Rabu, 07 Mei 2025

Dakwah Digital dalam Perspektif Islam: Transformasi, Peluang, dan Tantangan di Era Teknologi

 

Pendahuluan

Perkembangan teknologi digital telah membawa dampak signifikan dalam hampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal penyebaran ajaran agama. Dakwah, yang sebelumnya terbatas pada mimbar masjid, majelis taklim, dan forum keagamaan tatap muka, kini mengalami revolusi besar melalui kehadiran media digital. Dakwah digital merujuk pada proses penyebaran pesan-pesan Islam melalui media online seperti YouTube, Instagram, podcast, komik digital, dan meme. Perubahan ini menciptakan peluang besar bagi para dai untuk menjangkau audiens yang lebih luas dengan cara yang lebih fleksibel dan kreatif. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl ayat 125:

اُدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ 

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." Ayat ini memberikan dasar bahwa metode dakwah harus disesuaikan dengan konteks dan kondisi masyarakat, termasuk penggunaan teknologi.

Transformasi Media Dakwah di Era Digital

Menurut Nawaffani (2023), dakwah digital tidak hanya memperluas jangkauan pesan keagamaan, tetapi juga meningkatkan efektivitasnya karena bisa disampaikan secara real-time dan bersifat interaktif. Perubahan ini memungkinkan seorang dai menyampaikan pesan secara visual, naratif, bahkan melalui animasi. Dakwah di Instagram, misalnya, menjadi ruang bagi penyebaran pesan melalui komik digital, seperti yang ditemukan oleh Amaliyah (2023). Ia mencatat bahwa media ini mampu meningkatkan pemahaman keislaman remaja melalui ilustrasi yang relatable dan komunikatif. Fenomena ini menunjukkan bahwa dakwah digital mampu merespon tantangan zaman sekaligus mempertahankan esensi dakwah sebagai ajakan kepada kebaikan.

Dari sisi teknis, dakwah digital memberi kemudahan akses bagi masyarakat untuk belajar agama di mana saja dan kapan saja. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

 

"Sampaikanlah dariku walau satu ayat" (HR. Bukhari). Hadis ini mempertegas bahwa menyampaikan ajaran Islam tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, yang kini lebih dimudahkan oleh kehadiran media digital.

Platform Digital sebagai Sarana Dakwah

Media digital seperti YouTube, Instagram, dan podcast kini menjadi saluran utama dalam penyebaran dakwah. Marti et al. (2023) mengungkapkan bahwa video dakwah di YouTube efektif dalam meningkatkan kesadaran keagamaan remaja. Visualisasi pesan agama dalam bentuk video ceramah, kisah inspiratif, atau konten edukatif membuat dakwah lebih mudah dicerna, terutama bagi generasi digital. Selain itu, Uyuni et al. (2024) menyoroti pentingnya inovasi dakwah dalam menjangkau komunitas spesifik seperti Muslimah. Mereka mengemukakan bahwa media digital memungkinkan pendekatan yang lebih personal dan sesuai kebutuhan audiens.

Contoh lainnya adalah ImanPath, yang menggunakan berbagai format dakwah, termasuk podcast. Podcast memungkinkan audiens mendengarkan kajian keislaman sambil melakukan aktivitas lain, menjadikannya media yang fleksibel dan efisien (Darajat & Rahmi, 2022). Dakwah berbasis audio ini memberikan nuansa yang berbeda, karena mendekatkan pendengar pada suasana kontemplatif dan reflektif, seperti mendengarkan tausiyah langsung dari majelis ilmu.

Kreativitas dalam Dakwah Digital

Kreativitas menjadi faktor penting dalam dakwah digital. Hidayat dan Huda (2024) menjelaskan bahwa penggunaan komik digital sebagai media dakwah mampu menjembatani komunikasi antara dai dan audiens dengan cara yang menyenangkan namun bermakna. Komik yang sarat pesan moral menjadi alternatif yang menarik di tengah dominasi konten hiburan di media sosial. Sunaryanto dan Syamsuri (2022) menambahkan bahwa meme sebagai bagian dari budaya digital juga berpotensi menjadi sarana dakwah yang efektif jika dikemas dengan baik dan tidak keluar dari nilai-nilai Islam.

Dalam hal ini, pentingnya memperhatikan budaya lokal dan karakteristik audiens menjadi kunci keberhasilan dakwah digital. Zahra (2024) menegaskan bahwa penyampaian pesan dakwah yang efektif harus mempertimbangkan konteks sosial dan teknologi yang digunakan. Ini sejalan dengan pendekatan dakwah Nabi Muhammad SAW yang selalu mempertimbangkan kondisi psikologis dan budaya masyarakat ketika berdakwah, sebagaimana terekam dalam berbagai riwayat hadits dan sirah nabawiyah. 

Etika dan Tantangan Dakwah Digital

Meski menawarkan berbagai kemudahan, dakwah digital tidak lepas dari tantangan, terutama terkait dengan etika dan kredibilitas informasi. Hidayat et al. (2024) menekankan bahwa dai harus berhati-hati dalam memilih konten, narasi, dan metode penyampaian agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dakwah yang disampaikan melalui media sosial bisa dengan cepat menyebar, tetapi juga rentan disalahartikan jika tidak dibingkai dengan prinsip kehati-hatian.

Dalam QS. Al-Hujurat ayat 6, Allah SWT mengingatkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti..." Ayat ini relevan dalam konteks dakwah digital karena mengajarkan pentingnya verifikasi informasi. Seorang dai digital harus memastikan keaslian sumber, ketepatan kutipan ayat dan hadits, serta menjaga adab dalam menyampaikan nasihat.

Selain itu, ada risiko komersialisasi dakwah yang berlebihan. Beberapa konten dakwah dikemas hanya demi jumlah viewers atau popularitas, bukan untuk mendidik dan membimbing umat. Hal ini dapat mencederai kesucian dakwah yang seharusnya ikhlas lillahi ta’ala. Sabda Rasulullah SAW mengingatkan:

"Barang siapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau untuk mendebat orang bodoh, atau menarik perhatian manusia, maka ia di neraka" (HR. Tirmidzi).

Dakwah Digital sebagai Pemberdayaan Umat

Potensi dakwah digital sangat besar dalam membangun kesadaran kolektif dan pemberdayaan umat. Melalui edukasi yang konsisten dan berkelanjutan, media digital dapat menjadi sarana untuk membentuk akhlak mulia, memperkuat ukhuwah, dan mempromosikan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin. Dakwah yang menekankan toleransi, moderasi, dan etika sosial sangat dibutuhkan dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia.

Dakwah digital juga membuka ruang kolaborasi antar-ulama, dai muda, akademisi, dan komunitas dakwah. Mereka dapat saling bertukar gagasan, merancang program dakwah berbasis data, dan menjawab isu-isu kontemporer dengan lebih cepat dan relevan. Prinsip "fastabiqul khairat" (berlomba-lomba dalam kebaikan) sebagaimana disebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 148 menjadi motivasi kuat dalam mengembangkan dakwah digital sebagai gerakan bersama.

Kesimpulan

Dakwah digital merupakan bentuk modern dari penyampaian pesan Islam yang sejalan dengan semangat zaman tanpa mengurangi nilai-nilai pokok ajaran. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh kemampuan dai dalam memahami karakteristik media, audiens, dan nilai-nilai syar’i. Dengan tetap berpegang pada Al-Qur’an, Hadis, serta adab dakwah yang luhur, media digital dapat menjadi wasilah yang efektif dalam menyebarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Peluang yang terbuka lebar di era digital harus dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan masyarakat yang religius, berakhlak, dan berpengetahuan. Di sisi lain, tantangan etika dan verifikasi informasi harus dijawab dengan kecermatan dan tanggung jawab. Dakwah digital bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang integritas dan keteladanan. Sehingga, di tengah derasnya arus informasi, dakwah tetap menjadi cahaya penuntun umat menuju kebenaran dan kebaikan.


2 komentar:

Zakat dan Ashnaf: Strategi Islam dalam Redistribusi Kekayaan dan Keadilan Sosial

  Hubungan antara uraian tersebut dengan daftar delapan golongan penerima zakat (ashnaf zakat) sangat erat dan saling memperkuat. Berikut ad...