oleh : ALFIATU SOLIKAH
A.
|
Pendahuluan
|
|||
Dinasti Saljuk
berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Qiniq dalam masyarakat Turki
Oquz. Ia mengabdikan diri kepada Raja Begu (daerah Turkaman) yang meliputi
Laut Arab dan Laut Kaspia. Dinasti Saljuk memperoleh tampuk kekuasaan di lingkungan khalifah Abbasiyah setelah
menumbangkan kekuasaan Dinasti Buwaihi dan kekuasaanya berlangsung kira-kira dua abad.
Nizam
Al-Mulk (465-485 H) adalah pembesar zaman Saljuq yang diangkat menjadi
menteri oleh Malikusyah As-Saljuq pada pertengahan abad yang ke-5 Hijriyah.
Menurut ahli sejarah, Nizam Al-Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan
madrasah dalam Islam, karena sebelum masa Nizam Al-Mulk pendidikan agama
diberikan di masjid-masjid, bukan di gedung-gedung madrasah. Salah
satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad IV Hijriah
adalah madrasah.
Madrasah
Nizamiah merupakan madrasah termasyhur di dunia karena Madrasah Nizamiah adalah Madrasah yang pertama kali
muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh Pemerintah. Diberi nama Nizamiah
sesuai dengan nama pendirinya yakni Nizam Al-Mulk yang tidak hanya mendirikan
satu madrasah Nizamiah yang ada di Bagdad saja, tetapi juga diberbagai daerah
yang berada di bawah kekuasan Bani Saljuk yaitu di Balkh, Naisabur, Harat,
Ashfahan, Basran, Marw, Mausul dan lain-lain. Memang
diantara madrasah yang didirikan Nizam Al-Mulk yang paling terkenal adalah
madrasah Nizamiah di
bagdad.
Madrasah Nizamiah ini didirikan di dekat sungai Dijlah, ditengah-tengah
pasar Salasah di Bagdad. Mulai dibangun 1065 M selesai tahun 1067 M. Madrasah
ini tetap hidup sampai pertengahan abad ke-14, Miladi, yaitu ketika
dikunjungi oleh Ibnu Batuthah. Jadi madrasah Nizamiah ini hidup selama 3 abad
lamanya. Ahmad Syalabi berkeyakinan bahwa pasar Al-Chaffafin yang
terdapat di Baghdad saat ini adalah tempat di mana Madrasah Nizamiyah dulunya
berdiri.
Madrasah Nizamiah yang didirikan oleh Nizham al-Mulk bertujuan memperkuat
pemerintahan Turki Saljuq dan untuk menyiarkan madzhab keagamaan
pemerintahan. Sultan-sultan Turki bergolongan ahli sunnah, sedangkan
pemerintah Buwaihi yang berkuasa sebelumnya adalah dari kaum Syiah. Maka
Madrasah Nizamiah didirikan untuk menyokong Sultan dan menyiarkan mazhab ahli
sunnah ke seluruh rakyat. Namun pada perkembangan selanjutnya pengaruh
madrasah Nizamiah ini tidak hanya menguntungkan bagi kaum sunni saja tetapi
juga berpengaruh positif terhadap perkembangan dunia islam pada umumnya dan
dunia pendidikan pada khususnya.
|
||||
B.
|
Motifasi & Tujuan didirikannya madrasah Nizamiah
|
|||
Ada beberapa motifasi dan tujuan didirikannya madrasah
Nizamiah oleh Nizam Al-Mulk di antaranya :
|
||||
1.
|
Motifasi Pendidikan
|
|||
Pendidikan adalah aktivitas sosial yang harus ada
ditengah-tengah masyarakat atau komunitas sosial. Masyarakat sebagai subyek
sekaligus obyek kian hari, kian bertambah jumlahnya. Dengan bertambahnya
anggota masyarakat, bertambah pula kebutuhan dan tuntutan yang harus
dipenuhi. Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia sekaligus tuntutan
yang harus dipenuhi. Karena jumlah anggota masyarakat semakin banyak, maka
kebutuhan pendidikan bukan lagi persoalan individual tapi juga persoalan
massal. Bila sudah menjadi persoalan massal maka perlu dicarikan lembaga
kependidikan yang memenuhi tuntutan dan kebutuhan massal, yakni madrasah
sebagai institusi alternatif untuk mengatasi persoalan pendidikan.
