Persoalan
alam kian hari kian bertambah. Seperti tertuang dalam data BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) per 5 Agustus 2021 tercatat sejumlah 1.677 bencana
telah terjadi di Indonesia. Yakni bencana banjir, puting beliung, tanah
longsor, karhutla, gempa bumi, abrasi, dan kekeringan.
Bencana
banjir disebabkan oleh kebiasaan membuang sampah sembarangan. Banyaknya
bangunan penduduk di wilayah resapan air. Banyaknya bendungan yang rusak tidak
segera diperbaiki. Penebangan hutan, serta efek rumah kaca, kebiasaan membakar
sampah, polusi kendaraan, dan asap industri. Asap industri juga dapat membuat
pemanasan global, yang akhirnya bisa menjadi penyebab terjadinya banjir.
Bencana
puting beliung disebabkan oleh kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang
batas. Lapisan atmosfer merupakan gas dengan ketebalan 1000 km yang menyelubungi
planet termasuk bumi, dengan kandungan berupa beberapa macam gas, diantaranya :
gas nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (0,9%), karbondioksida (0,03) dan uap air, krypton,
neon, kalium, hidrogen, xinon, serta ozon (0,7%) (sumber: Liputan6).
Bencana
tanah longsor seiring meningkatnya intensitas hujan, hingga muncul pori-pori
atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan.
Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
Tanah longsor diakibatkan pula oleh getaran mesin, beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng, penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, adanya
material timbunan pada tebing, penggundulan hutan dimana pengikatan air tanah
sangat kurang serta diakibatkan oleh pembuangan sampah dalam jumlah banyak,
seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
Bencana
karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) disebabkan oleh perambahan liar, api
unggun, illegal logging, penebangan, pembukaan lahan, rokok, pakan ternak,
konflik sosial serta membuang sampah sembarangan.
Bencana
gempa bumi diakibatkan oleh bergesernya lempeng bumi, akibat deformasi
bebatuan, adanya letusan gunung berapi, goa yang runtuh, serta yang disebabkan
oleh manusia biasanya dinamakan seismisitas terinduksi. Misalnya saja dengan
menguji coba peledak berkekuatan tinggi seperti bom atom atau hulu ledak
hidrogen.
Bencana
abrasi, merupakan pengikisan wilayah pantai atau daratan yang diakibatkan oleh
aktivitas gelombang, arus laut, serta pasang surut air laut. Abrasi dapat
terjadi karena faktor alam dan faktor ulah manusia. Fenomena alam yang
mengakibatkan terjadinya abrasi adalah pasang surut air laut dan gelombang
serta arus laut yang berpotensi menimbulkan kerusakan sebagai akibat dari angin
yang kencang di atas lautan. Faktor ulah manusia yang dapat mengakibatkan
terjadinya abrasi antara lain eksploitasi yang berlebihan terhadap kekayaan
laut seperti ikan dan terumbu karang, penambangan pasir yang dilakukan secara
berlebihan dapat mengakibatkan terkurasnya pasir di laut, sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem laut. Hal tersebut memberikan
pengaruh secara langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang secara
otomatis akan langsung menghantam bibir pantai. Air laut akan lebih ringan jika
tidak membawa pasir sehingga air tersebut dapat lebih cepat dan lebih keras
menghantam bibir pantai sehingga kemungkinan terjadinya abrasi akan meningkat.
Bencana
kekeringan merupakan kondisi di mana ketersediaan air berada jauh di bawah
kebutuhan untuk mencukupi keperluan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh rendahnya curah hujan, letak geografis
Indonesia yang berada tepat di garis khatulistiwa, global warming karena polusi
kendaraan dan pabrik, hingga penggunaan berbagai zat kimia berbahaya, alih
fungsi lahan terbuka hijau yang digunakan sebagai bangunan, kerusakan
hidrologis dari wilayah hulu sungai karena waduk dan pada bagian saluran
irigasinya terisi sedimen dalam jumlah yang sangat besar. Akibatnya, kapasitas
dan daya tampung air akan berkurang sangat drastis, serta boros dalam
penggunaan air tanah dalam jumlah besar oleh para petani untuk mengairi sawah.
Jika dilakukan terus menerus akan berdampak pada habisnya cadangan air.
Beberapa
bencana diatas, sebagian besar adalah akibat ulah manusia. Al Qur’an juga
menegaskan
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S. Ar Rum: 41).
