Senin, 26 September 2022

Ciri-ciri Orang yang Mendapatkan Keberkahan Ilmu

 



Keberkahan ilmu yang diperoleh diketahui dari peningkatan amal shaleh pada diri seorang muslim. Jika sudah dapat ilmu tapi tidak berbekas pada diri kita, bisa jadi, itu adalah tanda kita tidak mendapat keberkahan ilmu. Misalnya, bertahun-tahun belajar serta mendatangi majelis ilmu (majlis ta'lim), tetapi masih banyak keburukan pada diri, berarti itu tidak ada keberkahan. 

Lantas, bagaimanakah cara untuk mengetahui bahwa ilmu itu sudah diberkahi oleh Allah Ta'ala dan bermanfaat bagi diri sendiri? Menurut pengasuh kajian As-Sunnah di Jakarta, Ustadz Najmi Umar Bakkar, menukil dari kalam ulama, ciri-ciri orang yang mendapat keberkahan ilmu, antara lain: 

Ikhlas dalam Ibadah

Semakin ikhlas dalam beribadah kepada Allah serta dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu, mendakwahkan dan mempertahankan ilmu.

فَادۡعُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَهُ الدِّيۡنَ

"Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya..." (QS Ghaafir ayat 14).

Imam al-Barbahari Rahimahullah berkata:

"Dan ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya (keberkahan) ilmu itu bukanlah dengan banyaknya (hafalan) riwayat serta beberapa kitab. Hanyalah (dikatakan) seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti (mengamalkan) ilmu dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab-kitabnya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah, maka dia adalah pelaku bid'ah, sekalipun banyak ilmu dan kitab-kitabnya" (Kitab Syarhus Sunnah). 

Semakin sesuai syariat

Orang yang berilmu akan beribadah lebih sesuai syariat & sunnah Nabi saw dalam  beribadah, dibandingkan sebelumnya.

...وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ...

"... Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah ..." (QS Al-Hasyr ayat tujuh).

Rosulullah saw bersabda:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

"Barangsiapa melakukan amalan yang tidak termasuk dalam urusan agama kami, maka amalan tersebut tertolak."  (HR Muslim).

Taqwa

Ilmu itu semakin menumbuhkan rasa takutnya seseorang kepada Allah Ta'ala.

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَالۡاَنۡعَامِ مُخۡتَلِفٌ اَ لۡوَانُهٗ كَذٰلِكَ ؕ اِنَّمَا يَخۡشَى اللّٰهَ مِنۡ عِبَادِهِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيۡزٌ غَفُوۡرٌ

"...Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (ahli ilmu)" (QS. Fathir : 28)

Siapa yang takut kepada Allah, maka dialah ‘alim, yaitu seorang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah, maka dialah jahil (orang yang jauh dari ilmu).

Semangat Taat

Ilmu tersebut mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam melakukan ketaatan dan semakin semangat menjauhi berbagai kemaksiatan. Ibn Taimiyah menjelaskan, terdapat korelasi antara orang yang memiliki ilmu dengan takut kepada Allah.

Seseorang yang semakin berilmu, maka rasa takutnya untuk senantiasa melaksanakan ketaatan, melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan semua yang dilarang akan bertambah kuat. Sehingga orang yang berilmu akan mempertimbangkan terlebih dahulu perintah dan larangan Allah SWT. Ia menyadari, Allah SWT Maha Mengetahui apa yang tersirat maupun tersurat. Rasa takut dan harapnya kepada Allah pun akan meningkat.

Qona’ah

Ilmu akan mengantarkan seseorang pada sifat qana’ah (selalu merasa cukup) dan zuhud pada dunia. Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata : "Zuhud itu terbagi tiga: 1) meninggalkan yang haram, maka itu ialah zuhudnya orang yang awam; 2) tidak berlebihan dari sesuatu yang halal, & itu zuhudnya dari orang yang khusus; 3) meninggalkan setiap hal yang menyibukkan serta menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-arifin (yaitu orang yang berma'rifat kepada Allah)" (kitab Mawaa'izh Imam Ahmad).

Surat al-Fatihah ayat 7:

....وَلَا الضَّالِّينَ

…. dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Qona’ah termasuk ciri orang yang memiliki keberkahan ilmu, karena orang yang qona’ah tidak akan melakukan hal yang sia-sia bahkan sesat. Orang yang sesat menurut Syaikh Muhammad Abduh terbagi atas empat tingkat, yaitu:

  • Tidak sampai kepadanya pendidikan, atau sampai tetapi hanya didapat dengan panca indera dan akal, tidak ada tuntutan agama
  • Sampai kepada mereka pendidikan, atas jalan yang dapat membangun pikiran. Meraka telah mulai tertarik oleh dakwah itu, sebelum menjadi keimanannya, ia pun mati.
  • Sudah memiliki ilmu dan sudah paham serta sudah mengakui, tetapi masih berpegang teguh juga kepada hawa nafsu atau kebiasaan lama atau menambah-nambah.
  • Sesat dalam beramal, timbul dari kepintaran otak, tetapi batinnya kosong daripada iman. (Hamka, Tafsir Al Azhar, 85-87)

Tawadhu’

Ilmu yang telah diraih menjadikan semakin tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati tunduk dan khusyuk kepada Allah swt, merasa hina di hadapan-Nya dan semakin mudah untuk menerima kebenaran dari siapapun. Malik bin Dinar berkata: "Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu semakin berbangga diri (sombong)" (Kitab Az-Zuhd oleh Imam Ahmad).

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: "Dan di antara tanda bahwa amal ibadah kita diterima adalah kita akan merendahkan, mengkerdilkan dan menganggapnya kecil di hati kita" (Buku Madarijus Saalikiin). halaman ke-1 1 2

Benci pada Pujian

Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian dan ia juga enggan menyucikan diri sendiri serta tidak suka ketenaran.

Imam Ibnu Rajab berkata: "Dan di antara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing pemiliknya untuk lari meninggalkan dunia, dan yang terbesar adalah kepemimpinan, ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang memiliki ilmu yang bermanfaat itu tidak akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi saw serta yang berpegang teguh dengannya" (Kitab Majmu’ur Rasail).

Bersih Hati

Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin bersih hatinya, semakin bersabar, mudah meredam amarah, mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad serta dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya.

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa" (al Maidah 27)

"Menghargai Setiap Tetes: Kajian Holistik tentang Penggunaan Air secara Bijaksana untuk Masa Depan Berkelanjutan."

Latar Belakang Penggunaan air yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari menjadi perhatian utama penulis, terutama dalam aktivitas seperti b...