Bencana banjir disebabkan oleh kebiasaan
membuang sampah sembarangan. Banyaknya bangunan penduduk di wilayah resapan
air. Banyaknya bendungan yang rusak tidak segera diperbaiki. Penebangan hutan,
serta efek rumah kaca, kebiasaan membakar sampah, polusi kendaraan, dan asap
industri. Asap industri juga dapat membuat pemanasan global, yang akhirnya bisa
menjadi penyebab terjadinya banjir.
Bencana puting beliung disebabkan
oleh kondisi labilitas atmosfer yang melebihi ambang batas. Lapisan atmosfer merupakan
gas dengan ketebalan 1000 km yang menyelubungi planet termasuk bumi, dengan
kandungan berupa beberapa macam gas, diantaranya : gas nitrogen (78%), oksigen
(21%), argon (0,9%), karbondioksida
(0,03) dan uap air, krypton, neon, kalium, hidrogen, xinon, serta ozon (0,7%)
(sumber: Liputan6).
Bencana tanah longsor seiring
meningkatnya intensitas hujan, hingga muncul pori-pori atau rongga tanah,
kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Apabila ada pepohonan
di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan.
Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah. Tanah longsor diakibatkan
pula oleh getaran mesin, beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng,
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, adanya material timbunan pada
tebing, penggundulan hutan dimana pengikatan air tanah sangat kurang serta
diakibatkan oleh pembuangan sampah dalam jumlah banyak, seperti yang terjadi di
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan
sekitar 120 orang lebih meninggal.
Bencana karhutla (Kebakaran Hutan
dan Lahan) disebabkan oleh perambahan liar, api unggun, illegal logging,
penebangan, pembukaan lahan, rokok, pakan ternak, konflik sosial serta membuang
sampah sembarangan.
Bencana gempa bumi diakibatkan
oleh bergesernya lempeng bumi, akibat deformasi bebatuan, adanya letusan gunung
berapi, goa yang runtuh, serta yang disebabkan oleh manusia biasanya dinamakan
seismisitas terinduksi. Misalnya saja dengan menguji coba peledak berkekuatan
tinggi seperti bom atom atau hulu ledak hidrogen.
Bencana abrasi, merupakan pengikisan
wilayah pantai atau daratan yang diakibatkan oleh aktivitas gelombang, arus
laut, serta pasang surut air laut. Abrasi dapat terjadi karena faktor alam dan
faktor ulah manusia. Fenomena alam yang mengakibatkan terjadinya abrasi adalah
pasang surut air laut dan gelombang serta arus laut yang berpotensi menimbulkan
kerusakan sebagai akibat dari angin yang kencang di atas lautan. Faktor ulah
manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya abrasi antara lain eksploitasi yang
berlebihan terhadap kekayaan laut seperti ikan dan terumbu karang, penambangan
pasir yang dilakukan secara berlebihan dapat mengakibatkan terkurasnya pasir di
laut, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem laut. Hal tersebut
memberikan pengaruh secara langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang
secara otomatis akan langsung menghantam bibir pantai. Air laut akan lebih
ringan jika tidak membawa pasir sehingga air tersebut dapat lebih cepat dan
lebih keras menghantam bibir pantai sehingga kemungkinan terjadinya abrasi akan
meningkat.
Bencana kekeringan merupakan
kondisi di mana ketersediaan air berada jauh di bawah kebutuhan untuk mencukupi
keperluan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Hal ini
diakibatkan oleh rendahnya curah hujan, letak geografis Indonesia yang berada
tepat di garis khatulistiwa, global warming karena polusi kendaraan dan pabrik,
hingga penggunaan berbagai zat kimia berbahaya, alih fungsi lahan terbuka hijau
yang digunakan sebagai bangunan, kerusakan hidrologis dari wilayah hulu sungai
karena waduk dan pada bagian saluran irigasinya terisi sedimen dalam jumlah
yang sangat besar. Akibatnya, kapasitas dan daya tampung air akan berkurang
sangat drastis, serta boros dalam penggunaan air tanah dalam jumlah besar oleh
para petani untuk mengairi sawah. Jika dilakukan terus menerus akan berdampak
pada habisnya cadangan air.
Beberapa bencana diatas, sebagian
besar adalah akibat ulah manusia. Al Qur’an juga menegaskan
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, Allah menghendaki
agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar) (Q.S. Ar Rum: 41).
Ayat di atas menunjukkan bahwa
segala aktivitas dan perilaku manusia yang bertentangan dengan sunatullah
menjadi faktor dominan kerusakan lingkungan. Sehingga perlu adanya upaya untuk
menumbuhkan kesadaran lingkungan. Memotivasi manusia untuk memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Literatur:
- Ramli (2005), Membangun Lingkungan Harmoni dan Berperadaban.
- Setiawan (2008), Manusia dan Lingkungan
- Tohari (2013), Epistemologi Fiqh Lingkungan