Ayat
di atas menunjukkan bahwa segala aktivitas dan perilaku manusia yang
bertentangan dengan sunatullah menjadi faktor dominan kerusakan lingkungan.
Sehingga perlu adanya upaya untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan. Memotivasi
manusia untuk memperhatikan kelestarian lingkungan.
Beberapa
bencana alam sebagaimana dalam uraian terdahulu, sebagian besar disebabkan oleh
ulah manusia. Mengapa manusia berulah demikian? Tentu ada hal yang
melatarbelakanginya. Seperti manusia merasa bahwa segala yang ada di jagad raya
ini adalah memang untuk manusia. Akhirnya mereka mengeksploitasi alam secara
besar-besaran tanpa mempedulikan hak-hak alam. Manusia memang memiliki
kecenderungan menguasai dan mendominasi (will to power), baik terhadap
alam maupun sesama manusia (Nietszhe, Filosof Jerman).
Perlu
diingat bahwa manusia sebagai khalifah di muka bumi ini tidak untuk melakukan
perusakan dan pertumpahan darah. Tetapi untuk membangun kehidupan yang damai,
sejahtera, dan penuh keadilan. Dengan demikian, manusia yang melakukan
kerusakan di muka bumi ini secara otomatis mencoreng atribut manusia sebagai
khalifah
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ
خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (al-Baqarah: 30).
Karena, walaupun alam diciptakan
untuk kepentingan manusia
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ
Tidakkah kamu
perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang
di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin (QS. Luqman: 20)
Tetapi
tidak diperkenankan menggunakannya secara semena-mena. Sehingga, perusakan
terhadap alam merupakan bentuk dari pengingkaran terhadap ayat-ayat keagungan
Allah.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ
اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ
Dialah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu (al Baqarah:
29)
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan
Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir (Al-Jasiyah:13)
Dari
beberapa ayat di atas ditinjau dari segi tafsir bil ma'sur maupun tafsir
birra'yi semuanya membenarkan terhadap kenyataan bahwa sesungguhnya manusia
berhak memanfaatkan semua yang diciptakan Allah SWT selama untuk kemaslahatan
umat manusia. Salah satu dari hak tersebut adalah hak untuk memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Allah
SWT menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas yaitu agar ia menjadi khalifah
di bumi ini. Manusia diberi tanggung jawab agar memelihara, menjaga serta
mengelola bumi ini beserta isinya. Artinya demi kelangsungan dan kepentingan
kita sebagai manusia, Allah sebagai
pemilik tunggal bumi (dan seluruh alam semesta) mengizinkan kita mendayagunakan
bumi dan seluruh isinya secara maksimal.
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ
Dialah
yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi (QS Fatir:39)
Dalam
Tafsir al-Qurthuby, Khalifah dapat bermakna sebagai "pengganti",
yaitu pengganti Allah di muka bumi. Hal ini mengindikasikan bahwa umat manusia
adalah pengatur bumi sebagai pengganti Allah. Sebagai pengganti Allah, maka
segala kebijakan dan tindakan kita juga sesuai dengan sifat-sifat Allah, salah
satunya Ar-Rahman, penuh kasih sayang. Jika manusia menjaga, mengelola dan
memanfaatkan bumi dan segala isinya dengan kasih sayang niscaya akan tercipta
kedamaian dan keseimbangan.
Namun
demikian Allah SWT juga melarang manusia untuk membuat kerusakan di muka bumi
ini. Kerusakan itu bermakna luas, bukan hanya kerusakan bumi secara fisik,
namun juga kerusakan alam semesta beserta isinya (termasuk satwa di dalamnya).
Allah telah dengan jelas dan tegas melarang perusakan terhadap bumi dan alam
semesta ini dengan berkali-kali menegaskannya di dalam Al-Qur'an agar kita
(manusia) tidak membuat kerusakan di muka bumi, karena dari semua makhluk Allah
yang dapat membuat kerusakan adalah manusia.
Hanya terdapat dua pengklasifikasian jalan hidup manusia yaitu; shirathal mustaqim dan shirathal maghdub/shirathal dhallin, tentunya kedua pengklasifikasian inilah yang telah diisyaratkan Allah bahwa rusaknya bumi itu karena ulah manusia.
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ
خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik. (QS Al-A'raf:
56)
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ
الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ
Dan
apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan (QS
Al-Baqarah: 205)
apik sippp
BalasHapus