Kamis, 01 Mei 2025

1. Dakwah Bil Lisan dalam Konteks Kontemporer


Dakwah bil lisan atau penyampaian ajaran Islam secara lisan merupakan metode klasik yang tetap relevan dalam menyampaikan pesan-pesan agama. Dalam sejarah Islam, dakwah lisan menjadi sarana utama yang digunakan oleh Rasulullah saw. untuk menyebarkan risalah Islam. Metode ini menekankan pentingnya komunikasi verbal yang efektif, penguasaan materi keislaman, serta kemampuan adaptasi terhadap konteks sosial yang terus berkembang. Dalam konteks modern, dakwah bil lisan tidak hanya dilakukan di mimbar masjid atau majelis pengajian, tetapi juga telah berkembang melalui platform digital seperti podcast, YouTube, dan siaran langsung media sosial.

Dalil Al-Qur'an dan Hadis tentang Dakwah Lisan

Al-Qur’an secara eksplisit mendorong umat Islam untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang bijaksana dan penuh hikmah. Firman Allah SWT:

اُدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An-Nahl: 125)

Ayat ini menunjukkan bahwa dakwah lisan memerlukan pendekatan yang lembut, penuh hikmah, dan disampaikan dengan adab yang sesuai. Rasulullah saw. juga bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي كَبْشَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍوأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Telah bercerita kepada kami Abu 'Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami Al Awza'iy telah bercerita kepada kami Hassan bin 'Athiyyah dari Abi Kabsyah dari 'Abdullah bin 'Amru bahwa Nabi saw bersabda: "Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka". (Kitab Bukhari Hadist No – 3202)

Hadis ini menjadi dasar bagi umat Islam untuk aktif dalam menyampaikan ilmu, tidak harus menunggu menjadi ulama besar, asalkan apa yang disampaikan adalah kebenaran yang sahih. Dalam konteks dakwah lisan, hadis ini menjadi pendorong bagi para dai untuk terus berdakwah dengan bahasa yang mudah dipahami, relevan, dan menyentuh hati audiens.

Keterampilan Komunikasi dan Pemahaman Konten Keislaman

Keberhasilan dakwah lisan sangat bergantung pada kemampuan komunikasi dai serta kedalaman pemahaman terhadap isi dakwah. Seorang dai dituntut untuk mampu menyusun narasi yang logis, menyentuh, dan menggugah kesadaran audiens. Selain itu, penguasaan terhadap ilmu agama menjadi syarat mutlak agar pesan dakwah tidak menyimpang dari ajaran Islam yang otentik. Dalam pendidikan agama Islam, metode dakwah lisan menjadi strategi utama dalam membentuk karakter religius siswa, terutama melalui ceramah, diskusi, tanya jawab, dan dialog terbuka di kelas maupun forum keagamaan.

Integrasi Dakwah Lisan dengan Media Digital

Perkembangan teknologi digital telah membuka peluang baru dalam penyampaian dakwah lisan. Para dai masa kini tidak hanya berbicara di mimbar, tetapi juga menjadi konten kreator dakwah di berbagai platform media sosial seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan podcast. Media ini memungkinkan dai untuk menyampaikan ajaran Islam secara lisan dalam bentuk yang lebih menarik dan mudah diakses oleh generasi muda. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa dakwah lisan dapat terus eksis dan berkembang seiring zaman, asalkan dai mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak.

Ulama perempuan misalnya, mulai aktif berdakwah melalui kanal YouTube atau Instagram Live, membahas isu-isu keislaman dari perspektif perempuan, keluarga, dan masyarakat. Ini merupakan bentuk perluasan fungsi dakwah lisan yang tidak lagi terbatas pada ruang fisik, tetapi merambah ruang virtual yang lebih luas dan terbuka. Dengan demikian, dakwah lisan menjadi inklusif dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Pentingnya Diversifikasi Strategi Dakwah

Konteks dakwah saat ini menuntut diversifikasi metode untuk menjangkau audiens yang beragam. Para dai perlu mengadaptasi gaya penyampaian mereka sesuai dengan karakteristik audiens, misalnya dengan menggunakan bahasa yang santai dan naratif ketika berbicara kepada remaja, serta menggunakan pendekatan akademik saat berbicara di kalangan intelektual. Dalam konteks pendidikan, penggunaan metode dakwah seperti bercerita (qashash), perumpamaan (tamsil), atau humor edukatif dapat meningkatkan efektivitas penyampaian pesan keagamaan. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan oleh Rasulullah saw., yang seringkali menggunakan kisah-kisah untuk menjelaskan ajaran Islam dengan cara yang menyentuh hati dan mudah dipahami.

Contoh-Contoh Implementasi Dakwah Lisan

  1. Ceramah Jumat dan Kajian Rutin di Masjid
    • Merupakan bentuk paling tradisional dari dakwah lisan. Dai menyampaikan materi keislaman secara sistematis kepada jamaah.
  2. Pengajian Remaja dan Majelis Taklim
    • Penggunaan pendekatan komunikasi yang sesuai usia dan psikologi audiens sangat penting dalam forum ini. Pendekatan dialogis dan interaktif menjadi nilai tambah.
  3. Podcast dan YouTube Dakwah
    • Ustaz Adi Hidayat & Ustaz Hanan Attaki adalah contoh dai yang sukses menggunakan platform digital untuk menyampaikan dakwah bil lisan kepada generasi muda.
  4. Live Instagram dan TikTok
    • Banyak dai muda dan santri kreatif memanfaatkan live media sosial untuk menjawab pertanyaan umat secara langsung, sambil menyisipkan nilai-nilai keislaman.
  5. Diskusi dan Debat Publik
    • Forum diskusi ilmiah antar tokoh agama juga merupakan bentuk dakwah lisan yang efektif dalam menyampaikan perspektif Islam terhadap isu-isu aktual.
  6. Bimbingan Konseling Keagamaan
    • Konselor Islam dalam lembaga pendidikan atau rumah sakit menggunakan pendekatan dakwah lisan untuk memberikan nasihat rohani yang membangun.

Dakwah Lisan dan Pembentukan Identitas Keislaman

Dakwah lisan juga berfungsi sebagai sarana pembentukan identitas keislaman dalam diri individu. Ketika seseorang mendengar ceramah atau diskusi keagamaan yang menyentuh hati dan sesuai dengan konteks hidupnya, maka akan tumbuh motivasi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan. Di era media sosial, identitas ini juga dapat terbentuk melalui konten-konten dakwah yang viral dan menggugah, seperti kutipan ceramah singkat, tausiyah harian, atau motivasi Islami yang dikemas dalam bentuk video singkat.

Kesimpulan

Dakwah bil lisan tetap memiliki posisi sentral dalam proses penyebaran ajaran Islam. Meskipun metode penyampaiannya berkembang mengikuti zaman, substansi dari dakwah lisan tetap bertumpu pada penyampaian yang penuh hikmah, menyentuh hati, dan sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi ini, para dai dituntut untuk terus mengasah keterampilan komunikasinya, memperluas wawasan, dan memanfaatkan teknologi secara bijak agar pesan dakwah dapat menjangkau berbagai kalangan masyarakat secara efektif dan berkelanjutan.

 

3 komentar:

Zakat dan Ashnaf: Strategi Islam dalam Redistribusi Kekayaan dan Keadilan Sosial

  Hubungan antara uraian tersebut dengan daftar delapan golongan penerima zakat (ashnaf zakat) sangat erat dan saling memperkuat. Berikut ad...