PENGERTIAN
DAKWAH
Secara
bahasa dakwah berasal dari kata dasar (masdar) kata kerja da'a-yad'u yang
berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Secara istilah, dakwah berarti kegiatan yang bersifat mengajak dan memanggil orang untuk taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariah dan ahlak Islamiyah.
Kata
dakwah sering dirangkaikan dengan kata ''ilmu'' dan kata ''Islam'', sehingga
menjadi ''ilmu dakwah'' dan ''dakwah Islam''.
Ilmu
dakwah didefinisikan sebagai suatu ilmu yang berisi cara-cara dan
tuntunan-tuntunan tentang bagaiamana seharusnya menarik perhatian orang lain
untuk menganut, menyetujui dan atau melaksanakan suatu ideologi/agama, pendapat
atau pekerjaan tertentu.
Orang yang menyampaikan dakwah disebut ''dai'' (juru dakwah), sedangkan orang yang menjadi obyek dakwah disebut mad'u.
HUKUM
DAKWAH
Hukum menyampaikan dakwah Islam, para ulama berlainan pendapat dalam menentukannya. Ada yang menetapkannya sebagai fardu kifayah (kewajiban kolektif) ada pula yang menetapkan fardu ain. Semuanya sama-sama mendasarkan pendapatnya kepada Alquran surah Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Kata minkum dalam ayat di atas ada yang menganggap mengendung pengertian tab'id (bagian), sehingga hukum dakwah menjadi fadu kifayah. Sedangkan, sebagian lainnya menganggapnya sebagai za'idah (tambahan), sehingga hukumnya menjadi fardu ain.
UNSUR-UNSUR DAKWAH
Unsur-unsur dakwah, yaitu:
- Da’i atau juru dakwah: yang bertugas sebagai komunikator yang berkewajiban untuk menyampaikan isi dakwah, baik kepada pribadi, kelompok ataupun masyarakat.
- Materi dakwah: isi pesan atau isi dakwah yang dikombinasikans ecara efektif kepada penerima dakwah.
- Penerima dakwah: audience, public atau massa yang menjadi sasaran, ke mana dakwah ditujukan.
- Media dakwah: saluran dakwah dengan saluran mana dakwah disampaikan. Apakah melalui lisan, tulisan, visual dan audio visual bahkan saluran uswatun hasanah (teladan yang baik) dan amal usaha.
- Efek dakwah: hasil yang dapat dicapai dengan dakwah yang telah disampaikan. Isi dakwah yang disampaikan itu dapat mencapai sasarannya.
MACAM-MACAM DAKWAH
Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, macam-macam dakwah dibedakan dari cara
penyampaiannya. Macam-macam dakwah terdiri dari 6 pembagian, yaitu:
Dakwah Fardiah adalah metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada individu lain (satu orang) atau kepada banyak orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya, Dakwah Fardiah berlangsung tanpa adanya kesiapan dan tersusun secara tertib.
Contoh Dakwah Fardiah ini di antaranya yaitu saat seseorang menasihati teman sekantor, atau memberikan teguran, anjuran, dan memberi contoh. Contoh lainnya yaitu saat seseorang mengunjungi orang sakit, pada acara tahniah, hingga pada saat upacara kelahiran.
Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilaksanakan seseorang dengan media lisan yang diarahkan kepada orang banyak dengan tujuan memberi pengaruh kepada orang lain. Contoh media yang dipakai dalam Dakwah Ammah adalah khotbah atau pidato. Biasanya, orang yang melakukan Dakwah Ammah ini bisa perorangan atau ada organisasi yang memang bergerak dalam bidang dakwah.
Dakwah bil-lisan adalah dakwah yang secara langsung disampaikan dalam wujud lisan, sehingga ada interaksi yang terjalin antara pemberi dakwah dengan orang yang mendengarkan dakwah tersebut. Pada dakwah lisan atau dakwah langsung, seseorang bisa langsung mendengarkan dan memahami apa yang telah disampaikan oleh pemberi dakwah.
Jika ada hal-hal yang belum dipahami, maka orang tersebut bisa langsung menanyakan hal tersebut agar lebih jelas dan mampu dipahami. Dakwah bil-lisan ini akan menjadi efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, dan disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.
Dakwah Bilhal adalah dakwah dengan contoh perbuatan yang nyata. Dakwah ini dimaksudkan agar si penerima dakwah mengikuti jejak dan hal ihwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini dilaksanakan dengan maksud tidak hanya membuat pendengar memahami arti yang disampaikan dari dakwah tersebut, tapi juga mengaplikasikan berbagai perbuatan yang dicontohkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, pada saat pertama kali Nabi Muhammad SAW tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan dakwah bil-haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Dakwah
bit-Tadwin adalah
dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah,
tulisan internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah
sangat penting dan efektif.
Dakwah bit-tadwin tidak akan musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwin ini Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada.”
Dakwah bil Hikmah yakni dakwah yang disampaikan dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa. Hal ini mengakibatkan pihak objek dakwah bisa melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Kata lain dakwah bil-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
TUJUAN
DAKWAH
Tujuan
utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat yang diridhai oleh Allah SWT. Yakni dengan menyampaikan nilai-nilai
yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah SWT
sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing. Tujuan dakwah dalam Islam
terbagi menjadi dua dari segi objek dan materinya. Berikut tujuan dakwah dalam
Islam:
Tujuan
Dakwah dalam Islam dari Objeknya
Tujuan
dakwah perorangan,
yaitu bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat,
berperilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari’atkan Allah SWT dan
berakhlaq karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia menjadi muslim
secara tuntas, dari ujung rambut sampai kedua telapak kakinya,sebagaimana
diperintahkan Allah SWT. QS. Al-Baqarah: 208:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ
لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.
Tujuan dakwah untuk keluarga, yaitu bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia, penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga. Allah berfirman Q.S. Ar-Rum: 21:
وَمِنْ
آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Tujuan
dakwah untuk masyarakat, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat
sejahtera yang penuh dengan suasana ke-Islaman. Suatu masyarakat di mana
anggotanya mematuhi peraturan-peraturan yang telah disyari’atkan oleh Allah
SWT, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam sekitarnya, saling
bantu membantu, penuh rasa persaudaraan. Nabi Muhammad menggambarkan Islam
sebagai berikut:
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ
إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakitnya)” Shahih Muslim 4685)
Tujuan
dakwah untuk umat manusia, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat dunia
yang penuh dengan kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa
diskriminasi dan ekploitasi, saling tolong-menolong, dan menghormati. Demikian,
keseluruhan umat manusia dapat menikmati islam sebagai rahmat bagi mereka.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Qs. Al-Anbiya: 107:
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
TUJUAN DAKWAH DARI MATERINYA
Dakwah akidah, yaitu tertanamnya suatu akidah yang mantap di setiap hati seseorang, sehingga keyakinan tentang ajaran-ajaran Islam itu tidak lagi dicampuri dengan rasa keraguan. Realisasi dari tujuan dakwah ini ialah bagi orang yang belum beriman agar menjadi beriman; bagi orang yang imannya karena melalui dalil nakhli dan dalil akli, bagi orang yang imannya masih diliputi dengan keraguan menjadi orang yang imannya mantap sepenuh hati.
Dakwah hukum, yaitu kepatuhan setiap orang terhadap hukum-hukum yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Realisasi tujuan dakwah ini ialah orang yang belum melakukan ibadah menjadi orang yang mau melakukan ibadah dengan penuh kesadaran, bagi orang yang belum mematuhi peraturan-peraturan agama Islam menjadi orang yang mau mematuhi peraturan dengan kesadarannya sendiri.
Dakwah akhlak, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang luhur, dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji dan bersih dari sifat-sifat yang tercela.
DAKWAH
MUHAMMADIYAH
Berdiri
sejak tahun 1912, kini kiprah dakwah Muhammadiyah telah berusia satu abad lebih.