|
||||
2.
|
Konflik
Antar Kelompok Keagamaan
|
|||
Politik Nizham
al-Mulk secara langsung berkaitan dengan kondisi politik pada masa itu. Pada
abad ke 5 terjadi konflik antara kelompok-kelompok keagamaan dalam islam.
Misalnya, Syiah, Mu’tazillah, Asy’ariyyah, Hanafiah, Hambaliah dan
Syafi’iyah. Ketika khalifah Abbasiyah lemah, berdiri dinasti baru yaitu
dinasti Buwaih yang beraliran Syi’ah Ismailiyah yang mendukung pemikiran
rasional dan menganut paham teologi yang sama dengan Mu’tazillah. Pada masa
ini pengajaran ilmu-ilmu filosofis dan ilmu pengetahuan yang dijauhi oleh
masyarakat Sunni dihidupkan kembali. Banyak tokoh Mu’tazillah yang diberi posisi
penting dalam pemerintahan. Menanggapi hal ini Dinasti Saljuk merasa
bertanggung jawab untuk melancarkan propoganda melawan paham Syi’ah yang
telah ditanamkan Bani Buwaih. Sebagai seorang
wazir, Nizham al-Mulk harus memperhatikan suatu sistem administrasi negara
yang sangat besar yang melibatkan teritori yang sangat luas, berisi penduduk
dengan berbagai latar kebangsaan, budaya dan afiliasi keagamaan. Salah satu
adalah membangun satu administrasi sentral yang kokoh dengan sistem kendali
yang kuat dan berpengaruh.
|
||||
3.
|
Motifasi Politik
|
|||
Persoalan yang pertama kali timbul setelah wafatnya
Rasulullah adalah persoalan politik. Dalam perkembangan selanjutnya dari
persoalan politik kemudian berkembang menjadi persoalan teologi. Hal ini
berarti bahwa masalah politik menjadi faktor pendorong perkembangan pemikiran
dalam Islam. Faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan dan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Berkaitan dengan hal di atas, diketahui bahwa pendirian
madrasah Nizamiah tidak terlepas dari faktor politik. Pertama, menyebarkan pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan
pemikiran syi’ah, kedua, menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk
mengajarkan mazhab sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain ; ketiga,
membentuk kelompok-kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam
menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, khususnya di bidang peradilan
dan manajemen. Nizam Al-Mulk mendirikan
madrasah-madrasah itu untuk memperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk
menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah
dari golongan ahli sunnah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyyah yang sebelumnya
adalah kaum syi’ah,[1]
oleh sebab itu Madrasah Nizamiah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan
mazhab ahli sunnah ke
seluruh rakyat. Untuk memberantas mazhab-mazhab
yang ditanamkan oleh golongan syi’ah kepada rakyat yang dianggap batil, maka
Nizham al-Mulk berupaya semaksimal mungkin mendirikan madrasah Nizamiah untuk
menanamkan mazhab ahli sunnah yang dianggap lebih benar karena kepercayaan
yang berdasarkan pelajaran-pelajaran agama yang benar yang lebih
memprioritaskan al-Qur’an dan sunnah. Penanaman kepercayaan, menarik
perhatian pelajar atau mahasiswa dalam belajar, dan sikap sangat setia kepada
khalifah dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah dan melemahkan pengaruh
kedudukan syi’ah, karena perhatian ahlussunnah sangat besar terhadap ilmu
fikih yang terdapat dalam empat mazhab fikih.
|
||||
C.
|
Metodologi dan Kurikulum serta Materi yang di Berikan Madrasah Nizamiah
|
|||
Pengajaran di
Madrasah Nizamiah berjalan dengan cara para guru berdiri di depan kelas
menyajikan materi-materi kuliah (ceramah/talqin), sementar para siswa
duduk mendengarkan di meja-meja kecil yang disediakan. kemudian dilanjutkan
dengan dialog atau diskusi (munaqasyah) antara guru dan para siswa
mengenai materi yang disajikan.
