Senin, 18 Oktober 2021

Bencana Alam & Tugas Kekhalifahan

 


Persoalan alam kian hari kian bertambah. Seperti tertuang dalam data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) per 5 Agustus 2021 tercatat sejumlah 1.677 bencana telah terjadi di Indonesia. Yakni bencana banjir, puting beliung, tanah longsor, karhutla, gempa bumi, abrasi, dan kekeringan.

Bencana banjir disebabkan oleh kebiasaan membuang sampah sembarangan. Banyaknya bangunan penduduk di wilayah resapan air. Banyaknya bendungan yang rusak tidak segera diperbaiki. Penebangan hutan, serta efek rumah kaca, kebiasaan membakar sampah, polusi kendaraan, dan asap industri. Asap industri juga dapat membuat pemanasan global, yang akhirnya bisa menjadi penyebab terjadinya banjir.

Bencana puting beliung disebabkan oleh kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas. Lapisan atmosfer merupakan gas dengan ketebalan 1000 km yang menyelubungi planet termasuk bumi, dengan kandungan berupa beberapa macam gas, diantaranya : gas nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (0,9%),   karbondioksida (0,03) dan uap air, krypton, neon, kalium, hidrogen, xinon, serta ozon (0,7%) (sumber: Liputan6).

Bencana tanah longsor seiring meningkatnya intensitas hujan, hingga muncul pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah. Tanah longsor diakibatkan pula oleh getaran mesin, beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, adanya material timbunan pada tebing, penggundulan hutan dimana pengikatan air tanah sangat kurang serta diakibatkan oleh pembuangan sampah dalam jumlah banyak, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

Bencana karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) disebabkan oleh perambahan liar, api unggun, illegal logging, penebangan, pembukaan lahan, rokok, pakan ternak, konflik sosial serta membuang sampah sembarangan.

Bencana gempa bumi diakibatkan oleh bergesernya lempeng bumi, akibat deformasi bebatuan, adanya letusan gunung berapi, goa yang runtuh, serta yang disebabkan oleh manusia biasanya dinamakan seismisitas terinduksi. Misalnya saja dengan menguji coba peledak berkekuatan tinggi seperti bom atom atau hulu ledak hidrogen.

Bencana abrasi, merupakan pengikisan wilayah pantai atau daratan yang diakibatkan oleh aktivitas gelombang, arus laut, serta pasang surut air laut. Abrasi dapat terjadi karena faktor alam dan faktor ulah manusia. Fenomena alam yang mengakibatkan terjadinya abrasi adalah pasang surut air laut dan gelombang serta arus laut yang berpotensi menimbulkan kerusakan sebagai akibat dari angin yang kencang di atas lautan. Faktor ulah manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya abrasi antara lain eksploitasi yang berlebihan terhadap kekayaan laut seperti ikan dan terumbu karang, penambangan pasir yang dilakukan secara berlebihan dapat mengakibatkan terkurasnya pasir di laut, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem laut. Hal tersebut memberikan pengaruh secara langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang secara otomatis akan langsung menghantam bibir pantai. Air laut akan lebih ringan jika tidak membawa pasir sehingga air tersebut dapat lebih cepat dan lebih keras menghantam bibir pantai sehingga kemungkinan terjadinya abrasi akan meningkat.

Bencana kekeringan merupakan kondisi di mana ketersediaan air berada jauh di bawah kebutuhan untuk mencukupi keperluan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh rendahnya curah hujan, letak geografis Indonesia yang berada tepat di garis khatulistiwa, global warming karena polusi kendaraan dan pabrik, hingga penggunaan berbagai zat kimia berbahaya, alih fungsi lahan terbuka hijau yang digunakan sebagai bangunan, kerusakan hidrologis dari wilayah hulu sungai karena waduk dan pada bagian saluran irigasinya terisi sedimen dalam jumlah yang sangat besar. Akibatnya, kapasitas dan daya tampung air akan berkurang sangat drastis, serta boros dalam penggunaan air tanah dalam jumlah besar oleh para petani untuk mengairi sawah. Jika dilakukan terus menerus akan berdampak pada habisnya cadangan air.

