Adab Tidur
Mengapa tidur ada adabnya? Sebab
tidur yang berdampak pada pahala, keberkahan, dan kesehatan, ketika adab/sopan-santun/tatacara/etikanya
benar. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang memiliki fungsi
fisologis dan psikologis untuk kesehatan tubuh. Jika seseorang tidak
mendapatkan tidur yang baik, maka ia akan mengalami gangguan fungsi organ-organ
tubuh, termasuk otak. Seseorang yang pada malam harinya kurang tidur akibat
begadang sampai larut malam, maka bisa dipastikan paginya ia tidak tampak
segar. Untuk beraktivitas terasa malas dan untuk berpikir juga lemah. Apalagi
untuk mengendarai mobil dalam keadaan kurang tidur atau mengantuk, dapat
membahayakan perjalanan.
Tidur juga dikatakan karunia
Allah, karena dalam tidur manusia dapat beristirahat dengan sempurna, bahkan
bias bermimpi apa saja seperti layaknya nonton film atau sebagai pemainnya.
Kadang mimpi baik, kadang mimpi buruk. Kadang apa yang ada di mimpi, ada dalam
kenyataan. Kadang mimpi merupakan harapan
yang terpendam.
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا
فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan karena rahmat-Nya,
Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu
dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar
kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS Al-Qashash [28]: 73).
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
Artinya: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. (QS
An-Naba [78]: 9).
Berdasarkan Sunnah Rasulullah saw, adab tidur adalah sebagai
berikut:
1.
berniat tidur dengan
Bismillah, untuk bangun shalat Tahajud.
Insya-Allah nanti
waktunya Shalat Tahajud Allah akan membangunkan. Tinggal setelah terbangun
segera dilanjutkan wudhu dan shalat tahajud. Jangan dilambat-lambatkan, nanti
bisa tidur lagi, akhirnya tahajud lewat lagi. Kecuali sudah niat tahajud,
mungkin kecapean, terbangun benar-benar agak telat hingga adzan Subuh
berkumandang, maka sudah tercatat baginya pahala shalat Tahajud. Selagi Tahajud
itu sudah menjadi kebiasaannya. Disebutkan di dalam Hadits Riwayat An-Nasa’i:
مَنْ أَتَى فِرَاشَهُ،
وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يَقُوْمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَغَلَبَهُ النَّوْمُ حَتَّى
يُصْبِحَ، كُتِبَ لَهُ مَا نَوَى، وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً مِنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Artinya:
“Barangsiapa yang naik ke atas ranjangnya (untuk tidur), sedang ia telah
berniat untuk bangun melakukan shalat di malam hari (tahajud). Namun ia
tertidur hingga waktu Shubuh, maka ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan
dan tidurnya itu adalah sedekah dari Tuhannya.”
2.
Segera tidur selepas shalat
Isya
Kecuali jika ada aktivitas yang
bernilai ibadah, seperti: berdzikir, baca Quran, berdiskusi, dakwah,
silaturahim, dsb. Tinggalkan begadang malam dengan obrolan yang tidak
bermanfaat, main game, kartu, nonton televisi, musik, dsb.
Di dalam hadits disebutkan, yang
artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membenci tidur sebelum shalat
‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya (Isya).” (HR Bukhari).
Khalifah
‘Umar bin Khattab memperingatkan orang yang begadang setelah shalat Isya,
dengan mengatakan, “apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di
akhir malam tertidur lelap?!”
Ibnu Baththol
menjelaskan, Nabi tidak suka pada orang-orang yang begadang setelah shalat
‘Isya tanpa nilai ibadah, karena agar dapat melaksanakan shalat malam (Tahajud)
dan shalat shubuh berjama’ah.
3.
Tidur dalam keadaan
berwudhu.
Rosulullah saw menganjurkan:
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ.
Artinya:
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu’
terlebih dahulu sebagaimana wudhu’mu untuk melakukan shalat.” (HR Bukhari dan
Muslim).
4.
Berbaring hendaknya
mendahulukan posisi menghadap ke sebelah kanan .
Yaitu rusuk kanan sebagai
tumpuan dan berbantal dengan tangan kanan atau berbantal selainnya. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah saw:
اِضْطَجِعْ عَلَى شَقِّكَ اْلأَيْمَنِ.
Artinya: “Berbaringlah di atas
rusuk sebelah kananmu.” (HR Bukhari dan Muslim ).
5.
Tidak tidur telungkup
(tengkurep)
إِنَّهَا ضَجْعَةٌ يَبْغَضُهَا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ.
Artinya: “Sesungguhnya (posisi
tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.”
(HR Abu Dawud).
6.
Boleh tidur telentang
Rasulullah saw pernah tidur
telentang di masjid dengan meletakkan satu kaki di atas kaki lainnya. Tentu
tidur dalam keadaan terlentang dengan menjaga aurat tidak terbuka.
7.
Membaca ayat-ayat suci
Al-Qur-an
Antara lain 10 Ayat Al-Baqarah :
empat ayat Surat Al-Baqarah (ayat 1-4), ayat kursi (Al-Baqarah 255) plus dua
ayat sesudahnya (ayat 256-257), dan tiga akhir Al-Baqarah (ayat 284-286).
Ayat-ayat tersebut untuk mengusir syaitan yang tinggal di dalam rumah.
8.
Mandi Ayat.
Maksudnya, membaca tiga Qul (Qul
Huwallaahu Ahad, Qul a’uudzu bi Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas).
Setelah membaca tiga surat tersebut tiupkan ke kedua tangan, lalu usapkan ke
seluruh tubuh, dimulai dari wajah terus ke badan hingga ke kaki/yang
terjangkau, tiga kali. (HR Bukhari dan Muslim).
9.
Membaca Dzikir Fathimah
Oleh karena awalnya diajarkan
Nabi kepada puterinya, Fathimah. Yaitu seperti dzikir sesudah shalat, yaitu:
membaca Tasbih (Subhaanallaah) 33x, Tahmid (Alhamdulillah) 33x, Takbir (Allahu
Akbar) 33x, plus Tahlil (Laa Ilaaha illallah) 1x, jumlah 100.
10.
Membersihkan tempat tidur
Khawatir ada makhluk di situ
seperti semut, debu, atau lainnya.
11.
Melakukan Muhasabah Diri
Yakni dengan bertaubat, beristighfar, memaafkan
saudaranya, evaluasi amalan seharian, menyampaikan wasiat jika diperlukan,
dsb). Sehingga bersih tempat tidur, bersih pula hati.
12.
Membaca doa hendak tidur
Antara lain doanya:
باسمِكَ اللَّهُمَ أَحْيا وأمُوتُ
Artinya: “Dengan nama-Mu ya
Allah, aku hidup dan aku mati.” (HR Bukhari).
13.
Bangun tidur membaca doa
Di antaranya dengan doa:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا
وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
Artinya: “Segala puji bagi
Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah
kami dibangkitkan.” (HR Bukhari).
14.
Mimpi buruk jangan
diceritakan
Jika bermimpi
buruk janganlah diceritakan ke orang lain, karena itu dari syaitan.
Berlindunglah dari godaan syaitan.Syaitan hendak membuat sedih kaum mukminin,
sebagaimana firman Allah, yang artinya:
“Sesungguhnya
pembicaraan rahasia itu dari setan, dengan tujuan agar orang-orang beriman itu
bersedih hati, padahal pembicaraan itu tidaklah memberi mudarat sedikitpun
kepada mereka kecuali dengan izin Allah ….” (QS Al-Mujadalah: 10).
Maka, jika
bermimpi buruk dan terbangun, berlindunglah kepada Allah dari keburukan mimpi,
dengan membaca Ta’awudz. Kemudian berilah isyarat meludah sedikit ke arah kiri
sebanyak tiga kali, lalu mengubah posisi tidurnya. Baik pula bangun untuk
berwudhu dan membaca ayat-ayat dan dzikir seperti hendak tidur semula.