Rencana
pendidikan di Madrasah Nizamiah tidak ditemui dengan tegas, menurut Mahmud
Yunus rencana pengajarannya adalah ilmu-ilmu syari’ah saja dan tidak ada ilmu- ilmu hikmah (filsafat), ini
terbukti sebagai berikut :
|
||||
1.
|
Tidak seorang pun diantara ahli sejarah yang mengatakan bahwa di antara
mata pelajarannya ada ilmu kedokteran, ilmu falak, dan ilmu-ilmu pasti, hanya
mereka menyebutkan bahwa diantara mata pelajarannya ialah nahwu, ilmu kalam,
dan fiqh.
|
|||
2.
|
Guru-guru yang mengajar di Madrasah Nizamiah adalah ulama-ulama syariah,
seperti as-Syarazi, al-Ghozali, al-Qazwani, Ibnul-Jauzi dan lain-lain. Dan
tidak dikenal bahwa disana ada guru filsafat, sehingga madrasah tersebut
merupakan madrasah syari’ah bukan madrasah filsafat.
|
|||
3.
|
Pendiri madrasah itu Nizamiah bukanlah orang yang membela ilmu filsafat dan bukan pula orang- orang
yang membantu pembebasan filsafat.
|
|||
4.
|
Zaman berdirinya Madrasah
Nizamiah bukanlah zaman filsafat melainkan zaman menindas filsafat serta
orang-orang filosof.[2]
|
|||
Dengan
keterangan tersebut, dapat diketahui madrasah Nizamiah adalah fakultas agama
dan fakultas syari’ah dan tiada memasukkan ilmu filsafat yang berdasarkan
bebas berfikir. Rupanya di madrasah Nizamiah diajarkan ilmu Fiqh dalam 4
mazhab. Terbukti bahwa gurunya Ibnu Jauzi, salah seorang kepala mazhab
Hambali, tetapi mazhab Syafi’i memiliki kedudukan istimewa, Syeh Al Wajih
mula-mula bermazhab Hambali,kemudian berpindah ke mazhab Hanafi, sesudah itu
ia ditetapkan jadi guru nahwu. Lalu ia berpindah lagi ke mazhab Syafi’i.
Dari keterangan lain disebutkan bahwa pelajaran di Madrasah Nizamiah
mengutamakan pada pelajaran Al-qur'an
(membaca, menghafal, dan menulis), sastra arab, sejarah Nabi Muhammad saw dan
berhitung, dengan menitikberatkan pada mazhab Syafi'i dan sistem teologi
Asy'ariyah. Ilmu-ilmu
hikmah baru berkembang di kancah madrasah Islam setelah Madrasah Nizamiyah. Ilmu-
ilmu itu meliputi : ilmu
pasti (matematika), kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu alam dan kemasyarakatan.
Madrasah
Nizamiah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang sejalan dengan satu atau lebih, dari
mazhab ahlussunnah, dan juga menjadi tempat-tempat menarik pelajar untuk
menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar, karena hampir semua
madrasah Nizhamiyah di Baghdad yang mencapai 30 buah semuanya melebihi
keindahan istana. Melalui madrasah Nizhamiyah ini, penanaman ideologi sunni
yang dilakukan Dinasti Saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk
mempertahankan stabilitas pemerintahan dari bahaya pemberontakan yang kerap
muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari Dinasti
Saljuk.
Berdasarkan
keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa madrasah Nizhamiyah tidak
mengajarkan ilmu yang bersifat duniawi, tetapi lebih terfokus pada pelajaran
ilmu agama terutama ilmu fikih. Mazhab fikih yang menonjol adalah fikih
Syafi’i dan teologi Asy’ary keduanya secara aktif dipelajari dan dialami.
Walaupun yang menonjol adalah mazhab Syafi’i, tetapi mazhab yang lain juga
tetap dipelajari dengan adanya imam-imam khusus untuk masing- masing mazhab
dan khalifah membentuk kadi yang ahli untuk masing- masing mazhab.
Bila
dibandingkan dengan lembaga pendidikan di Baghdad sebelum Nizamiah, yang
mengajarkan seluruh ilmu pengetahuan
hingga ‘Abbasiyah muncul sebagai lembaga pendidikan yang ahli di berbagai
macam sains dan teknologi, maka yang menjadi pertanyaan adalah mengapa di
Madrasah Nizamiah tidak demikian?
Untuk
menjawab hal ini dapat dikatakan bahwa mungkin ini suatu inovasi dari
khalifah, karena di Madrasah Nizamiyah selain kepentingan politiknya yang
menonjol juga tidak ditemukan dokumen yang konkrit mengenai hal ini. Rencana
pengajaran atau kurikulum di Madrasah Nizamiah secara rinci menurut Mahmud
Yunus adalah : al-Qur’an (membaca, menghafal dan menulis), sastra arab,
sejarah Nabi, Fikih, Ushul Fikih dengan menitik-beratkan kepada mazhab
Syafi’i dan system teologi Asy’ariyah.
Selanjutnya
dapat dipahami bahwa materi pelajaran di Madrasah Nizamiah hanya mempelajari
ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik,
dan ilmu keterampilan lainnya. Karena terlihat madrasah ini
khusus didirikan untuk menyebarkan mazhab
sunni atau kepentingan politik. Sebab dari latar belakang didirikannya Madrasah Nizamiah untuk
pengaruh mu’tazilah dan syi’ah yang sangat kuat sebelumnya di lingkungan
masyarakat pada masa itu.[3]
Hamid
Hasan Bilgrami berbeda pendapat dengan Mahmud Yunus mengenai materi yang
diberikan di Madrasah Nizamiah, dia menyatakan bahwa pelajaran yang diberikan
di Madrasah Nizamiah juga mencakup ilmu bahasa tradisional, Fikih,
kajian-kajian Islam, ilmu hisab, faraidh, ilmu bumi, sejarah sastra,
kesehatan, biologi, agronomi, serta beberapa segi dari sejarah kealaman.[4]
Menghadapi pendapat yang
berbeda di atas, persepsi yang bisa
diberikan adalah kemungkinan, yaitu:
1) Mahmud
Yunus tidak menemukan dokumen atau narasumber tentang kurikulum pendidikan
yang diajarkan di Madrasah Nizhamiyah, seperti yang dikatakan Hamid Hasan di
atas.
2) Boleh
jadi kurikulum di Madrasah Nizamiah yang
dikemukakan oleh Mahmud Yunus mungkin
sekitar Al-Ghazali, Al-Juwaini yang masih mengajar di sana (sekitar satu abad
berdirinya), padahal lamanya madrasah Nizhamiyah tersebut tiga abad.
Guna
terlaksananya rencana pengajaran (kurikulum) di Madrasah Nizamiah ini
ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lengkap, gedung-gedung yang megah,
perpustakaan dengan jumlah buku yang lebih kurang 6000 jilid yang merupakan buku-buku wakaf untuk
sekolah itu (M. Athiyah al- Abrasy, 1970). Pendanaan
juga dibantu sepenuhnya baik bagi guru maupun mahasiswa, mereka free yakni
bebas dari biaya pendidikan dan disediakan asrama.