Tidak hanya usianya yang tua tetapi dakwahnya pun telah menyebar luas ke
pelosok Indonesia hingga menjangkau internasional melalui Pimpinan Cabang
Istimewa Muhammadiyah di 29 negara.
- Kairo – Mesir
- Iran
- Sudan
- Belanda
- Jerman
- Uk (Inggris)
- Libya
- Malaysia
- Prancis
- Amerika Serikat
- Jepang
- Pakistan
- Australia
- Rusia
- Taiwan
- Tunisia
- Turki
- Korea Selatan
- Tiongkok
- Arab Saudi
- India
- Maroko
- Yordania
- Yaman
- Spanyol
- Hongaria
- Thailand
- Kuwait
- New Zealand
Kiprah tersebut tidak lepas dari metode dakwah yang digunakan Muhammadiyah sejak awal berdiri sampai saat ini dalam rangka mendidik dan mencerahkan kehidupan. Ada empat metode yang dipakai Muhammadiyah (Menurut Afnan Hadikusumo):
Pertama dakwah bil
lisan (melalui perkataan) dilakukan Muhammadiyah antara lain melalui
ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, seminar dan nasihat-nasihat.
Kedua dakwah bil-hal, yaitu metode dakwah melalui perbuatan langsung. “Sehingga sejak dulu Muhammadiyah sebagaimana dicontohkan Kiai Dahlan ketika berdakwah selalu memberi tauladan seperti mendirikan penolong kesengsaraan oemom atau PKO (kini, rumah sakit), pembagian zakat shodaqah dan qurban melalui panitia.
Dalam dakwah bil-hal, Muhammadiyah mempelopori adanya kepanitiaan pengelolaan zakat, infaq, shodaqah termasuk qurban untuk diperuntukan kepada para anak yatim, fakir miskin di Yogyakarta diawal berdirinya Muhammadiyah. Metode ini sekaigus implementasi dakwah Muhammadiyah dalam menjalankan perintah al-qur’an dalam surat al-ma’un.
Melalui
surat al-maun, Muhammadiyah tidak hanya memaknainya tetapi mempraktikkan
menjadi dakwah bil-hal yaitu menyantuni anak yatim, fakir miskin higga
berdirinya penolong kesengsaraan omom (sekarang, PKU) dan pelayanan sosial
berupa panti asuhan.
Praktik
dakwah ini begitu kuat dan mengakar karena dicontohkan langsung oleh Kiai
Dahlan bersama muridnya diawal dakwah Muhammadiyah hadir menyantuni dan memberi
makan fakir miskin dan gelandangan serta mendidik anak yatim di sekitaran
Kauman, Yogyakarta.
Ketiga dakwah bi-tadwin adalah metode dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Para tokoh awal Muhammadiyah hingga ini menggunakan metode tulisan untuk menyampaikan penjelasan mengenai seruan yang hendak disampaikan seluas-luasnya kepada warga, anggota, pimpinan Muhamadiyah dan masyarakat.
Keberadaan tradisi tulisan atau dokumentasi sampai saat ini masih bermanfaat, misalnya hadirnya Majalah Suara Muhammadiyah mensyiarkan mengenai puasa ada dokumentasinya di Perpustaan Leiden, Belanda dan buku-buku Kepanduan yang menjadi cikal bakal dokumentasi latihan Hizbul Wathan pada tahun 1914.
Keempat adalah dakwah bil-hikmah yaitu menyampaikan seruan secara arif dan bijaksana. Jadi kalau ingin mengingatkan, Muhammadiyah cenderung menyampaikan dengan arif dan bijaksana. Bahkan, mengingatkan dengan cara ini telah menjadi tradisi di Muhammadiyah bagaimana menggunakan surat keroganisasiannya sebagai sebuah saran, krititik dan mengingatkan.
Kadang
kala muhammadiyah tidak menyampaikan kerja nyatanya di media masa atau media
sosial tetapi dengan surat menyurat sudah menjadi tradisi Muhammadiyah sejak
dulu, supaya diingatkan itu tidak merasa malu dan sakit hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar