Selasa, 29 April 2025

Etika Da'i dalam al Qur'an

 

Definisi dan Pentingnya Etika Dakwah

Etika dakwah merupakan sistem nilai dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh seorang dai. Etika ini tidak hanya sebatas ajaran moral, tetapi menjadi pedoman interaksi dan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan ajaran Islam. Para dai diharapkan menjadi contoh (uswah hasanah) yang konsisten antara ucapan dan perbuatan.

Tugas dan Tantangan Seorang Dai

Dai sebagai penerus tugas kenabian memiliki kewajiban untuk menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan membimbing umat menuju tauhid dan akhlak mulia. Namun dalam praktiknya, dai menghadapi tantangan internal (seperti niat yang tidak tulus atau motivasi duniawi) dan eksternal (lingkungan sosial yang menolak kebenaran atau bersifat pluralistik).

 

Etika-Etika Utama dalam Dakwah

Etika yang harus dijunjung tinggi oleh seorang dai meliputi:

1. Konsistensi antara ucapan dan perbuatan

Surat As-Saff [61]: 2-3

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

 كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (iu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan (QS. As-Saff ayat 2-3).

 

2. Tidak melakukan provokasi atau pemaksaan dalam hal akidah

Surat Al-Baqarah [2]: 256

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Surat Qaf [50]: 45

نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ ۖ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ ۖ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ

Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.

3. Tidak menghina agama atau keyakinan lain

Surat Al-An’am [6]: 108

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

 

4. Menjunjung keadilan dan tidak diskriminatif dalam menyampaikan dakwah

Surat Al-Hujurat [49]: 13

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."

 

5. Tidak menjadikan dakwah sebagai alat mencari keuntungan duniawi secara berlebihan

Surat Yasin [36]: 21

اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا يَسۡـــَٔلُكُمۡ اَجۡرًا وَّهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ‏

"Ikutilah orang yang tiada meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Surat Hud [11]: 29

وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۚ وَمَا أَنَا بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُوا ۚ إِنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ وَلَٰكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui".

 

6. Menjaga integritas pribadi dan tidak berteman akrab dengan pelaku maksiat

Surat Al-Maidah [5]: 78-79

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ)۷۸(كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ )۸۹(

"Orang-orang yang kufur dari Bani Israil telah dilaknat (oleh Allah) melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang selalu mereka lakukan.”

Kitab Tirmidzi Hadist No - 2300

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ وَأَبُو دَاوُدَ قَالَا حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ وَرْدَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir dan Abu Dawud keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Muhammad telah menceritakan kepadaku Musa bin Wardan dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman." Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib."

 


7. Menyampaikan ilmu yang benar dan tidak berfatwa tanpa dasar ilmu

Surat Al-Isra’ [17]: 36

وَلَا تَقۡفُ مَا لَـيۡسَ لَـكَ بِهٖ عِلۡمٌ ؕ اِنَّ السَّمۡعَ وَالۡبَصَرَ وَالۡفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔوۡلًا‏ ٣٦

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban."

Surat An-Nahl [16]: 43

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

Studi Kasus Surat Al-Muddatstsir

Surat Al-Muddatstsir sebagai fondasi awal etika dakwah. Surat ini memuat panggilan pertama kepada Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah, dengan etika dasar:

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ

Hai orang yang berkemul (berselimut),

قُمْ فَأَنْذِرْ

bangunlah, lalu berilah peringatan!

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ

dan Tuhanmu agungkanlah!

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

dan pakaianmu bersihkanlah,

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

dan perbuatan dosa tinggalkanlah,

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ

dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

 

  • Qum fa-andzir (bangkit dan beri peringatan),
  • Rabbaka fakabbir (agungkan Tuhanmu),
  • Thiabaka fathahhir (bersihkan pakaianmu),
  • Al-rujza fahjur (tinggalkan yang kotor),
  • Wa la tamnun tastaktsir (jangan pamrih dalam memberi),
  • Wa li rabbika fashbir (bersabarlah demi Tuhanmu).

 

Penutup

Dakwah tidak sekadar kegiatan retorika, melainkan sebuah panggilan ilahi yang harus dijalankan dengan tanggung jawab dan keteladanan. Etika dakwah yang baik menjadi kunci diterimanya ajakan dakwah oleh masyarakat. Tulisan ini menjadi kontribusi akademik dalam memperkuat karakter dai yang Qur'ani dan bermoral tinggi.

 

Rujukan:
Lalu Ahmad Zaenuri, Etika Dai dalam Al-Qur'an

 


2 komentar:

Zakat dan Ashnaf: Strategi Islam dalam Redistribusi Kekayaan dan Keadilan Sosial

  Hubungan antara uraian tersebut dengan daftar delapan golongan penerima zakat (ashnaf zakat) sangat erat dan saling memperkuat. Berikut ad...