Sekedar untuk memperjelas
pelaksanaan kurikulum di madrasah Nizamiah sangat terkait dengan harta wakaf
dan penghasilannya yang diperoleh dari pengelolaan harta wakaf itu, sehingga
Nizham al- Mulk menetapkan anggaran untuk madrasah Nizhamiyah sebesar 600
ribu dinar setiap tahunnya.[5] Madrasah ini juga diatur
dengan sistem dan manajemen yang bagus sehingga menjadi salah satu madrasah yang termasyhur pada
saat itu.
|
||||
D.
|
Tokoh-
tokoh dan Ide-ide Nizamiah
|
Selain
berperan secara fisik terhadap perkembangan madrasah Nizhamiyyah, Nizham
al-Mulk juga berperan dalam menetapkan guru-guru yang akan mengajar pada
madrasah Nizhamiyyah, beliau menetapkan jabatan-jabatan penting seperti
mudarris (staff pengajar yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pengajaran), wa’idh (yang memberikan ceramah-ceramah umum di madrasah),
mutawalli al-kuttub (pustaka), muqri’ (yang membaca dan mengajarkan
al-Qur’an) dan nahwi (ahli gramitical bahasa arab). Orang-orang yang dipilih
oleh Nizham al-Mulk tersebut adalah mereka yang menganut mazhab Syafi’i,
paling untuk tiga jabatan (mudarris, wa’idh, dan mutawalli al-kuttub)
diharuskan bermazhab Syafi’i karena ketiga jabatan tersebut yang paling
berhak dan punya otoritas penuh menentukan arah dan kebijakan madrasah itu,
bahkan dalam banyak kasus seorang mudarris juga bisa berfungsi sebagai
administrator atas nama pendirinya. Sebagai madrasah terbesar dizamannya,
guru-guru yang mengajar pada madrasah Nizhamiyyah adalah tokoh-tokoh yang
punya reputasi tinggi.
Guru- guru yang memberikan
pelajaran di Madrasah Nizamiah antara lain yaitu :
1.
Abu
Ishak al-Syirazi (w. 476 H = 1083 M)
2.
Abu
Nashr al-Shabbagh (w.477 H = 1084 M)
3.
Abu
Qosim al-‘Alawi (w. 482 H = 1089 M)
4.
Abu
Abdullah al-Thabari (w. 495 H = 1101 M)
5.
Abu
Hamid al-Ghazali (w. 505 H = 1111 M)
6.
Radhiyuddin
alQazwaini (w. 575 H = 1179 M)
7.
Al-
Faairuzzabadi (w. 817 H = 1414 M).[6]
Madrasah-madrasah Nizamiah itu dapat disamakan dengan perguruan tinggi
di masa sekarang, mengingat gurunya
adalah ulama besar yang termasyhur salah satunya adalah Abu Hamid bin
Muhammad al-Ghazali. Al- ghazali
terkenal dengan asas mengajarnya, yaitu :
1.
Memperhatikan tingkat daya berpikir anak
2.
Menerangkan pelajaran dengan jelas
3.
Mengajarkan dari konkrit ke abstrak
4.
Mengajarkan ilmu pengetahuan secara berangsur-angsur.[7]
Al-Ghazali juga
memberikan pendapatnya tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh peserta
didik, diantaranya :
1. Peserta didik
harus memuliakan, menghormati dan bersikap rendah hati terhadap guru
2. Peserta didik
harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya, dll.
Ide-ide
pendidikan yang dikemukan oleh al-Ghazali merupakan hal yang sangat berharga
bagi dunia pendidikan, baik untuk kepentingan pendidik maupun peserta didik
yang semuanya mempunyai dampak pada diri dan lingkungan. Tidak dapat
dipungkiri pendapat al-Ghazali merupakan sumbangan yang besar dalam dunia
pendidikan, ini terbukti bahwa ia menjadi rujukan bagi pendidik dan peserta
didik tidak hanya didunia Islam tetapi juga diluar Islam dengan adanya renaissance di Eropa.
|
|
E.
|
Pengaruh
Madrasah Nizamiah
|
Madrasah
Nizamiah telah banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat, baik di bidang
politik, ekonomi, maupun bidang sosial keagamaan.
