Kamis, 15 April 2021

ADAB TIDUR

 Adab Tidur

Mengapa tidur ada adabnya? Sebab tidur yang berdampak pada pahala, keberkahan, dan kesehatan, ketika adab/sopan-santun/tatacara/etikanya benar. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang memiliki fungsi fisologis dan psikologis untuk kesehatan tubuh. Jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang baik, maka ia akan mengalami gangguan fungsi organ-organ tubuh, termasuk otak. Seseorang yang pada malam harinya kurang tidur akibat begadang sampai larut malam, maka bisa dipastikan paginya ia tidak tampak segar. Untuk beraktivitas terasa malas dan untuk berpikir juga lemah. Apalagi untuk mengendarai mobil dalam keadaan kurang tidur atau mengantuk, dapat membahayakan perjalanan.

Tidur juga dikatakan karunia Allah, karena dalam tidur manusia dapat beristirahat dengan sempurna, bahkan bias bermimpi apa saja seperti layaknya nonton film atau sebagai pemainnya. Kadang mimpi baik, kadang mimpi buruk. Kadang apa yang ada di mimpi, ada dalam kenyataan.  Kadang mimpi merupakan harapan yang terpendam.

وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS Al-Qashash [28]: 73).

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا

Artinya: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS An-Naba [78]: 9).

Berdasarkan Sunnah Rasulullah saw, adab tidur adalah sebagai berikut:

1.       berniat tidur dengan Bismillah, untuk bangun shalat Tahajud.

Insya-Allah nanti waktunya Shalat Tahajud Allah akan membangunkan. Tinggal setelah terbangun segera dilanjutkan wudhu dan shalat tahajud. Jangan dilambat-lambatkan, nanti bisa tidur lagi, akhirnya tahajud lewat lagi. Kecuali sudah niat tahajud, mungkin kecapean, terbangun benar-benar agak telat hingga adzan Subuh berkumandang, maka sudah tercatat baginya pahala shalat Tahajud. Selagi Tahajud itu sudah menjadi kebiasaannya. Disebutkan di dalam Hadits Riwayat An-Nasa’i:

مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ، وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُوْمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَغَلَبَهُ النَّوْمُ حَتَّى يُصْبِحَ، كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى، وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Artinya: “Barangsiapa yang naik ke atas ranjangnya (untuk tidur), sedang ia telah berniat untuk bangun melakukan shalat di malam hari (tahajud). Namun ia tertidur hingga waktu Shubuh, maka ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan dan tidurnya itu adalah sedekah dari Tuhannya.”

2.       Segera tidur selepas shalat Isya

Kecuali jika ada aktivitas yang bernilai ibadah, seperti: berdzikir, baca Quran, berdiskusi, dakwah, silaturahim, dsb. Tinggalkan begadang malam dengan obrolan yang tidak bermanfaat, main game, kartu, nonton televisi, musik, dsb.

Di dalam hadits disebutkan, yang artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya (Isya).” (HR Bukhari).

Khalifah ‘Umar bin Khattab memperingatkan orang yang begadang setelah shalat Isya, dengan mengatakan, “apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!”

Ibnu Baththol menjelaskan, Nabi tidak suka pada orang-orang yang begadang setelah shalat ‘Isya tanpa nilai ibadah, karena agar dapat melaksanakan shalat malam (Tahajud) dan shalat shubuh berjama’ah.

3.       Tidur dalam keadaan berwudhu.

Rosulullah saw menganjurkan:

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ.

Artinya: “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu’ terlebih dahulu sebagaimana wudhu’mu untuk melakukan shalat.” (HR Bukhari dan Muslim).

4.       Berbaring hendaknya mendahulukan posisi menghadap ke sebelah kanan .

Yaitu rusuk kanan sebagai tumpuan dan berbantal dengan tangan kanan atau berbantal selainnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:

اِضْطَجِعْ عَلَى شَقِّكَ اْلأَيْمَنِ.

Artinya: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR Bukhari dan Muslim ).

5.       Tidak tidur telungkup (tengkurep)

إِنَّهَا ضَجْعَةٌ يَبْغَضُهَا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.

Artinya: “Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.” (HR Abu Dawud).

6.       Boleh tidur telentang

Rasulullah saw pernah tidur telentang di masjid dengan meletakkan satu kaki di atas kaki lainnya. Tentu tidur dalam keadaan terlentang dengan menjaga aurat tidak terbuka.

7.       Membaca ayat-ayat suci Al-Qur-an

Antara lain 10 Ayat Al-Baqarah : empat ayat Surat Al-Baqarah (ayat 1-4), ayat kursi (Al-Baqarah 255) plus dua ayat sesudahnya (ayat 256-257), dan tiga akhir Al-Baqarah (ayat 284-286). Ayat-ayat tersebut untuk mengusir syaitan yang tinggal di dalam rumah.

8.       Mandi Ayat.

Maksudnya, membaca tiga Qul (Qul Huwallaahu Ahad, Qul a’uudzu bi Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas). Setelah membaca tiga surat tersebut tiupkan ke kedua tangan, lalu usapkan ke seluruh tubuh, dimulai dari wajah terus ke badan hingga ke kaki/yang terjangkau, tiga kali. (HR Bukhari dan Muslim).

9.       Membaca Dzikir Fathimah

Oleh karena awalnya diajarkan Nabi kepada puterinya, Fathimah. Yaitu seperti dzikir sesudah shalat, yaitu: membaca Tasbih (Subhaanallaah) 33x, Tahmid (Alhamdulillah) 33x, Takbir (Allahu Akbar) 33x, plus Tahlil (Laa Ilaaha illallah) 1x, jumlah 100.

