Minggu, 27 Oktober 2024

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."





Latar Belakang

Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti berwudlu, mencuci piring, atau aktivitas lainnya. Air, sebagai salah satu sumber daya alam yang terbatas, sering kali digunakan secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak jangka panjang. Di berbagai tempat, termasuk di lingkungan penulis, terlihat kebiasaan membuka keran air secara penuh dan terus menerus, bahkan ketika tidak digunakan langsung. Situasi ini menimbulkan keprihatinan tentang bagaimana masyarakat dapat mengelola air dengan bijaksana, bukan hanya sebagai kebutuhan pribadi, tetapi juga sebagai tanggung jawab bersama untuk masa depan.

Kajian Ilmiah dari Berbagai Sudut Keilmuan

  1. Kajian Ekologi dan Lingkungan

    • Penggunaan air secara berlebihan memperburuk masalah lingkungan, mengurangi cadangan air tanah, dan menambah beban pada sumber daya air yang terbatas. Dalam skala global, pemborosan air mempercepat krisis air, mempengaruhi kualitas dan kuantitas air untuk generasi mendatang.
  2. Kajian Ekonomi

    • Air yang boros juga meningkatkan biaya pemakaian, baik dalam skala rumah tangga maupun dalam konteks negara. Penggunaan air yang tidak efisien di tingkat masyarakat dapat mengakibatkan kenaikan tarif air dan peningkatan biaya pemeliharaan infrastruktur.
  3. Kajian Sosial dan Budaya

    • Kebiasaan boros air sering terjadi karena kurangnya pemahaman akan nilai air. Dalam konteks budaya tertentu, air dianggap sebagai sumber daya yang mudah didapat, sehingga masyarakat cenderung mengabaikan kebutuhan untuk hemat. Menumbuhkan budaya hemat air melalui pendidikan dan sosialisasi sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan perilaku dalam masyarakat.
  4. Kajian Keagamaan

    • Banyak ajaran agama mengajarkan hemat dalam menggunakan sumber daya, termasuk air. Dalam Islam, misalnya, ada ajaran untuk tidak berlebihan (israf) dalam menggunakan air, bahkan saat berwudlu. Menghargai air sebagai nikmat yang harus dijaga adalah bagian dari kepedulian spiritual yang dapat menjadi dasar perubahan perilaku dalam masyarakat.
  5. Kajian Teknik dan Teknologi

    • Pengembangan teknologi untuk efisiensi air dapat membantu dalam pengurangan konsumsi air berlebihan. Inovasi seperti keran otomatis, sistem resirkulasi, dan teknologi filterisasi dapat diterapkan untuk mengurangi pemborosan air di rumah tangga maupun di skala industri.

Kesimpulan

Penggunaan air secara bijaksana adalah tanggung jawab kita bersama, yang melibatkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta teknologi. Melalui perubahan perilaku dan penerapan teknologi yang mendukung, serta dengan pendekatan lintas keilmuan, kita dapat menciptakan kebiasaan yang lebih berkelanjutan dan mewariskan sumber daya air yang mencukupi bagi generasi yang akan datang.

Minggu, 16 Juni 2024

Kurban



Perintah Kurban

Surat Al-Kautsar ayat 2:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Artinya: "Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT)."

Niat Kurban

اللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنِّي يَا كَرِيمُ

Artinya: "Ya Tuhanku, hewan ini merupakan nikmat dari-Mu, dan dengan ini aku bertaqarrub kepada-Mu. Karena-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, terimalah kurbanku."

Doa Penyembelih

بِسْمِ اللهِ

Dengan Menyebut Nama Allah

اَللهُ أَكْبَرُ

Allah Maha Besar

Doa Orang yang Berkurban Ketika Hewan Kurbannya disembelih

اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam keadaan tunduk (dan menyerahkan diri), dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.

Orang yang Tidak Mau Berkurban

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَة: َأنَّ رَسُوْل اللهِ صلى الله عليه وسلم قال: مَنْ كَانَ لهُ سَعَة وَلمْ يَضَحْ فَلا يَقْربَنَّ مُصَلَّانَا (رواه احمد وابن ماجه)

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW telah bersabda, "barangsiapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat sholat kami." (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

 

Selasa, 04 Juni 2024

Pengertian, Hukum, Unsur, Tujuan, Metode Dakwah

 


PENGERTIAN DAKWAH

Secara bahasa dakwah berasal dari kata dasar (masdar) kata kerja da'a-yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Secara istilah, dakwah berarti kegiatan yang bersifat mengajak dan memanggil orang untuk taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariah dan ahlak Islamiyah. 

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata ''ilmu'' dan kata ''Islam'', sehingga menjadi ''ilmu dakwah'' dan ''dakwah Islam''. 

Ilmu dakwah didefinisikan sebagai suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan tentang bagaiamana seharusnya menarik perhatian orang lain untuk menganut, menyetujui dan atau melaksanakan suatu ideologi/agama, pendapat atau pekerjaan tertentu.

Orang yang menyampaikan dakwah disebut ''dai'' (juru dakwah), sedangkan orang yang menjadi obyek dakwah disebut mad'u. 

HUKUM DAKWAH

Hukum menyampaikan dakwah Islam, para ulama berlainan pendapat dalam menentukannya. Ada yang menetapkannya sebagai fardu kifayah (kewajiban kolektif) ada pula yang menetapkan fardu ain. Semuanya sama-sama mendasarkan pendapatnya kepada  Alquran surah Ali Imran ayat 104: 

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. 

Kata minkum dalam ayat di atas ada yang menganggap mengendung pengertian tab'id (bagian), sehingga hukum dakwah menjadi fadu kifayah. Sedangkan, sebagian lainnya menganggapnya sebagai za'idah (tambahan), sehingga hukumnya menjadi fardu ain.  

UNSUR-UNSUR DAKWAH

Unsur-unsur dakwah, yaitu:

  1. Da’i atau juru dakwah: yang bertugas sebagai komunikator yang berkewajiban untuk menyampaikan isi dakwah, baik kepada pribadi, kelompok ataupun masyarakat.       
  2. Materi dakwah: isi pesan atau isi dakwah yang dikombinasikans ecara efektif kepada penerima dakwah. 
  3. Penerima dakwah: audience, public atau massa yang menjadi sasaran, ke mana dakwah ditujukan. 
  4. Media dakwah: saluran dakwah dengan saluran mana dakwah disampaikan. Apakah melalui lisan, tulisan, visual dan audio visual bahkan saluran uswatun hasanah (teladan yang baik) dan amal usaha. 
  5. Efek dakwah: hasil yang dapat dicapai dengan dakwah yang telah disampaikan. Isi dakwah yang disampaikan itu dapat mencapai sasarannya.

MACAM-MACAM DAKWAH

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, macam-macam dakwah dibedakan dari cara penyampaiannya. Macam-macam dakwah terdiri dari 6 pembagian, yaitu:

Dakwah Fardiah adalah metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada individu lain (satu orang) atau kepada banyak orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya, Dakwah Fardiah berlangsung tanpa adanya kesiapan dan tersusun secara tertib.

Contoh Dakwah Fardiah ini di antaranya yaitu saat seseorang menasihati teman sekantor, atau memberikan teguran, anjuran, dan memberi contoh. Contoh lainnya yaitu saat seseorang mengunjungi orang sakit, pada acara tahniah, hingga pada saat upacara kelahiran.

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilaksanakan seseorang dengan media lisan yang diarahkan kepada orang banyak dengan tujuan memberi pengaruh kepada orang lain. Contoh media yang dipakai dalam Dakwah Ammah adalah khotbah atau pidato. Biasanya, orang yang melakukan Dakwah Ammah ini bisa perorangan atau ada organisasi yang memang bergerak dalam bidang dakwah.

Dakwah bil-lisan adalah dakwah yang secara langsung disampaikan dalam wujud lisan, sehingga ada interaksi yang terjalin antara pemberi dakwah dengan orang yang mendengarkan dakwah tersebut. Pada dakwah lisan atau dakwah langsung, seseorang bisa langsung mendengarkan dan memahami apa yang telah disampaikan oleh pemberi dakwah.

Jika ada hal-hal yang belum dipahami, maka orang tersebut bisa langsung menanyakan hal tersebut agar lebih jelas dan mampu dipahami. Dakwah bil-lisan ini akan menjadi efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, dan disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.

Dakwah Bilhal adalah dakwah dengan contoh perbuatan yang nyata. Dakwah ini dimaksudkan agar si penerima dakwah mengikuti jejak dan hal ihwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini dilaksanakan dengan maksud tidak hanya membuat pendengar memahami arti yang disampaikan dari dakwah tersebut, tapi juga mengaplikasikan berbagai perbuatan yang dicontohkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Contohnya, pada saat pertama kali Nabi Muhammad SAW tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan dakwah bil-haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.