Dalam
batas ini madrasah merupakan kebijakan religio politik penguasa pemerintahan
waktu itu, dimana Nizam al-Mulk sebagai pejabat pemerintah yang
memiliki andil besar dalam pendirian dan penyebaran madrasah. Yang mana dalam
bidang ekonomi madrasah ini
dimaksudkan untuk mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dibidang hukum dan administrasi
serta mengajarkan hukum
syari’ah. Madrasah Nizamiah diterima
oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan keyakinannya dilihat dari
segi sosial keagamaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
Nizham Al-Mulk mendirikan
gedung-gedung ilmiah untuk ahli fikih, membangun madrasah-madrasah untuk para
ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin. Pelajar yang tinggal
di asrama diberi belanja secukupnya dari uang Negara dengan jumlah yang tidak
sedikit. Akibatnya Nizam al-Mulk mendapat teguran dari Malik Syah karena
diadukan orang, bahwa uang yang dibelanjakan untuk kepentingan pendidikan dan
pengajaran tersebut merupakan usaha Nizam al- Mulk untuk menaklukkan kota
Qustantiah (Constantinopel). Tindakan Nizam al-Mulk ini akhirnya dapat
diterima Malik Syah setelah dijelaskan alasan yang logis dan bahkan dapat
menyadarkan khalifah. Begitu besarnya perhatian Nizam al-Mulk terhadap
pendidikan dan pengajaran sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Syalabi : “Tidak satupun negeri yang
didapatkan tidak mendirikan madrasah oleh Nizam al-Mulk, sehingga pulau
terpencil di sudut dunia yang jarang didatangi manusia juga didirikan madrasah
yang besar lagi bagus. Ditemukannya orang terkenal berpengetahuan luas dan
mendalam disuruh mengajar dan memberi sekolah itu adalah wakaf, dilengkapi
dengan perpustakaan.”[8]
Kehadiran Madrasah Nizamiah
telah memberi pengaruh yang besar pada masyarakat baik bidang politik,
ekonomi, maupun sosial keagamaan. Dalam
bidang ekomomi, madrasah ini telah menghasilkan lulusan yang siap menjadi
pegawai pemerintah dibidang hukum dan administrasi. Pada sosial keagamaan,
madrasah yang memfokuskan pada ajaran fiqih, dianggap sesuai dengan kebutuhan
masyarakat umumnya.
Madrasah pada zaman Abbasiyah
ini tampaknya ditangani langsung dan serius oleh pemerintah. Melalui lembaga
madrasah muncullah kecintaan dan gairah pada intelektual Islam terhadap ilmu pengetahuan.
Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai ilmu agama dan sains yang mereka
hasilkan.
Meskipun beberapa pendapat para ahli menolak bahwa
madrasah Nizamiah bukanlah madrasah yang pertama didirikan, akan tetapi ia
merupakan madrasah yang sangat populer di kalangan masyarakat Islam dan non
Islam, hal ini disebabkan Nizamiah merupakan sistem madrasah pertama
khusus didirikan oleh negara dan Sunni. Pemerintah terlibat dalam menentukan
tujuan-tujuan madrasah, kurikulum, dan memilih guru, serta pemerintah memberikan
dana kepada madrasah. Selain itu, Nizamiah memiliki spirit ilmu pengetahuan
yang tinggi, baik untuk tujuan politik maupun agama.
Latar belakang berdirinya Madrasah selain termotivasi
oleh faktor agama dan ekonomi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, juga
termotivasi oleh aspek politik. Seperti halnya, latar belakang lahirnya
Madrasah Nizamiyah yang paling mendasar adalah adanya perseteruan antara
kelompok Sunni, Dinasti Saljuk dengan kelompok Syi’ah, Dinasti Fatimiyah di
Mesir. Dinasti Saljuk berkeyakinan bahwa idiologi harus dibalas dengan
idiologi. Dari sinilah, maka Nizhamiyah merupakan senjata atau alat untuk
menanamkan doktrin- doktrin Sunni sebagai perlawanan paham Syi’ah.
