Berbuat baik terhadap diri sendiri dan sesama makhluk menjadi
perkara yang sangat dicintai Allah SWT. Hal inilah yang nantinya menjadi bekal
di hari akhir untuk bisa mencapai surga abadi yang dijanjikan. Namun kurangnya pengetahuan
dan iman, membuat manusia justru tanpa sadar melakukan hal yang dibenci oleh
Allah.
Ada sepuluh hal yang sangat dibenci Allah SWT dan tidak
seharusnya manusia terjerat di dalam perangkap tersebut. Beberapa perkara
diantaranya ada yang disadari, namun ada sebagian perkara yang dianggap sebagai
kesalahan kecil biasa. Misalnya seperti sifat malas para pemuda, sifat tentara perang yang takut terhadap
lawan, bahkan para ahli ibadah namun menyombongkan ketaatannya juga tidak luput
dari kebencian Allah tersebut. Berikut ini 10 hal yang dibenci Allah SWT dan
bisa menjadi pengetahuan kita.
Kikirnya orang-orang kaya
Kikir atau pelit merupakan penyakit hati yang timbul karena
manusia terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah. Hal ini
merupakan perkara yang dibenci Allah SWT terlebih jika dilakukan oleh orang
kaya. Harta yang dimiliki seharusnya dimanfaatkan di jalan Allah atau disedekahkan. Bukan justru disimpan dan enggan membantu
sesama manusia yang membutuhkan. Allah SWT memperingatkan umat manusia agar
tidak kikir terhadap harta yang telah Dia berikan. Allah juga memberikan ancaman bagi manusia yang kikir dan bakhil
terhadap harta yang mereka miliki seperti dalam surat Ali ‘Imran 180.
وَلَا
يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ
خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta
yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan
itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta
yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Ali ‘Imran 180].
فَلَمَّا
آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ
“Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari
karunia-nya, mereka kikir dengan karunia itu dan ia berpaling dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) (at Taubah : 76)
Takaburnya orang-orang miskin
Takabbur merupakan sikap sombong dan menganggap diri lebih
dibanding dengan orang lain. Dalam kasus orang miskin yang memiliki sifat
takabbur, memang menjadi sebuah penyakit yang sulit dimengerti. Tidak bisa
dipahami kenapa sifat ini bisa dimiliki dengan kondisi yang minim harta orang
masih bisa menyombongkan diri terhadap orang lain. Padahal orang kaya berharta
saja yang memiliki kekayaan dan harta berlimpah tidak boleh menyombongkan diri
kepada siapa saja. Pasalnya hanya Allah SWT yang boleh memiliki sifat ini
karena Dia memiliki segalanya.
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (An-Nisaa’ : 36).
Rakusnya Para Ulama terhadap Dunia
Untuk menjelaskan sifat yang dibenci Allah ini, Syekh Nawawi
mengungkapkan kisah Nabi Musa yang berucap dengan ucapan yang mengandung
ketamakan (QS. Al-Kahfi: 77), maka Nabi Khidir berkata (QS. Al-Kahfi: 78).
فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Kebencian Allah SWT juga tidak luput dari para ulama yang menjadi perantara dalam menyampaikan kebaikan. Namun hanya kepada ulama yang rakus terhadap kehidupan dunia. Ulama sebagai penyeru akhlak dan moralitas hendaknya menyadari bahwa dirinya ditatap, disorot dan diamati oleh sekian ribu mata yang senantiasa menanti perilaku lurusnya. Sebagai pewaris para Nabi sudah sepantasnya mereka tidak terlalu berpikir mewariskan dunia pada anak-anaknya namun yang dia pikirkan bagimana mewariskan ilmu pada generasinya.
Sifat rakus demi dunia ini menyebabkan seorang ulama akan
jauh dari perburuan pada akhirat dan melemahkan ummat. Para ulama yang
mencintai semua hal yang bersifat dunia akan dipastikan kehilangan karisma dan
martabat keulamaannya. Mereka biasa mendapat julukan sebagai ulama dunia atau
ulama suu’ yang artinya ulama buruk.
