Dakwah bil lisan atau penyampaian ajaran Islam secara lisan
merupakan metode klasik yang tetap relevan dalam menyampaikan pesan-pesan
agama. Dalam sejarah Islam, dakwah lisan menjadi sarana utama yang digunakan
oleh Rasulullah saw. untuk menyebarkan risalah Islam. Metode ini menekankan
pentingnya komunikasi verbal yang efektif, penguasaan materi keislaman, serta
kemampuan adaptasi terhadap konteks sosial yang terus berkembang. Dalam konteks
modern, dakwah bil lisan tidak hanya dilakukan di mimbar masjid atau majelis
pengajian, tetapi juga telah berkembang melalui platform digital seperti
podcast, YouTube, dan siaran langsung media sosial.
Dalil Al-Qur'an dan Hadis tentang Dakwah Lisan
Al-Qur’an secara eksplisit mendorong umat Islam untuk menyampaikan
kebenaran dengan cara yang bijaksana dan penuh hikmah. Firman Allah SWT:
اُدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS.
An-Nahl: 125)
Ayat ini menunjukkan bahwa dakwah lisan memerlukan pendekatan yang
lembut, penuh hikmah, dan disampaikan dengan adab yang sesuai. Rasulullah saw.
juga bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ
أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي كَبْشَةَ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍوأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي
إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Telah bercerita kepada kami Abu 'Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad
telah mengabarkan kepada kami Al Awza'iy telah bercerita kepada kami Hassan bin
'Athiyyah dari Abi Kabsyah dari 'Abdullah bin 'Amru bahwa Nabi saw bersabda:
"Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian
dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta
atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di
neraka". (Kitab Bukhari Hadist No – 3202)
Hadis ini menjadi dasar bagi umat Islam untuk aktif dalam
menyampaikan ilmu, tidak harus menunggu menjadi ulama besar, asalkan apa yang
disampaikan adalah kebenaran yang sahih. Dalam konteks dakwah lisan, hadis ini
menjadi pendorong bagi para dai untuk terus berdakwah dengan bahasa yang mudah
dipahami, relevan, dan menyentuh hati audiens.
Keterampilan Komunikasi dan Pemahaman Konten Keislaman
Keberhasilan dakwah lisan sangat bergantung pada kemampuan
komunikasi dai serta kedalaman pemahaman terhadap isi dakwah. Seorang dai
dituntut untuk mampu menyusun narasi yang logis, menyentuh, dan menggugah
kesadaran audiens. Selain itu, penguasaan terhadap ilmu agama menjadi syarat
mutlak agar pesan dakwah tidak menyimpang dari ajaran Islam yang otentik. Dalam
pendidikan agama Islam, metode dakwah lisan menjadi strategi utama dalam
membentuk karakter religius siswa, terutama melalui ceramah, diskusi, tanya
jawab, dan dialog terbuka di kelas maupun forum keagamaan.
Integrasi Dakwah Lisan dengan Media Digital
Perkembangan teknologi digital telah membuka peluang baru dalam
penyampaian dakwah lisan. Para dai masa kini tidak hanya berbicara di mimbar,
tetapi juga menjadi konten kreator dakwah di berbagai platform media sosial
seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan podcast. Media ini memungkinkan dai
untuk menyampaikan ajaran Islam secara lisan dalam bentuk yang lebih menarik
dan mudah diakses oleh generasi muda. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa
dakwah lisan dapat terus eksis dan berkembang seiring zaman, asalkan dai mampu
memanfaatkan teknologi dengan bijak.
Ulama perempuan misalnya, mulai aktif berdakwah melalui kanal
YouTube atau Instagram Live, membahas isu-isu keislaman dari perspektif
perempuan, keluarga, dan masyarakat. Ini merupakan bentuk perluasan fungsi
dakwah lisan yang tidak lagi terbatas pada ruang fisik, tetapi merambah ruang
virtual yang lebih luas dan terbuka. Dengan demikian, dakwah lisan menjadi
inklusif dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Pentingnya Diversifikasi Strategi Dakwah
Konteks dakwah saat ini menuntut diversifikasi metode untuk
menjangkau audiens yang beragam. Para dai perlu mengadaptasi gaya penyampaian
mereka sesuai dengan karakteristik audiens, misalnya dengan menggunakan bahasa
yang santai dan naratif ketika berbicara kepada remaja, serta menggunakan
pendekatan akademik saat berbicara di kalangan intelektual. Dalam konteks
pendidikan, penggunaan metode dakwah seperti bercerita (qashash),
perumpamaan (tamsil), atau humor edukatif dapat meningkatkan efektivitas
penyampaian pesan keagamaan. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan oleh
Rasulullah saw., yang seringkali menggunakan kisah-kisah untuk menjelaskan
ajaran Islam dengan cara yang menyentuh hati dan mudah dipahami.
Contoh-Contoh Implementasi Dakwah Lisan
- Ceramah Jumat dan Kajian Rutin di Masjid
- Merupakan bentuk paling tradisional dari
dakwah lisan. Dai menyampaikan materi keislaman secara sistematis kepada
jamaah.
- Pengajian Remaja dan Majelis Taklim
- Penggunaan pendekatan komunikasi yang
sesuai usia dan psikologi audiens sangat penting dalam forum ini.
Pendekatan dialogis dan interaktif menjadi nilai tambah.
- Podcast dan YouTube Dakwah
- Ustaz Adi Hidayat & Ustaz Hanan
Attaki adalah contoh dai yang sukses menggunakan platform digital untuk
menyampaikan dakwah bil lisan kepada generasi muda.
- Live Instagram dan TikTok
- Banyak dai muda dan santri kreatif
memanfaatkan live media sosial untuk menjawab pertanyaan umat secara
langsung, sambil menyisipkan nilai-nilai keislaman.
- Diskusi dan Debat Publik
- Forum diskusi ilmiah antar tokoh agama
juga merupakan bentuk dakwah lisan yang efektif dalam menyampaikan
perspektif Islam terhadap isu-isu aktual.
- Bimbingan Konseling Keagamaan
- Konselor Islam dalam lembaga pendidikan
atau rumah sakit menggunakan pendekatan dakwah lisan untuk memberikan
nasihat rohani yang membangun.
Dakwah Lisan dan Pembentukan Identitas Keislaman
Dakwah lisan juga berfungsi sebagai sarana pembentukan identitas
keislaman dalam diri individu. Ketika seseorang mendengar ceramah atau diskusi
keagamaan yang menyentuh hati dan sesuai dengan konteks hidupnya, maka akan
tumbuh motivasi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan. Di era media
sosial, identitas ini juga dapat terbentuk melalui konten-konten dakwah yang
viral dan menggugah, seperti kutipan ceramah singkat, tausiyah harian, atau
motivasi Islami yang dikemas dalam bentuk video singkat.
Kesimpulan
Dakwah bil lisan tetap memiliki posisi sentral dalam proses
penyebaran ajaran Islam. Meskipun metode penyampaiannya berkembang mengikuti
zaman, substansi dari dakwah lisan tetap bertumpu pada penyampaian yang penuh
hikmah, menyentuh hati, dan sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi ini, para dai dituntut untuk
terus mengasah keterampilan komunikasinya, memperluas wawasan, dan memanfaatkan
teknologi secara bijak agar pesan dakwah dapat menjangkau berbagai kalangan
masyarakat secara efektif dan berkelanjutan.
Istima Nazula Azmi Hadir buu 🙌🏻
BalasHapusSalsabila hadir
BalasHapusTerima kasih ibu ilmunya.jazakillah Khoiron...
BalasHapus