Menurut sejarah Islam, Nizam
al-Mulk adalah orang yang mula- mula mendirikan madrasah. Sedangkan menurut
Gibb dan Kramers yang
dikutip oleh Drs. Hasbullah disebutkan, bahwa setelah
madrasah Nizamiah ini didirikan madrasah terbesar oleh Shalahuddin al-
Ayyubi.[9]
Namun demikian harus diakui
bahwa pengaruh madrasah Nizamiah, ternyata melebihi pengaruh
madrasah-madrasah sebelumnya. Ia merupakan fondasi sekaligus prototipe dari
kelanjutan pendidikan Islam saat ini.[10] Maka
tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pendirian universitas-universitas di
Barat merupakan hasil inspirasi dari pengaruh madrasah Nizamiah.
|
|
F.
|
Kesimpulan
|
Nizamiah adalah
sebuah lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah yang dikelola oleh pemerintah
pada masa Bani Saljuk. Madrasah ini mempunyai corak yang berbeda dari lembaga
pendidikan sebelumnya. Madrasah ini didirikan di kota Baghdad dan sekitarnya,
yang didirikan oleh seorang Perdana Menteri yang mempunyai perhatian besar
terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan disamping faktor politik dan
keagamaan. Perdana Menteri itu bernama Nizam al-Mulk dengan memakai sistem
modern.
Madrasah Nizamiah
mempunyai manajemen
yang bagus, dikelola dengan baik dari segi pendanaan, gedung-gedung yang
bagus dan dalam jumlah yang banyak. Guru-guru digaji selama masa jabatannya,
perpustakaan yang lengkap, asrama dan untuk makan mahasiswanya, biaya gratis
dan kurikulum ditetapkan oleh pemerintah Baghdad.
Materi yang
diberikan di Madrasah Nizamiah adalah diarahkan untuk mengembangkan mazhab Sunni. Oleh karena itu
materinya lebih berorientasi pada ilmu keagamaan melalui empat mazhab, tetapi
yang menonjol adalah mazhab Syafi’i. para lulusannya dipersiapkan untuk duduk
dipemerintahan Saljuk yang bermazhab Sunni.
Madrasah
Nizamiah merupakan madrasah yang tertua yang pernah ada di dalam catatan
sejarah Baghdad meskipun telah ada madrasah yang mendahuluinya, akan tetapi
kurang tersohor dan kurang berpengaruh bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
pendidikan di lingkungan sekitarnya.
Tujuannya tak lain tak bukan
adalah untuk menghilangkan pengaruh syi’ah yang pemikirannya berseberangan
dengan pemikiran mereka. Mereka menganggap bahwa syi’ah terlalu ekstrim dan
keluar dari apa yang didatangkan dari Rasul SAW. Selain itu, ada juga tujuan
perpolitikan sang wazir (perdana menteri) dengan adanya madrasah Nizamiyah
ini.
Demikianlah
makalah ini penulis buat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan serta jauh dari kesempuranaan, untuk itu
penulis mengharapkan wejangan kritik dan saran dari rekan mahasiswa dan dosen
pembimbing sekaligus pengasuh mata kuliah ini.
|
[1]Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT
Hidakarya Agung, 1990), 172.
[2] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:
PT Hidakarya Agung, 1992), 74- 75.
[3] Prof.
Dr. Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan
Islam, (Jakarta :
Kencana, 2008), 162.
[4] Hamid Hasan Bilgrami, Konsep
Universitas Islam judul asli: The
Concept of Islamic University, penerj. Machnum Husein (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1989), 48.
[5] Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, 75.
[6] Ibid., 74
[7] http://yherlanti.wordpress.com/2010/09/03/madrasah-menapaki-sejarah-dulu-dan-hari-ini/ di unduh 17 Desember 2012
[8]Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1973), 108.
[9] Drs.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 1999),
160.