15.
Usahakan tidak tidur pada
waktu-waktu yang tidak dianjurkan
Seperti
setelah shalat Subuh, setelah shalat Ashar dan setelah shalat Maghrib. Tidur
setelah shalat Subuh (Haylulah) diambil dari kata hala-yahulu-haulan yang
bermakna mencegah atau menghalangi. Kebiasaan tidur setelah shalat Subuh akan
menghalangi datang rejeki kepada seseorang. Ini waktu tidak yang sangat tidak
dianjurkan. Kecuali mungkin orang-orang yang pada malam harinya mendapat tugas
ronda (jaga malam), atau membantu orang lain hingga menjelang pagi (seperti
ketika ada musibah, bencana), jihad di jalan Allah yang memaksanya sampai
menjelang pagi, atau penyakit tertentu yang memaksanya tidur pagi. Tentu ini
bukan menjadi kebiasaan, hanya dalam keadaan tertentu. Juga sebaiknya menunggu
sedikit waktu, untuk diisi dulu dengan dzikir-dzikir dan doa. Maka Ulama fiqih
menghukumi tidur setelah shalat Shubuh sebagai makruh karena pada saat itu
rezki akan dibagikan sehingga tidak baik tidur pada waktu tersebut.
Ibnu Abbas
setelah melihat anaknya dalam keadaan tidur setelah shalat Shubuh, dia berkata
kepada anaknya, “Bangunlah, apakah kamu hendak tidur di waktu rezki dibagikan?”
Kebiasaan
tidur setelah shalat Shubuh menurut Umar bin Khattab juga dapat menyebabkan
otak tumpul, terputusnya pernikahan dan
menyebabkan tabiat menjadi kasar dan keras.
Demikian juga
tidur setelah waktu Ashar (Aylulah), diambil dari kata illat, yang bermakna
penyakit.
Kebiasaan
tidur setelah Ashar secara kesehatan dapat menimbulkan beberapa efek samping,
seperti datangnya penyakit, rentan mengalami stress dan depresi serta
mengurangi kekuatan hafalan seseorang.
Maka, mayoritas mereka yang hobi tidur setelah Ashar, ketika bangun akan
merasa letih dan lelah meskipun baru bangun dari tidur, dan pengin tidur lagi. Terlebih
tidur setelah shalat Maghrib, sangat tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan
lalai shalat Isya pada awal waktu. Seperti disebutkan di dalam hadits:
أنَّ النَّبيّ صلى الله عليه وسلم
كَانَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ، قَالَ: وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا،
وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
Artinya:
“Bahwasannya Nabi saw suka untuk mengakhirkan waktu Isya’, membenci tidur sebelumnya,
dan membenci bincang-bincang setelah Isya’.” (HR Bukhari dan Muslim).
16.
Dianjurkan tidur siang
walau sebentar.
Tidur siang
(Qaylulah) dipetik dari kata qalil, artinya sedikit. Yaitu tidur sejenak barang
15-30 menit, sebelum atau sesudah shalat Dzuhur. Orang Barat malah
menerapkannya, dan mereka menyebutkannya “power snap”. Yaitu tidur untuk
merenggangkan otot dan mengembalikan stamina tubuh. Qaylulah juga bisa
dilakukan setelah shalat Tahajjud sebelum Subuh, dengan catatan tentunya
Subuhnya jangan sampai terlewatkan pada awal waktu.
Demikianlah, dengan mengamalkan
sunnah-sunnah Nabi dalam masalah tidur, menunjukkan kecintaan kita kepada Nabi.
Itulah pola tidur terbaik yang berdampak pada pahala, keberkahan, dan kesehatan
. Semoga kita bisa mengamalkan sunnah Nabi dalam hal tidur ini. Sehingga tidur
kita lebih bernilai ibadah dan takwa. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar