memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik dan arah keislaman masyarakat. Oleh karena itu, penguatan dakwah bil qalam tidak hanya menjadi tugas para ulama dan cendekiawan, tetapi juga seluruh umat Islam yang peduli terhadap kelestarian ajaran Islam dan kemajuan umat.

Sebagai penutup, dakwah bil qalam bukan hanya sarana menyampaikan ilmu, melainkan juga medium membentuk karakter, membangun kesadaran kolektif, dan menjembatani generasi dalam meraih keberkahan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Dengan terus mengasah kemampuan menulis dan memperkuat komitmen dakwah melalui tulisan, umat Islam dapat menghadirkan Islam yang rahmatan lil 'alamin melalui pena-pena yang tajam namun penuh hikmah.

2 komentar:

Zakat dan Ashnaf: Strategi Islam dalam Redistribusi Kekayaan dan Keadilan Sosial

  Hubungan antara uraian tersebut dengan daftar delapan golongan penerima zakat (ashnaf zakat) sangat erat dan saling memperkuat. Berikut ad...