Definisi dan Pentingnya Etika Dakwah
Etika dakwah merupakan sistem nilai dan perilaku terpuji yang harus
dimiliki oleh seorang dai. Etika ini tidak hanya sebatas ajaran moral, tetapi
menjadi pedoman interaksi dan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan ajaran
Islam. Para dai diharapkan menjadi contoh (uswah hasanah) yang konsisten antara
ucapan dan perbuatan.
Tugas dan Tantangan Seorang Dai
Dai sebagai penerus tugas kenabian memiliki kewajiban untuk menyeru
kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan membimbing umat menuju tauhid dan
akhlak mulia. Namun dalam praktiknya, dai menghadapi tantangan internal
(seperti niat yang tidak tulus atau motivasi duniawi) dan eksternal (lingkungan
sosial yang menolak kebenaran atau bersifat pluralistik).
Etika-Etika Utama dalam Dakwah
Etika
yang harus dijunjung tinggi oleh seorang dai meliputi:
1. Konsistensi antara ucapan dan perbuatan
Surat As-Saff [61]: 2-3
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا
مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu kerjakan? (iu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa
saja yang tidak kamu kerjakan (QS. As-Saff ayat 2-3).
2. Tidak melakukan provokasi atau pemaksaan dalam hal akidah
Surat Al-Baqarah [2]: 256
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ
الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ
فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Surat Qaf [50]: 45
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ ۖ وَمَا أَنْتَ
عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ ۖ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ
Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu
sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah
dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.
3. Tidak menghina agama atau keyakinan lain
Surat Al-An’am [6]: 108
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا
لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ
بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan
kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.
4. Menjunjung keadilan dan tidak diskriminatif dalam menyampaikan
dakwah
Surat Al-Hujurat [49]: 13
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ
ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ
اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."
5. Tidak menjadikan dakwah sebagai alat mencari keuntungan duniawi
secara berlebihan
Surat Yasin [36]: 21
اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا يَسۡـــَٔلُكُمۡ اَجۡرًا
وَّهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ
"Ikutilah orang yang tiada meminta imbalan kepadamu; dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Surat Hud [11]: 29
وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا ۖ
إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۚ وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُوا ۚ
إِنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَلَٰكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda
kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku
sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya
mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum
yang tidak mengetahui".
6. Menjaga integritas pribadi dan tidak berteman akrab dengan
pelaku maksiat
Surat Al-Maidah [5]: 78-79
لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ
اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ
وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ)۷۸(كَانُوْا
لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ )۸۹(
"Orang-orang yang kufur dari Bani Israil telah dilaknat (oleh
Allah) melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Hal itu karena mereka
durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan
mungkar yang mereka lakukan. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang selalu
mereka lakukan.”
Kitab Tirmidzi Hadist No - 2300
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ وَأَبُو دَاوُدَ قَالَا
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ وَرْدَانَ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah
menceritakan kepada kami Abu 'Amir dan Abu Dawud keduanya berkata: Telah
menceritakan kepada kami Zuhair bin Muhammad telah menceritakan kepadaku Musa
bin Wardan dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam
bersabda: "Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya
hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia
berteman." Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib."
7. Menyampaikan ilmu yang benar dan tidak berfatwa tanpa dasar ilmu
Surat Al-Isra’ [17]: 36
وَلَا تَقۡفُ مَا لَـيۡسَ لَـكَ بِهٖ عِلۡمٌ
ؕ اِنَّ السَّمۡعَ وَالۡبَصَرَ وَالۡفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ
مَسۡـُٔوۡلًا ٣٦
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
semuanya akan dimintai pertanggungjawaban."
Surat An-Nahl [16]: 43
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا
نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Studi Kasus Surat Al-Muddatstsir
Surat Al-Muddatstsir sebagai fondasi awal etika dakwah. Surat ini
memuat panggilan pertama kepada Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah, dengan etika
dasar:
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut),
قُمْ فَأَنْذِرْ
bangunlah, lalu berilah peringatan!
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
dan Tuhanmu agungkanlah!
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah,
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)
yang lebih banyak.
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
- Qum fa-andzir
(bangkit dan beri peringatan),
- Rabbaka
fakabbir (agungkan Tuhanmu),
- Thiabaka
fathahhir (bersihkan pakaianmu),
- Al-rujza
fahjur (tinggalkan yang kotor),
- Wa la
tamnun tastaktsir (jangan pamrih dalam memberi),
- Wa li
rabbika fashbir (bersabarlah demi Tuhanmu).
Penutup
Dakwah tidak sekadar kegiatan retorika, melainkan sebuah panggilan
ilahi yang harus dijalankan dengan tanggung jawab dan keteladanan. Etika dakwah
yang baik menjadi kunci diterimanya ajakan dakwah oleh masyarakat. Tulisan ini
menjadi kontribusi akademik dalam memperkuat karakter dai yang Qur'ani dan
bermoral tinggi.
Rujukan:
Lalu Ahmad Zaenuri, Etika Dai dalam Al-Qur'an
masya alloh...alhamdulillah ...terima kasih ilmunya ibu alfi
BalasHapusAlhamdulillaah,,,Trimakasih Bu,,,,
BalasHapus