10.   Membersihkan tempat tidur

Khawatir ada makhluk di situ seperti semut, debu, atau lainnya.

11.   Melakukan Muhasabah Diri

Yakni  dengan bertaubat, beristighfar, memaafkan saudaranya, evaluasi amalan seharian, menyampaikan wasiat jika diperlukan, dsb). Sehingga bersih tempat tidur, bersih pula hati.

12.   Membaca doa hendak tidur

Antara lain doanya:

باسمِكَ اللَّهُمَ أَحْيا وأمُوتُ

Artinya: “Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati.” (HR Bukhari).

13.   Bangun tidur membaca doa

Di antaranya dengan doa:

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

Artinya: “Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan.” (HR Bukhari).

14.   Mimpi buruk jangan diceritakan

Jika bermimpi buruk janganlah diceritakan ke orang lain, karena itu dari syaitan. Berlindunglah dari godaan syaitan.Syaitan hendak membuat sedih kaum mukminin, sebagaimana firman Allah, yang artinya:

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, dengan tujuan agar orang-orang beriman itu bersedih hati, padahal pembicaraan itu tidaklah memberi mudarat sedikitpun kepada mereka kecuali dengan izin Allah ….” (QS Al-Mujadalah: 10).

Maka, jika bermimpi buruk dan terbangun, berlindunglah kepada Allah dari keburukan mimpi, dengan membaca Ta’awudz. Kemudian berilah isyarat meludah sedikit ke arah kiri sebanyak tiga kali, lalu mengubah posisi tidurnya. Baik pula bangun untuk berwudhu dan membaca ayat-ayat dan dzikir seperti hendak tidur semula.

15.   Usahakan tidak tidur pada waktu-waktu yang tidak dianjurkan

Seperti setelah shalat Subuh, setelah shalat Ashar dan setelah shalat Maghrib. Tidur setelah shalat Subuh (Haylulah) diambil dari kata hala-yahulu-haulan yang bermakna mencegah atau menghalangi. Kebiasaan tidur setelah shalat Subuh akan menghalangi datang rejeki kepada seseorang. Ini waktu tidak yang sangat tidak dianjurkan. Kecuali mungkin orang-orang yang pada malam harinya mendapat tugas ronda (jaga malam), atau membantu orang lain hingga menjelang pagi (seperti ketika ada musibah, bencana), jihad di jalan Allah yang memaksanya sampai menjelang pagi, atau penyakit tertentu yang memaksanya tidur pagi. Tentu ini bukan menjadi kebiasaan, hanya dalam keadaan tertentu. Juga sebaiknya menunggu sedikit waktu, untuk diisi dulu dengan dzikir-dzikir dan doa. Maka Ulama fiqih menghukumi tidur setelah shalat Shubuh sebagai makruh karena pada saat itu rezki akan dibagikan sehingga tidak baik tidur pada waktu tersebut.

Ibnu Abbas setelah melihat anaknya dalam keadaan tidur setelah shalat Shubuh, dia berkata kepada anaknya, “Bangunlah, apakah kamu hendak tidur di waktu rezki dibagikan?”

Kebiasaan tidur setelah shalat Shubuh menurut Umar bin Khattab juga dapat menyebabkan otak tumpul,  terputusnya pernikahan dan menyebabkan tabiat menjadi kasar dan keras.

Demikian juga tidur setelah waktu Ashar (Aylulah), diambil dari kata illat, yang bermakna penyakit.

Kebiasaan tidur setelah Ashar secara kesehatan dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti datangnya penyakit, rentan mengalami stress dan depresi serta mengurangi kekuatan hafalan seseorang.  Maka, mayoritas mereka yang hobi tidur setelah Ashar, ketika bangun akan merasa letih dan lelah meskipun baru bangun dari tidur, dan pengin tidur lagi. Terlebih tidur setelah shalat Maghrib, sangat tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan lalai shalat Isya pada awal waktu. Seperti disebutkan di dalam hadits:

أنَّ النَّبيّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ، قَالَ: وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا، وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

Artinya: “Bahwasannya Nabi saw suka untuk mengakhirkan waktu Isya’, membenci tidur sebelumnya, dan membenci bincang-bincang setelah Isya’.” (HR Bukhari dan Muslim).

16.   Dianjurkan tidur siang walau sebentar.

Tidur siang (Qaylulah) dipetik dari kata qalil, artinya sedikit. Yaitu tidur sejenak barang 15-30 menit, sebelum atau sesudah shalat Dzuhur. Orang Barat malah menerapkannya, dan mereka menyebutkannya “power snap”. Yaitu tidur untuk merenggangkan otot dan mengembalikan stamina tubuh. Qaylulah juga bisa dilakukan setelah shalat Tahajjud sebelum Subuh, dengan catatan tentunya Subuhnya jangan sampai terlewatkan pada awal waktu.

Demikianlah, dengan mengamalkan sunnah-sunnah Nabi dalam masalah tidur, menunjukkan kecintaan kita kepada Nabi. Itulah pola tidur terbaik yang berdampak pada pahala, keberkahan, dan kesehatan . Semoga kita bisa mengamalkan sunnah Nabi dalam hal tidur ini. Sehingga tidur kita lebih bernilai ibadah dan takwa. Aamiin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...