Pendahuluan
Dakwah Islam merupakan aktivitas yang bersifat dinamis dan terus
berkembang seiring dengan perubahan zaman. Di era modern yang ditandai oleh
globalisasi, kemajuan teknologi informasi, dan dinamika sosial budaya yang
kompleks, dakwah Islam menghadapi tantangan multidimensional. Tidak hanya
bersifat ideologis dan teologis, namun juga menyangkut aspek sosial, budaya,
politik, dan teknologi. Perubahan cara berpikir masyarakat, arus informasi yang
deras, serta pergeseran nilai-nilai tradisional ke arah modernitas dan
sekularisme, menuntut pendekatan dakwah yang lebih adaptif dan strategis. Oleh
karena itu, upaya menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin harus mampu
menjawab tantangan tersebut dengan bijak dan inovatif.
Pengaruh Teknologi dan Tantangan Era Digital
Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap komunikasi global.
Dakwah Islam, sebagai bentuk komunikasi keagamaan, turut terdampak oleh
perkembangan ini. Teknologi digital menawarkan peluang luar biasa dalam
menyebarluaskan ajaran Islam secara lebih luas dan cepat. Platform media sosial
seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan podcast dakwah menjadi alat baru yang
menjangkau berbagai lapisan masyarakat, terutama generasi muda (Rani, 2023).
Namun demikian, era digital juga membawa tantangan serius. Salah satu tantangan
utama adalah risiko distorsi pesan-pesan agama karena minimnya otoritas
keagamaan yang valid dalam dunia maya.
Sebagai contoh, banyak konten dakwah di media sosial yang diproduksi
oleh pihak-pihak yang belum tentu memiliki kompetensi keagamaan. Hal ini
mengakibatkan munculnya tafsir-tafsir keagamaan yang tidak tepat dan berpotensi
menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat. Selain itu, kesenjangan
digital di kalangan umat Muslim, terutama di wilayah pedesaan dan kalangan
lansia, juga menimbulkan ketimpangan akses terhadap dakwah digital. Untuk itu,
penting bagi para dai untuk menguasai teknologi informasi dan memiliki literasi
media yang baik agar dapat menyampaikan dakwah secara efektif, akurat, dan
sesuai dengan nilai-nilai Islam (Setiawati et al., 2022).
Kendala Sosial-Politik dan Budaya
Globalisasi telah membawa banyak perubahan dalam tatanan sosial dan
budaya masyarakat dunia, termasuk umat Islam. Interaksi lintas budaya yang
semakin intens membuka ruang bagi pengaruh nilai-nilai liberalisme,
sekularisme, dan pluralisme agama yang sering kali bertentangan dengan ajaran
Islam. Dakwah Islam dihadapkan pada tantangan untuk menjaga otentisitas ajaran
Islam sambil tetap membuka diri terhadap dialog dan keterbukaan budaya (HT,
n.d.).
Dalam konteks ini, munculnya berbagai paham seperti Islam liberal, Islam
progresif, dan Islam transnasional turut menambah keragaman dalam pemahaman
keislaman. Meskipun keragaman ini dapat menjadi kekayaan intelektual, namun
tanpa bingkai metodologi dakwah yang kuat, hal tersebut berisiko memecah belah
umat dan membingungkan masyarakat awam. Di sisi lain, terdapat pula tantangan
dari kelompok radikal yang menyampaikan dakwah dengan pendekatan eksklusif dan
konfrontatif, sehingga menimbulkan citra negatif terhadap Islam. Oleh karena
itu, diperlukan pemikiran Islam kontemporer yang mampu menjembatani tradisi dan
modernitas, serta menghadirkan Islam sebagai agama yang mampu memberikan solusi
atas problematika kemanusiaan (Majid, 2023).
Tantangan Komunitas Internal
Selain tantangan eksternal, dakwah Islam juga menghadapi tantangan
internal yang tidak kalah penting. Salah satu isu yang mengemuka adalah
melemahnya pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan umat Muslim
sendiri. Fenomena "penyamaran iman" atau hilangnya identitas
keislaman dalam kehidupan sehari-hari, menjadi indikasi adanya krisis spiritual
di tengah masyarakat modern. Gaya hidup materialistis, individualistis, dan
konsumtif telah menggerus nilai-nilai ukhuwah, keikhlasan, dan pengabdian
kepada Allah SWT (Setiawati et al., 2022).
Di tengah arus modernisasi, banyak umat Islam yang mengalami kebingungan
identitas, antara mengikuti arus zaman atau mempertahankan nilai-nilai Islam.
Hal ini menjadi tantangan serius bagi para dai untuk melakukan revitalisasi
dakwah yang menyentuh aspek spiritual dan moral secara lebih mendalam.
Perdebatan mengenai pluralisme agama juga menjadi bagian dari dinamika internal
umat Islam. Banyak umat yang belum memahami bahwa Islam memandang pluralitas
agama sebagai kenyataan sosiologis yang tidak dapat dihindari, dan tidak
bertentangan dengan prinsip tauhid, asalkan dijalankan dengan semangat
toleransi dan dialog (Hamiruddin, 2019).
Strategi Dakwah Adaptif di Era Modern
Menghadapi tantangan yang kompleks tersebut, dakwah Islam perlu
dirancang dengan strategi yang adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman.
Pertama, penguatan kapasitas dai dalam bidang teknologi informasi menjadi
keharusan. Para dai harus melek digital dan mampu menggunakan berbagai platform
media sosial untuk menyampaikan pesan keagamaan secara menarik, namun tetap
substansial. Konten dakwah harus dikemas secara kreatif, menggunakan bahasa
yang komunikatif, visual yang menarik, serta mengangkat isu-isu kontemporer
yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
Kedua, dakwah harus bersifat kontekstual. Artinya, pesan dakwah harus
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat sasaran. Misalnya, dakwah
kepada remaja di kota besar tentu berbeda dengan dakwah di lingkungan pesantren
atau desa tradisional. Pemahaman terhadap psikologi audiens, tren sosial, serta
kebutuhan aktual masyarakat akan membantu dai dalam menyusun materi dakwah yang
tepat sasaran. Dakwah yang kontekstual juga berarti mampu menjawab
persoalan-persoalan aktual seperti kemiskinan, kerusakan lingkungan,
ketimpangan sosial, dan krisis moral.
Ketiga, pendekatan dakwah harus inklusif dan dialogis. Dalam konteks
masyarakat plural, penting bagi dakwah Islam untuk menekankan nilai-nilai
persaudaraan, toleransi, dan saling menghormati. Alih-alih menonjolkan
perbedaan keyakinan, dakwah seharusnya menjadi jembatan yang mempererat
hubungan antarumat beragama. Sebagai contoh, dakwah yang mendorong kolaborasi
lintas agama dalam isu-isu kemanusiaan seperti pendidikan, kesehatan, dan
bencana alam akan memperkuat posisi Islam sebagai agama yang membawa rahmat
bagi seluruh alam.
Keempat, penguatan basis kelembagaan dakwah menjadi hal penting. Lembaga
dakwah, baik formal seperti ormas Islam, pesantren, maupun nonformal seperti
komunitas digital, harus saling bersinergi. Pengembangan pusat kajian dakwah,
pelatihan dai milenial, serta program dakwah berbasis komunitas menjadi langkah
strategis untuk memastikan kesinambungan dan kualitas dakwah. Selain itu,
evaluasi berkala terhadap efektivitas program dakwah juga penting dilakukan
untuk menyesuaikan strategi dengan kebutuhan zaman.
Kesimpulan
Dakwah Islam di era modern menghadapi tantangan yang kompleks dan
beragam, mulai dari pengaruh teknologi digital, dinamika sosial politik dan
budaya, hingga masalah internal umat sendiri. Namun, di balik tantangan
tersebut tersimpan peluang besar untuk memperbarui metode dan pendekatan dakwah
agar lebih relevan dengan zaman. Kunci utama keberhasilan dakwah kontemporer
terletak pada kemampuan para dai dan institusi dakwah dalam membaca realitas
sosial, menguasai teknologi, dan membangun komunikasi yang efektif dengan
masyarakat. Dengan strategi dakwah yang adaptif, inklusif, dan kontekstual,
Islam akan tetap menjadi sumber inspirasi dan petunjuk hidup yang mampu
menjawab tantangan zaman dengan bijak dan solutif.
Saya hadir
BalasHapusHadir
BalasHapusSaya Juga Hadir
BalasHapusStrategi dakwah Islam disesuaikan dengan perkembangan zaman.
BalasHapusBarokallohu fiik wa jazaakillah Khoir Bu Alfi atas ilmunya..
Lisa hadir
BalasHapusHadir bu
BalasHapusAlhamdulillah Hadir BU,,,
BalasHapusAris tri hidayat nyimak
BalasHapusKeberhasilan dakwah kontemporer bergantung pada kemampuan para dai dan lembaga dakwah untuk memahami realitas sosial, menguasai teknologi, dan membangun komunikasi efektif dengan masyarakat.
BalasHapusJazakillah khoir ilmunya
BalasHapusterima kasih bu ilmunya
BalasHapusAndi Hariyanto hadir
BalasHapusWahyudi hadir
BalasHapusTerima kasih bu ilmunya
BalasHapusIzzuhdin Al Faqih Hadir
BalasHapusApa yang dimaksud dengan "penyamaran iman" dalam konteks dakwah ?
Hilangnya identitas islam dalam kehidupan
HapusBaarakallah fiik
BalasHapus