Beberapa bencana diatas, sebagian besar adalah akibat ulah manusia. Al Qur’an juga menegaskan

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S. Ar Rum: 41).

Ayat di atas menunjukkan bahwa segala aktivitas dan perilaku manusia yang bertentangan dengan sunatullah menjadi faktor dominan kerusakan lingkungan. Sehingga perlu adanya upaya untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan. Memotivasi manusia untuk memperhatikan kelestarian lingkungan.

Beberapa bencana alam sebagaimana dalam uraian terdahulu, sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia. Mengapa manusia berulah demikian? Tentu ada hal yang melatarbelakanginya. Seperti manusia merasa bahwa segala yang ada di jagad raya ini adalah memang untuk manusia. Akhirnya mereka mengeksploitasi alam secara besar-besaran tanpa mempedulikan hak-hak alam. Manusia memang memiliki kecenderungan menguasai dan mendominasi (will to power), baik terhadap alam maupun sesama manusia (Nietszhe, Filosof Jerman).

Perlu diingat bahwa manusia sebagai khalifah di muka bumi ini tidak untuk melakukan perusakan dan pertumpahan darah. Tetapi untuk membangun kehidupan yang damai, sejahtera, dan penuh keadilan. Dengan demikian, manusia yang melakukan kerusakan di muka bumi ini secara otomatis mencoreng atribut manusia sebagai khalifah

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (al-Baqarah: 30).

Karena, walaupun alam diciptakan untuk kepentingan manusia

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin (QS. Luqman: 20)

Tetapi tidak diperkenankan menggunakannya secara semena-mena. Sehingga, perusakan terhadap alam merupakan bentuk dari pengingkaran terhadap ayat-ayat keagungan Allah.

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (al Baqarah: 29)

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (Al-Jasiyah:13)

Dari beberapa ayat di atas ditinjau dari segi tafsir bil ma'sur maupun tafsir birra'yi semuanya membenarkan terhadap kenyataan bahwa sesungguhnya manusia berhak memanfaatkan semua yang diciptakan Allah SWT selama untuk kemaslahatan umat manusia. Salah satu dari hak tersebut adalah hak untuk memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas yaitu agar ia menjadi khalifah di bumi ini. Manusia diberi tanggung jawab agar memelihara, menjaga serta mengelola bumi ini beserta isinya. Artinya demi kelangsungan dan kepentingan kita sebagai manusia,  Allah sebagai pemilik tunggal bumi (dan seluruh alam semesta) mengizinkan kita mendayagunakan bumi dan seluruh isinya secara maksimal.

هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ

Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi (QS Fatir:39)

Dalam Tafsir al-Qurthuby, Khalifah dapat bermakna sebagai "pengganti", yaitu pengganti Allah di muka bumi. Hal ini mengindikasikan bahwa umat manusia adalah pengatur bumi sebagai pengganti Allah. Sebagai pengganti Allah, maka segala kebijakan dan tindakan kita juga sesuai dengan sifat-sifat Allah, salah satunya Ar-Rahman, penuh kasih sayang. Jika manusia menjaga, mengelola dan memanfaatkan bumi dan segala isinya dengan kasih sayang niscaya akan tercipta kedamaian dan keseimbangan.

Namun demikian Allah SWT juga melarang manusia untuk membuat kerusakan di muka bumi ini. Kerusakan itu bermakna luas, bukan hanya kerusakan bumi secara fisik, namun juga kerusakan alam semesta beserta isinya (termasuk satwa di dalamnya). Allah telah dengan jelas dan tegas melarang perusakan terhadap bumi dan alam semesta ini dengan berkali-kali menegaskannya di dalam Al-Qur'an agar kita (manusia) tidak membuat kerusakan di muka bumi, karena dari semua makhluk Allah yang dapat membuat kerusakan adalah manusia.

Hanya terdapat dua pengklasifikasian jalan hidup manusia yaitu; shirathal mustaqim dan shirathal maghdub/shirathal dhallin, tentunya kedua pengklasifikasian inilah yang telah diisyaratkan Allah bahwa rusaknya bumi itu karena ulah manusia. 

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-A'raf: 56)

وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ

Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS Al-Baqarah: 205)

1 komentar:

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...