“Celakalah bagi
ummatku dari ulama buruk yang menjadikan agama ini sebagai komoditas, yang
mereka jual pada para penguasa mereka di zamannya demi meraup keuntungan untuk
diri mereka sendiri. Allah pasti tidak akan menjadikan bisnis mereka memperoleh
keuntungan “ (HR. Hakim).
Minimnya Rasa Malu Para Wanita
Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan
perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam
akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang
artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang sepatutnya”, Allah telah menetapkan hak bagi wanita
sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita
pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri.
Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya
rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang
muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.
Maka bagi wanita yang minim rasa malu, maka Allah SWT akan
membencinya. Malu adalah mahkota seorang wanita, dan kehilangan rasa malu sama
dengan kehilangan mahkotanya. Maka jangan heran jika Allah murka karena maksiat
mereka.
Rasulullah saw
bersabda:
إنَّ لِكُلِّ
دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء
“Sesungguhnya
setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181)
Sabda Rasul saw yang
lain:
الحَيَاءُ وَالإيمَانُ
قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah
satunya di angkat maka yang lain pun akan terangkat.”(HR. Al Hakim)
Begitu jelas Rasulullah saw memberikan teladan pada kita,
bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak
terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu
adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah
hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.
Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar,
sehingga hakikat penciptaan wanita yang seharusnya menjadi perhiasan dunia
dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya
dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu
sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi,
mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.
Nabi saw bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ
أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ
بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا
وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
"Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum
pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk
memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita
seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun
baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Di antara makna
wanita yang berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis
sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Dan wanita yang berpakaian ketat
meskipun kainnya adalah tebal. Sehingga lekuk tubuh wanita tersebut nampak, sehingga
dapat dikatakan bahwa wanita tersebut berpakaian namun laksana telanjang.
Dalam sebuah kisah,
‘Aisyah ra pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis,
kemudian beliau berkata:
إن كنتن مؤمنات
فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه
“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah)
bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita
beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”
Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi
kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita kaum
wanita terhadap mahkota yang ada pada diri kita.
Orang yang Sudah Tua Renta Namun Tetap Mengejar Dunia
Mungkin diantara kita pernah mendapatkan pengalaman memiliki
kakek atau nenek yang sudah tua namun tetap mengejar dunia. Tidak jarang
tindakan mereka ini membuat gerah cucu-cucunya mengingat waktu mereka sudah
seharusnya digunakan hal-hal yang berkaitan dengan mengejar akhirat. Orang tua
renta seharusnya mempersiapkan segala hal untuk kematiannya. Orang tua yang
masih senang dunia, mabuk di dalamnya, berebut kenikmatannya yang hanya
sementara tentu saja sangat Allah benci. Apakah mereka tidak sadar bahwa dunia
akan segera ditinggalkannya, lalu untuk apa dia masih berburu dunia dengan penuh
tamak dan cinta yang melampui batas.
Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ
وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ
ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Hai manusia,
bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu)
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula)
menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula)
penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqmān: 33)
Setiap manusia akan diminta pertanggungan jawab terhadap semua yang dilakukannya saat hidup di dunia. Seseorang tidak akan bertanggung jawab atas perbuatan orang lain.
Tipu daya setan dan
gemerlapan dunia sering kali memperdaya manusia hingga terjerumus kedalam
kubangan dosa dan maksiat.
Allah swt berfirman:
يُنَادُونَهُمْ
أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ
وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّىٰ جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ
بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang
mukmin) seraya berkata, Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu? Mereka
menjawab, benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu
(kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong
sehingga datanglah ketetapan Allah dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh
(setan) yang amat penipu.” (QS. al-Ḥadīd: 14)
Malasnya Para Pemuda
Pemuda yang malas juga akan mendapatkan kebencian dari Allah
SWT. Pada masa ini, pemuda diharuskan mengoptimalkan segala kemampuannya untuk
bekerja mempersiapkan hari tua. Masa muda adalah masa gelora kehidupan mereka.
Selain itu, juga akan menjadi penentuan masa depan yang sesungghnya.
Kemalasan anak muda menjadi indikasi bahwa mereka akan hidup
susah di hari tuanya. Maka malasnya pemuda adalah alamat awal dari suram dan
buramnya masa depan mereka. Inilah mengapa Allah membenci anak mudah yang
memiliki sifat yang malas. Rasulullah menghimpun orang-orang mulia dalam tujuh
golongan diantaranya adalah pemuda yang enerjik. Rasulullah bersabda :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ
وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ
دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, Beliau saw bersabda,
“Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak
ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) imam yang adil;
(2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah; (3) seorang yang hatinya bergantung ke
masjid; (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul
karena-Nya dan berpisah karena-Nya; (5) seorang laki-laki yang diajak berzina
oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku
benar-benar takut kepada Allah; (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu
shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang
diinfaqkan tangan kanannya, serta; (7) seseorang yang berdzikir kepada Allah
dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim,
no. 1031)
Kejinya Para Penguasa
Peminpin sebagaimana diisyaratkan hadits di atas juga
seharusnya berbuat adil bukan berlaku kejam agar mereka mendapat naungan Allah
di hari kiamat. Keadilan mereka sangat ditunggu dan dirindu oleh rakyat. Karena
harapan keadilan memang bertumpu pada para penguasa itu. Keadilan adalam
dambaan setiap orang, cita setiap insan. Tatkala seorang penguasa yang seharus
adil berubah menjadi keji maka kemurkaan Allah yang demikianpedih telah
menunggu mereka. Karena Allah sangat tidak suka pada mereka yang berbuat zhalim.
Allah berfirman :
سَنُلْقِي فِي
قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ
بِهِ سُلْطَانًا ۖ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۚ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa
takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah
neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim (Ali Imran : 151).
Rosulullah saw bersabda:
عَنْ مَعْقِلِ
بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدِ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً, يَمُوتُ
يَوْمَ يَمُوتُ, وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ, إِلَّا حَرَّمَ اَللَّهُ عَلَيْهِ اَلْجَنَّةَ
– مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ma’qil Bin Yasâr ra berkata, aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi
amanah oleh Allah untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih
berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga
atasnya. [Muttafaq
alaih]
Pengecutnya Para Tentara Perang
Jika anda berniat menjadii tentara perang, maka anda harus
berani melawan siapa yang menjadi musuh-musuh. Biasanya mereka yang terpilih
dalam perang merupakan manusia pilihan untuk membela agama dan tanah airnya,
Jiwa prajurit adalah jiwa ksatria yang pantang menyerah pada musuh. Jika sikap
ini luntur, inilah yang akan menjadi kebencian dari Allah SWT.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ
الْأَدْبَارَ
Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang
menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur) (Al-Anfaal : 15).
وَمَنْ يُوَلِّهِمْ
يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ
فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Barangsiapa yang
membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya (Al-Anfaal : 16).
Ujubnya Para Zahid
Ujub adalah penyakit hati yang bisa menyerang siapa saja.
Tidak terkecuali pada zahid yang banyak menghindari dunia dan lebih dekat pada
akhirat. Namun kezahidan mereka akan menuai murka Allah jika dalam kezahidan
itu bergemuruh ujub yang membuncah dalam ucapan dan perilaku mereka Rasulullah
bersabda yang artinya
sabda Nabi saw:
ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ
: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga perkara
yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya
seseorang terhadap dirinya sendiri”
(HR at-Thobroni).
Demikian pula sabda beliau :
لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا
تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ
“Jika kalian
tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar
darinya (yaitu) ujub ! ujub !” (HR
Al-Baihaqi)
Allah SWT juga
membenci para hali ibadah namun riya menyelimuti seluruh ritual ibadahnya.
Mereka biasanya menginginkan pujian dari manusia. Padahal riya’ itulah syirik
kecil yang sangat diwanti-wanti oleh Rasulullah agar kita meninggalkannya. Adapun
syirik kecil, inilah yang sering menyelinap dalam hati manusia. Beribadah pada
Allah Swt. namun untuk meraih pujian manusia. Misal naik haji karena ingin
dipanggil Pak. Haji, puasa karena ingin terlihat sholeh di hari raya, bangun
malam karena ingin disebut ahli tahajjud oleh tetangganya, dan lain sebagainya.
Hal inilah yang paling dikawatirkan oleh Rasulullah Saw. dari kita semua.
Dari saking pentingnya ikhlas dalam beramal, beliau mengulangnya sampai dua kali. Karena Allah Swt. tidak akan melihat pada banyak-sedikitnya amal kita, tapi Allah Swt. akan menerima amal yang berangkat dari hati (ikhlas).
Allah swt berfirman:
وَالَّذِيْنَ
يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا
بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ وَمَنْ يَّكُنِ الشَّيْطٰنُ لَهٗ قَرِيْنًا فَسَاۤءَ قَرِيْنًا
Dan (juga) orang-orang yang menginfakkan hartanya karena ria dan kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah teman yang sangat jahat (Qs. An-Nisa’: 38).
Rasulullah saw
bersabda:
ان اخواف ما اخاف
على امتي الشرك الاصغر قالوا يا رسول الله وما الشرك الاصغر قال النبي صلى الله عليه
وسلم الرياء
Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah berbuat syirik kecil. Sahabat bertanya: wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil? Rasulullah Saw. bersabda: berbuat sesuatu bukan karena Allah (riya’).
Artinya, syirik terbagi dua, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Syirik akbar, kita menyekutukan Allah Swt. dengan makhluk. Misal menyembah berhala sebagaimana zaman jahiliyah dulu, meminta pada kuburan atau dukun, dan lain sebagainya. Syrik ini bukan berarti tidak membuat Rasulullah Saw. khawatir, namun kebanyakan umatnya tidak terjebak dalam syirik model ini. Nau’dzubillah.
Rasulullah saw
bersabda bahwa Allah swt telah berfirman:
يقول الله تعالى
لهم يوم يجازي العباد باعمالهم اذهبوا الى الذين كنتم ترؤون لهم هل تجيدون فيهم خيرا
Allah swt akan berfirman pada mereka diwaktu hari pembalasan atas amal masing-masing, “Pergilah kalian pada orang yang kalian pamerkan waktu di dunia. Lihatlah, apkah kalian menemukan balasan kebaikan dari mereka?
Dalam artian, jika kita beribadah karena manusia, kelak di akahirat kita akan diminta untu meminta balasan pada mereka. Jika Allah Swt. sudah mengabaikan kita nanti, maka kemana kaki akan melangkah? Semoga Allah Swt. memudahkan jalan menuju keihklasan, dan menjauhkan dari perasaan ingin dipuji makhluk. Amin.
Dari semua uraian diatas, dapat diambil pelajaran yakni maka, jika kita menjadi orang kaya dermawanlah pada sesama. Jika kita ditakdirkan menjadi seorang miskin lebih rendah hatilah pada manusia. Jika kita menjadi ulama janganlah rakus pada dunia. Jika kita seorang wanita maka ingat bahwa mahkota kitaa ada pada rasa malu kita. Jika kita telah tua renta maka segeralah mendekat dan menghabiskan waktu kita untuk kemuliaan di akhirat. Jika masih muda maka semangatlah bekerja untuk mengisi amanah kholifah di dunia yang Allah berikan kepada kita. Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar