Keberkahan ilmu yang diperoleh diketahui dari peningkatan amal shaleh pada diri seorang muslim. Jika sudah dapat ilmu tapi tidak berbekas pada diri kita, bisa jadi, itu adalah tanda kita tidak mendapat keberkahan ilmu. Misalnya, bertahun-tahun belajar serta mendatangi majelis ilmu (majlis ta'lim), tetapi masih banyak keburukan pada diri, berarti itu tidak ada keberkahan.
Lantas, bagaimanakah
cara untuk mengetahui bahwa ilmu itu sudah diberkahi oleh Allah Ta'ala dan
bermanfaat bagi diri sendiri? Menurut pengasuh kajian As-Sunnah di Jakarta,
Ustadz Najmi Umar Bakkar, menukil dari kalam ulama, ciri-ciri orang yang
mendapat keberkahan ilmu, antara lain:
Ikhlas dalam
Ibadah
Semakin ikhlas dalam
beribadah kepada Allah serta dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu,
mendakwahkan dan mempertahankan ilmu.
فَادۡعُوا اللّٰهَ
مُخۡلِصِيۡنَ لَهُ الدِّيۡنَ
"Maka
beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya..." (QS Ghaafir ayat 14).
Imam al-Barbahari Rahimahullah berkata:
"Dan ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya (keberkahan) ilmu itu bukanlah dengan banyaknya (hafalan) riwayat serta beberapa kitab. Hanyalah (dikatakan) seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti (mengamalkan) ilmu dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab-kitabnya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah, maka dia adalah pelaku bid'ah, sekalipun banyak ilmu dan kitab-kitabnya" (Kitab Syarhus Sunnah).
Semakin sesuai
syariat
Orang yang berilmu
akan beribadah lebih sesuai syariat & sunnah Nabi saw dalam beribadah, dibandingkan sebelumnya.
...وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ
فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ...
"... Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah ..."
(QS Al-Hasyr ayat tujuh).
Rosulullah saw bersabda:
من عمل عملا ليس عليه
أمرنا فهو رد
"Barangsiapa
melakukan amalan yang tidak termasuk dalam urusan agama kami, maka amalan
tersebut tertolak." (HR Muslim).
Taqwa
Ilmu itu semakin
menumbuhkan rasa takutnya seseorang kepada Allah Ta'ala.
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَالۡاَنۡعَامِ
مُخۡتَلِفٌ اَ لۡوَانُهٗ كَذٰلِكَ ؕ اِنَّمَا يَخۡشَى اللّٰهَ مِنۡ عِبَادِهِ
الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ غَفُوۡرٌ
"...Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (ahli ilmu)" (QS. Fathir : 28)
Siapa yang takut
kepada Allah, maka dialah ‘alim, yaitu seorang yang berilmu. Dan siapa yang
bermaksiat kepada Allah, maka dialah jahil (orang yang jauh dari ilmu).
Semangat Taat
Ilmu tersebut
mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam melakukan ketaatan dan semakin
semangat menjauhi berbagai kemaksiatan. Ibn Taimiyah menjelaskan, terdapat korelasi
antara orang yang memiliki ilmu dengan takut kepada Allah.
Seseorang yang
semakin berilmu, maka rasa takutnya untuk senantiasa melaksanakan ketaatan,
melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan semua yang dilarang akan bertambah
kuat. Sehingga orang yang berilmu akan mempertimbangkan terlebih dahulu
perintah dan larangan Allah SWT. Ia menyadari, Allah SWT Maha Mengetahui apa
yang tersirat maupun tersurat. Rasa takut dan harapnya kepada Allah pun akan
meningkat.
Qona’ah
Ilmu akan
mengantarkan seseorang pada sifat qana’ah (selalu merasa cukup) dan
zuhud pada dunia. Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata : "Zuhud itu
terbagi tiga: 1) meninggalkan yang haram, maka itu ialah zuhudnya orang yang
awam; 2) tidak berlebihan dari sesuatu yang halal, & itu zuhudnya dari
orang yang khusus; 3) meninggalkan setiap hal yang menyibukkan serta menjauhkan
dari Allah, maka itu zuhudnya al-arifin (yaitu orang yang berma'rifat kepada
Allah)" (kitab Mawaa'izh Imam Ahmad).
Surat al-Fatihah
ayat 7:
....وَلَا الضَّالِّينَ
…. dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat.
Qona’ah termasuk ciri orang yang memiliki keberkahan ilmu, karena orang yang qona’ah tidak akan melakukan hal yang sia-sia bahkan sesat. Orang yang sesat menurut Syaikh Muhammad Abduh terbagi atas empat tingkat, yaitu:
- Tidak sampai kepadanya pendidikan, atau sampai tetapi hanya didapat dengan panca indera dan akal, tidak ada tuntutan agama
- Sampai kepada mereka pendidikan, atas jalan yang dapat membangun
pikiran. Meraka telah mulai tertarik oleh dakwah itu, sebelum menjadi
keimanannya, ia pun mati.
- Sudah memiliki ilmu dan sudah paham serta sudah mengakui, tetapi masih berpegang
teguh juga kepada hawa nafsu atau kebiasaan lama atau menambah-nambah.
- Sesat dalam beramal, timbul dari kepintaran otak, tetapi batinnya kosong
daripada iman. (Hamka, Tafsir Al Azhar, 85-87)
Tawadhu’
Ilmu yang telah
diraih menjadikan semakin tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati tunduk dan
khusyuk kepada Allah swt, merasa hina di hadapan-Nya dan semakin mudah untuk
menerima kebenaran dari siapapun. Malik bin Dinar berkata: "Sesungguhnya
jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan
membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu
itu hanyalah akan membuatmu semakin berbangga diri (sombong)" (Kitab
Az-Zuhd oleh Imam Ahmad).
Imam Ibnul Qayyim
Rahimahullah berkata: "Dan di antara tanda bahwa amal ibadah kita
diterima adalah kita akan merendahkan, mengkerdilkan dan menganggapnya kecil di
hati kita" (Buku Madarijus Saalikiin). halaman ke-1 1 2
Benci pada Pujian
Ilmu tersebut akan
menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian dan ia juga enggan
menyucikan diri sendiri serta tidak suka ketenaran.
Imam Ibnu Rajab
berkata: "Dan di antara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing pemiliknya
untuk lari meninggalkan dunia, dan yang terbesar adalah kepemimpinan,
ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang memiliki ilmu yang
bermanfaat itu tidak akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan
membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain
bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi saw serta yang
berpegang teguh dengannya" (Kitab Majmu’ur Rasail).
Bersih Hati
Ilmu tersebut akan
menjadikan pada diri seseorang semakin bersih hatinya, semakin bersabar, mudah
meredam amarah, mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad
serta dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya.
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
"Sesungguhnya
Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa" (al Maidah 27)