Dakwah bit-Tadwin adalah dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, tulisan internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.

Dakwah bit-tadwin tidak akan musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwin ini Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada.”

Dakwah bil Hikmah yakni dakwah yang disampaikan dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa. Hal ini mengakibatkan pihak objek dakwah bisa melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Kata lain dakwah bil-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

TUJUAN DAKWAH

Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah SWT sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing. Tujuan dakwah dalam Islam terbagi menjadi dua dari segi objek dan materinya. Berikut tujuan dakwah dalam Islam:

 

Tujuan Dakwah dalam Islam dari Objeknya

Tujuan dakwah perorangan, yaitu bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari’atkan Allah SWT dan berakhlaq karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia menjadi muslim secara tuntas, dari ujung rambut sampai kedua telapak kakinya,sebagaimana diperintahkan Allah SWT. QS. Al-Baqarah: 208:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Tujuan dakwah untuk keluarga, yaitu bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia, penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga. Allah berfirman Q.S. Ar-Rum: 21:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Tujuan dakwah untuk masyarakat, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat sejahtera yang penuh dengan suasana ke-Islaman. Suatu masyarakat di mana anggotanya mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam sekitarnya, saling bantu membantu, penuh rasa persaudaraan. Nabi Muhammad menggambarkan Islam sebagai berikut:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakitnya)” Shahih Muslim 4685)

Tujuan dakwah untuk umat manusia, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat dunia yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa diskriminasi dan ekploitasi, saling tolong-menolong, dan menghormati. Demikian, keseluruhan umat manusia dapat menikmati islam sebagai rahmat bagi mereka. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Qs. Al-Anbiya: 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

TUJUAN DAKWAH DARI MATERINYA

Dakwah akidah, yaitu tertanamnya suatu akidah yang mantap di setiap hati seseorang, sehingga keyakinan tentang ajaran-ajaran Islam itu tidak lagi dicampuri dengan rasa keraguan. Realisasi dari tujuan dakwah ini ialah bagi orang yang belum beriman agar menjadi beriman; bagi orang yang imannya karena melalui dalil nakhli dan dalil akli, bagi orang yang imannya masih diliputi dengan keraguan menjadi orang yang imannya mantap sepenuh hati.

Dakwah hukum, yaitu kepatuhan setiap orang terhadap hukum-hukum yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Realisasi tujuan dakwah ini ialah orang yang belum melakukan ibadah menjadi orang yang mau melakukan ibadah dengan penuh kesadaran, bagi orang yang belum mematuhi peraturan-peraturan agama Islam menjadi orang yang mau mematuhi peraturan dengan kesadarannya sendiri.

Dakwah akhlak, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang luhur, dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji dan bersih dari sifat-sifat yang tercela.

DAKWAH MUHAMMADIYAH

Berdiri sejak tahun 1912, kini kiprah dakwah Muhammadiyah telah berusia satu abad lebih. Tidak hanya usianya yang tua tetapi dakwahnya pun telah menyebar luas ke pelosok Indonesia hingga menjangkau internasional melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah di 29 negara.

  1. Kairo – Mesir    
  2. Iran      
  3. Sudan  
  4. Belanda           
  5. Jerman
  6. Uk (Inggris)      
  7. Libya   
  8. Malaysia          
  9. Prancis
  10. Amerika Serikat
  11. Jepang 
  12. Pakistan          
  13. Australia          
  14. Rusia   
  15. Taiwan 
  16. Tunisia 
  17. Turki    
  18. Korea Selatan   
  19. Tiongkok          
  20. Arab Saudi       
  21. India    
  22. Maroko
  23. Yordania          
  24. Yaman 
  25. Spanyol           
  26. Hongaria          
  27. Thailand           
  28. Kuwait 
  29. New Zealand

Kiprah tersebut tidak lepas dari metode dakwah yang digunakan Muhammadiyah sejak awal berdiri sampai saat ini dalam rangka mendidik dan mencerahkan kehidupan. Ada empat metode yang dipakai Muhammadiyah (Menurut Afnan Hadikusumo):

Pertama dakwah bil lisan (melalui perkataan) dilakukan Muhammadiyah antara lain melalui ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, seminar dan nasihat-nasihat.

Kedua dakwah bil-hal, yaitu metode dakwah melalui perbuatan langsung. “Sehingga sejak dulu Muhammadiyah sebagaimana dicontohkan Kiai Dahlan ketika berdakwah selalu memberi tauladan seperti mendirikan penolong kesengsaraan oemom atau PKO (kini, rumah sakit), pembagian zakat shodaqah dan qurban melalui panitia.

Dalam dakwah bil-hal, Muhammadiyah mempelopori adanya kepanitiaan pengelolaan zakat, infaq, shodaqah termasuk qurban untuk diperuntukan kepada para anak yatim, fakir miskin di Yogyakarta diawal berdirinya Muhammadiyah. Metode ini sekaigus implementasi dakwah Muhammadiyah dalam menjalankan perintah al-qur’an dalam surat al-ma’un.

Melalui surat al-maun, Muhammadiyah tidak hanya memaknainya tetapi mempraktikkan menjadi dakwah bil-hal yaitu menyantuni anak yatim, fakir miskin higga berdirinya penolong kesengsaraan omom (sekarang, PKU) dan pelayanan sosial berupa panti asuhan.

Praktik dakwah ini begitu kuat dan mengakar karena dicontohkan langsung oleh Kiai Dahlan bersama muridnya diawal dakwah Muhammadiyah hadir menyantuni dan memberi makan fakir miskin dan gelandangan serta mendidik anak yatim di sekitaran Kauman, Yogyakarta.

Ketiga dakwah bi-tadwin adalah metode dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Para tokoh awal Muhammadiyah hingga ini menggunakan metode tulisan untuk menyampaikan penjelasan mengenai seruan yang hendak disampaikan seluas-luasnya kepada warga, anggota, pimpinan Muhamadiyah dan masyarakat.

Keberadaan tradisi tulisan atau dokumentasi sampai saat ini masih bermanfaat, misalnya hadirnya Majalah Suara Muhammadiyah mensyiarkan mengenai puasa ada dokumentasinya di Perpustaan Leiden, Belanda dan buku-buku Kepanduan yang menjadi cikal bakal dokumentasi latihan Hizbul Wathan pada tahun 1914. 

Keempat adalah dakwah bil-hikmah yaitu menyampaikan seruan secara arif dan bijaksana. Jadi kalau ingin mengingatkan, Muhammadiyah cenderung menyampaikan dengan arif dan bijaksana. Bahkan, mengingatkan dengan cara ini telah menjadi tradisi di Muhammadiyah bagaimana menggunakan surat keroganisasiannya sebagai sebuah saran, krititik dan mengingatkan. 

Kadang kala muhammadiyah tidak menyampaikan kerja nyatanya di media masa atau media sosial tetapi dengan surat menyurat sudah menjadi tradisi Muhammadiyah sejak dulu, supaya diingatkan itu tidak merasa malu dan sakit hati.

 

Minggu, 05 Mei 2024

Keutamaan Haji Mabrur

 


Amalan Paling Utama

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus dan Musa bin Isma'il keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang Islam, manakah yang paling utama? Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya". Lalu ditanya lagi: "Lalu apa?" Beliau menjawab: "Al Jihad fi sabilillah (berperang di jalan Allah). Lalu ditanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Jawab Beliau shallallahu 'alaihi wasallam: "haji mabrur". (Kitab Bukhari, Hadits No 25)

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْمُبَارَكِ حَدَّثَنَا خَالِدٌ أَخْبَرَنَا حَبِيبُ بْنُ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ أَفَلَا نُجَاهِدُ قَالَ لَا لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Al Mubarak telah menceritakan kepada kami Khalid telah mengabarkan kepada kami Habib bin Abu 'Amrah dari Aisyah binti Tholhah dari 'Aisyah Ummul Mukminin radliallahu 'anha ia berkata: "Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah sebaik-baiknya amal, maka apakah kami tidak boleh berjihad?". Beliau bersabda: "Tidak, namun sebaik-baik jihad bagi kalian (para wanita) adalah haji mabrur".  (Kitab Bukhari, Hadist No – 1423)

Menjadi Penghapus Dosa & Beroleh Surga

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sumayya, maulana Abu Bakar bin 'Abdurrahman dari Abu Shalih As-Samman dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw berkata: "Umrah demi 'umrah berikutnya menjadi penghapus dosa antara keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga".  (Kitab Bukhari: Hadist No – 1650)

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ تُكَفِّرُ مَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Sumai dari Abu Shalih dari Abu Hurairah berkata; Nabi saw bersabda: "Umrah yang satu ke umrah yang lain menghapus dosa di antara keduanya dan balasan haji mabrur tiada lain kecuali surga". Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan shahih." (Kitab Tirmidzi Hadits No. 855)

Menghilangkan Kemiskinan

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلَّا الْجَنَّةُ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عُمَرَ وَعَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ حُبْشِيٍّ وَأُمِّ سَلَمَةَ وَجَابِرٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Abu Sa'id Al Asyajj berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari Amru bin Qais dari 'Ashim dari Syaqiq dari Abdullah bin Mas'ud berkata; Rasulullah saw bersabda: "Lakukanlah haji dan umrah dalam waktu yang berdekatan, karena keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan menghapus dosa sebagaimana al kir menghilangkan karat besi, emas dan perak. Tidak ada balasan haji mabrur kecuali syurga." Hadits semakna diriwayatkan dari Umar, Amir bin Rabi'ah, Abu Hurairah, Abdullah bin Hubsyi, Umu Salamah dan Jabir. Abu 'Isa berkata; "Hadits Ibnu Mas'ud merupakan hadits hasan gharib dari hadits Ibnu Mas'ud." (Kitab Tirmidzi Hadits No 738)

حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ قَالَ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ قَيْسٍ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ دُونَ الْجَنَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar berkata; Aku mendengar Amru bin Qais dari 'Ashim dari Syaqiq dari Abdullah ia berkata; Rasulullah saw bersabda: "Iringilah antara haji dan umrah, sebab keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana alat pandai besi menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak ada pahala bagi haji mabrur selain surga." (Kitab Ahmad: Hadits No 3487)

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا أَبَانُ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ إِيمَانٌ لَا شَكَّ فِيهِ وَغَزْوٌ لَا غُلُولَ فِيهِ وَحَجٌّ مَبْرُورٌ وَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يَقُولُ وَحَجَّةٌ مَبْرُورَةٌ تُكَفِّرُ خَطَايَا تِلْكَ السَّنَةِ

Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Aban berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ja'far dari Abu Hurairah, dia berkata; beliau ditanya; "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling utama?" maka beliau menjawab: "keimanan yang tidak campuri dengan keraguan, perang yang tidak disertai dengan mencuri harta ghonimah, dan haji mabrur." Dan Abu Hurairah berkata; "Haji mabrur dapat menghapus dosa pada tahun tersebut." (Kitab Ahmad, Hadits No 8225)

حَدَّثَنَا مَرْوَانُ الْفَزَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْإِيمَانِ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِيمَانٌ لَا شَكَّ فِيهِ وَغَزْوٌ لَا غُلُولَ فِيهِ وَحَجٌّ مَبْرُورٌ قَالَ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ حَجٌّ مَبْرُورٌ يُكَفِّرُ خَطَايَا تِلْكَ السَّنَةِ قَالَ مَرْوَانُ لَا شَكَّ فِيهِ عَنْ الْحَجَّاجِ الصَّوَّافِ أَوْ عَنْ هِشَامٍ

Telah menceritakan kepada kami Marwan Al Fazari berkata; telah mengabarkan kepada kami Hisyam Ad Dastuwa`i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Ja'far dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah saw bersabda: "Keimanan yang paling utama di sisi Allah Azza Wa Jalla adalah keimanan yang tidak ada keraguan di dalamnya, jihad yang tidak ada ghulul (mengambil harta ghanimah sebelum di bagikan) di dalamnya dan haji yang mabrur." (Abu Ja'far) berkata; Abu Hurairah berkata; "Haji mabrur dapat menghapuskan kesalahan pada tahun tersebut." Dan Marwan berkata; "Tidak diragukan bahwa haidts itu dari riwayat Al Hajjaj Ash Shawwaf atau dari Hisyam." (Kitab Ahmad Hadits No 9323)

Haji Mabrur

حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ثَابِتٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ قَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَا الْحَجُّ الْمَبْرُورُ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ

Telah bercerita kepada kami Abdushshamad telah bercerita kepada kami Muhammad bin Tsabit telah bercerita kepada kami Muhammad bin Al Munakdir dari Jabir berkata; Rasulullah saw bersabda: "Haji mabrur, tidak ada balasan baginya melainkan hanya syurga", Mereka bertanya, Wahai Nabiyulloh apa itu haji yang mabrur? (Rasulullah saw) bersabda: "Memberikan makanan dan menyebarkan salam".(Kitab Ahmad  Hadist No – 13958)

حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ثَابِتٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجٌّ مَبْرُورٌ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ قَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ مَا الْحَجُّ الْمَبْرُورُ قَالَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ

Telah bercerita kepada kami Abdusshamad telah bercerita kepada kami Muhammad bin Tsabit telah bercerita kepada kami Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir berkata; Rasulullah saw bersabda: "Haji mabrur, tidak ada balasan baginya melainkan hanya syurga", Mereka bertanya, Wahai Nabiyulloh apa itu haji yang mabrur? (Rasulullah saw) bersabda: "Memberikan makanan dan menyebarkan salam".(Kitab Ahmad, Hadits No - 14055)

Motivasi Ibadah Haji

 


Niat yang Murni: niat dalam beribadah haruslah murni hanya untuk mencari ridha Allah SWT semata. Hindari niat untuk mencari popularitas, pujian dari orang lain, atau keuntungan dunia lainnya, merusak tujuan utama ibadah.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ...

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, (Q.S. 98: Al-Bayyinah, 5)

Mendekatkan Diri kepada Allah: Haji adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ingatkan bahwa setiap ritual haji memiliki makna mendalam yang mengajarkan kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya.

Meningkatkan Kepatuhan terhadap Perintah Allah SWT: Menekankan bahwa haji adalah perintah Allah SWT yang wajib bagi yang mampu, sehingga melaksanakannya dengan sungguh-sungguh merupakan bentuk ketaatan yang tinggi kepada-Nya.

Keberkahan dalam Melaksanakan Ibadah Haji: Menekankan betapa besar keberkahan yang terkandung dalam ibadah haji, dan bagaimana ibadah ini dapat menjadi pembaharuan spiritual yang mendalam bagi seseorang.

Peluang untuk Menebus Dosa: Mengingatkan bahwa haji adalah salah satu cara untuk menebus dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu, sehingga menjadi kesempatan emas untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun, dosa-dosa tersebut akan tetap berlaku jika haji dilakukan dengan motif yang salah.

Kesempatan untuk Peningkatan Kualitas Iman dan Ilmu: Menyampaikan bahwa haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dan intelektual. Dengan memperdalam ilmu dan memahami tata cara haji dengan baik, seseorang dapat menguatkan iman dan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat. Tunjukkan bahwa ibadah haji dapat membawa perubahan positif dalam diri, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Mendapatkan Pemahaman yang Mendalam: ibadah haji juga harus mencakup usaha untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang makna dan hikmah dari setiap tindakan yang dilakukan. Dengan memahami secara mendalam, ibadah haji akan menjadi lebih bermakna dan berkesan.

Pentingnya Merasakan Persaudaraan Umat Islam: Mengajak untuk merasakan kebersamaan dan persaudaraan umat Islam dari berbagai belahan dunia yang berkumpul di tanah suci, sehingga dapat mempererat rasa persatuan dalam keberagaman.

Menyadari Kebersyukuran atas Nikmat Sehat dan Rezeki: Mengingatkan bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji, sehingga calon jama'ah haji seharusnya bersyukur atas nikmat sehat dan rezeki yang diberikan Allah SWT. Oleh karena itu, motivasi dalam ibadah haji seharusnya didorong oleh kesadaran akan keistimewaan dan kesempatan langka ini, serta kesungguhan untuk memanfaatkannya sebaik mungkin.

Mengatasi Tantangan dengan Keteguhan: Ibadah haji tidaklah selalu mudah, terutama mengingat tantangan fisik, mental, dan emosional yang mungkin dihadapi selama perjalanan. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan diri dengan keteguhan hati dan kekuatan iman untuk menghadapi semua rintangan dengan sabar dan kepasrahan kepada Allah SWT.

Dengan mempertegas motivasi ibadah haji berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan setiap langkah dalam perjalanan haji akan menjadi lebih bermakna dan berarti bagi setiap jama'ah yang melaksanakannya. Ibadah haji yang dilakukan akan lebih bermakna dan mendapatkan ridha Allah SWT. Dapat menjadi penyemangat bagi calon jama'ah haji untuk melaksanakan ibadah haji dengan penuh keikhlasan dan kecintaan kepada Allah SWT.

Sambutan Manasik Haji

 


وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya, “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam” (QS Ali ‘Imran: 97).

Yang terhormat para peserta manasik haji yang kami muliakan,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas rahmat-Nya kita dapat berkumpul pada kesempatan yang berharga ini. Hari ini, kita hadir bersama untuk memperdalam pemahaman kita tentang rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji. Semoga kita semua dapat menjalani manasik ini dengan penuh keikhlasan dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk perjalanan spiritual kita nanti.

Haji merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi kehidupan kita. Dalam perjalanan haji, kita belajar tentang kesabaran, ketabahan, keikhlasan, dan juga arti pentingnya persaudaraan sesama umat Muslim.

Meskipun saat ini kita belum memiliki kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji secara fisik, namun semangat kita untuk belajar dan memahami tata cara haji sebaik mungkin harus tetap berkobar. Manasik haji ini menjadi peluang berharga untuk memperdalam pemahaman kita tentang haji sehingga nantinya kita dapat melaksanakannya dengan lebih baik.

Saya mengajak kita semua untuk memanfaatkan waktu kita selama manasik ini dengan sebaik-baiknya. Mari kita bertanya, berdiskusi, dan bertukar pengalaman agar kita semua dapat merasakan keutamaan dan keistimewaan dari ibadah haji.

Saya berharap, setelah mengikuti manasik ini, kita semua dapat menjadi hamba yang lebih baik lagi, yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam segala aspek kehidupan. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi kita semua dalam perjalanan spiritual ini.

Akhir kata, marilah kita memperbanyak istighfar, doa, dan persiapkan diri kita sebaik mungkin untuk menjadi hamba yang lebih baik di hadapan-Nya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah kita dalam menggapai ridha-Nya. Amin.


Sabtu, 04 Mei 2024

Menggali Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Negara


Dalam sidang yang diselenggarakan untuk mempersiapkan Indonesia merdeka, Radjiman meminta kepada anggotanya untuk menentukan dasar negara. Sebelumnya, Muhammad Yamin dan Soepomo mengungkapkan pandangannya mengenai dasar negara.

Kemudian dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dasar negara dengan menggunakan bahasa Belanda, Philosophische grondslag bagi Indonesia merdeka. Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka.

Soekarno juga menyebut dasar negara dengan istilah ‘Weltanschauung’ atau pandangan dunia. Dapat diumpamakan, Pancasila merupakan dasar atau landasan tempat gedung Republik Indonesia itu didirikan.

Selain pengertian yang diungkapkan oleh Soekarno, “dasar negara” dapat disebut pula “ideologi negara” 

Mohammad Hatta: “Pembukaan UUD, memuat di dalamnya Pancasila sebagai ideologi negara, beserta dua pernyataan lainnya yang menjadi bimbingan pula bagi politik negeri seterusnya, dianggap sendi daripada hukum tata negara Indonesia. Undang-undang ialah pelaksanaan daripada pokok itu dengan Pancasila sebagai penyuluhnya, adalah dasar mengatur politik negara dan perundang-undangan negara, supaya terdapat Indonesia merdeka seperti dicita-citakan: merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.  

Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal tersebut, Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintah negara. Atau dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

Dengan demikian, jelas kedudukan Pancasila itu sebagai dasar negara, Pancasila sebagai dasar negara dibentuk setelah menyerap berbagai pandangan yang berkembang secara demokratis dari para anggota BPUPKI dan PPKI sebagai representasi bangsa Indonesia.  

Pancasila dijadikan sebagai dasar negara, yaitu sewaktu ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada 8 Agustus 1945.

Pada mulanya, pembukaan direncanakan pada tanggal 22 Juni 1945, yang terkenal dengan Jakarta-charter (Piagam Jakarta), tetapi Pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang akan didirikan, yaitu pada 1 Juni 1945, dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 

 

Mahfud MD menyatakan bahwa berdasarkan penjelajahan historis diketahui bahwa Pancasila yang berlaku sekarang merupakan hasil karya bersama dari berbagai aliran politik yang ada di BPUPKI, yang kemudian disempurnakan dan disahkan oleh PPKI pada saat negara didirikan.

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...