Jumat, 06 Juni 2025

Tantangan dan Strategi Dakwah Islam di Era Modern


 
Pendahuluan

Dakwah Islam merupakan aktivitas yang bersifat dinamis dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Di era modern yang ditandai oleh globalisasi, kemajuan teknologi informasi, dan dinamika sosial budaya yang kompleks, dakwah Islam menghadapi tantangan multidimensional. Tidak hanya bersifat ideologis dan teologis, namun juga menyangkut aspek sosial, budaya, politik, dan teknologi. Perubahan cara berpikir masyarakat, arus informasi yang deras, serta pergeseran nilai-nilai tradisional ke arah modernitas dan sekularisme, menuntut pendekatan dakwah yang lebih adaptif dan strategis. Oleh karena itu, upaya menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan bijak dan inovatif.

Pengaruh Teknologi dan Tantangan Era Digital

Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap komunikasi global. Dakwah Islam, sebagai bentuk komunikasi keagamaan, turut terdampak oleh perkembangan ini. Teknologi digital menawarkan peluang luar biasa dalam menyebarluaskan ajaran Islam secara lebih luas dan cepat. Platform media sosial seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan podcast dakwah menjadi alat baru yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat, terutama generasi muda (Rani, 2023). Namun demikian, era digital juga membawa tantangan serius. Salah satu tantangan utama adalah risiko distorsi pesan-pesan agama karena minimnya otoritas keagamaan yang valid dalam dunia maya.

Sebagai contoh, banyak konten dakwah di media sosial yang diproduksi oleh pihak-pihak yang belum tentu memiliki kompetensi keagamaan. Hal ini mengakibatkan munculnya tafsir-tafsir keagamaan yang tidak tepat dan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat. Selain itu, kesenjangan digital di kalangan umat Muslim, terutama di wilayah pedesaan dan kalangan lansia, juga menimbulkan ketimpangan akses terhadap dakwah digital. Untuk itu, penting bagi para dai untuk menguasai teknologi informasi dan memiliki literasi media yang baik agar dapat menyampaikan dakwah secara efektif, akurat, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam (Setiawati et al., 2022).

Kendala Sosial-Politik dan Budaya

Globalisasi telah membawa banyak perubahan dalam tatanan sosial dan budaya masyarakat dunia, termasuk umat Islam. Interaksi lintas budaya yang semakin intens membuka ruang bagi pengaruh nilai-nilai liberalisme, sekularisme, dan pluralisme agama yang sering kali bertentangan dengan ajaran Islam. Dakwah Islam dihadapkan pada tantangan untuk menjaga otentisitas ajaran Islam sambil tetap membuka diri terhadap dialog dan keterbukaan budaya (HT, n.d.).

Dalam konteks ini, munculnya berbagai paham seperti Islam liberal, Islam progresif, dan Islam transnasional turut menambah keragaman dalam pemahaman keislaman. Meskipun keragaman ini dapat menjadi kekayaan intelektual, namun tanpa bingkai metodologi dakwah yang kuat, hal tersebut berisiko memecah belah umat dan membingungkan masyarakat awam. Di sisi lain, terdapat pula tantangan dari kelompok radikal yang menyampaikan dakwah dengan pendekatan eksklusif dan konfrontatif, sehingga menimbulkan citra negatif terhadap Islam. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran Islam kontemporer yang mampu menjembatani tradisi dan modernitas, serta menghadirkan Islam sebagai agama yang mampu memberikan solusi atas problematika kemanusiaan (Majid, 2023).

Tantangan Komunitas Internal

Selain tantangan eksternal, dakwah Islam juga menghadapi tantangan internal yang tidak kalah penting. Salah satu isu yang mengemuka adalah melemahnya pemahaman dan pengamalan ajaran Islam di kalangan umat Muslim sendiri. Fenomena "penyamaran iman" atau hilangnya identitas keislaman dalam kehidupan sehari-hari, menjadi indikasi adanya krisis spiritual di tengah masyarakat modern. Gaya hidup materialistis, individualistis, dan konsumtif telah menggerus nilai-nilai ukhuwah, keikhlasan, dan pengabdian kepada Allah SWT (Setiawati et al., 2022).

Di tengah arus modernisasi, banyak umat Islam yang mengalami kebingungan identitas, antara mengikuti arus zaman atau mempertahankan nilai-nilai Islam. Hal ini menjadi tantangan serius bagi para dai untuk melakukan revitalisasi dakwah yang menyentuh aspek spiritual dan moral secara lebih mendalam. Perdebatan mengenai pluralisme agama juga menjadi bagian dari dinamika internal umat Islam. Banyak umat yang belum memahami bahwa Islam memandang pluralitas agama sebagai kenyataan sosiologis yang tidak dapat dihindari, dan tidak bertentangan dengan prinsip tauhid, asalkan dijalankan dengan semangat toleransi dan dialog (Hamiruddin, 2019).

Strategi Dakwah Adaptif di Era Modern

Menghadapi tantangan yang kompleks tersebut, dakwah Islam perlu dirancang dengan strategi yang adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman. Pertama, penguatan kapasitas dai dalam bidang teknologi informasi menjadi keharusan. Para dai harus melek digital dan mampu menggunakan berbagai platform media sosial untuk menyampaikan pesan keagamaan secara menarik, namun tetap substansial. Konten dakwah harus dikemas secara kreatif, menggunakan bahasa yang komunikatif, visual yang menarik, serta mengangkat isu-isu kontemporer yang relevan dengan kehidupan masyarakat.

Kedua, dakwah harus bersifat kontekstual. Artinya, pesan dakwah harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat sasaran. Misalnya, dakwah kepada remaja di kota besar tentu berbeda dengan dakwah di lingkungan pesantren atau desa tradisional. Pemahaman terhadap psikologi audiens, tren sosial, serta kebutuhan aktual masyarakat akan membantu dai dalam menyusun materi dakwah yang tepat sasaran. Dakwah yang kontekstual juga berarti mampu menjawab persoalan-persoalan aktual seperti kemiskinan, kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial, dan krisis moral.

Ketiga, pendekatan dakwah harus inklusif dan dialogis. Dalam konteks masyarakat plural, penting bagi dakwah Islam untuk menekankan nilai-nilai persaudaraan, toleransi, dan saling menghormati. Alih-alih menonjolkan perbedaan keyakinan, dakwah seharusnya menjadi jembatan yang mempererat hubungan antarumat beragama. Sebagai contoh, dakwah yang mendorong kolaborasi lintas agama dalam isu-isu kemanusiaan seperti pendidikan, kesehatan, dan bencana alam akan memperkuat posisi Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Keempat, penguatan basis kelembagaan dakwah menjadi hal penting. Lembaga dakwah, baik formal seperti ormas Islam, pesantren, maupun nonformal seperti komunitas digital, harus saling bersinergi. Pengembangan pusat kajian dakwah, pelatihan dai milenial, serta program dakwah berbasis komunitas menjadi langkah strategis untuk memastikan kesinambungan dan kualitas dakwah. Selain itu, evaluasi berkala terhadap efektivitas program dakwah juga penting dilakukan untuk menyesuaikan strategi dengan kebutuhan zaman.

Kesimpulan

Dakwah Islam di era modern menghadapi tantangan yang kompleks dan beragam, mulai dari pengaruh teknologi digital, dinamika sosial politik dan budaya, hingga masalah internal umat sendiri. Namun, di balik tantangan tersebut tersimpan peluang besar untuk memperbarui metode dan pendekatan dakwah agar lebih relevan dengan zaman. Kunci utama keberhasilan dakwah kontemporer terletak pada kemampuan para dai dan institusi dakwah dalam membaca realitas sosial, menguasai teknologi, dan membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Dengan strategi dakwah yang adaptif, inklusif, dan kontekstual, Islam akan tetap menjadi sumber inspirasi dan petunjuk hidup yang mampu menjawab tantangan zaman dengan bijak dan solutif.

18 komentar:

  1. Strategi dakwah Islam disesuaikan dengan perkembangan zaman.
    Barokallohu fiik wa jazaakillah Khoir Bu Alfi atas ilmunya..

    BalasHapus
  2. Keberhasilan dakwah kontemporer bergantung pada kemampuan para dai dan lembaga dakwah untuk memahami realitas sosial, menguasai teknologi, dan membangun komunikasi efektif dengan masyarakat.

    BalasHapus
  3. Izzuhdin Al Faqih Hadir

    Apa yang dimaksud dengan "penyamaran iman" dalam konteks dakwah ?

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, jazaakillahu khoiron, atas ilmunya, Ustadzah.

    BalasHapus

Zakat dan Ashnaf: Strategi Islam dalam Redistribusi Kekayaan dan Keadilan Sosial

  Hubungan antara uraian tersebut dengan daftar delapan golongan penerima zakat (ashnaf zakat) sangat erat dan saling memperkuat. Berikut ad...