Sabtu, 22 Juli 2023

Revitalization of intellectual consciousness HMI-Wati dalam Membangun Eksistensi KOHATI Komisariat IAIN Kediri yang Progresif




Pendahuluan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), didirikan di Yogyakarta oleh Lafran Pane bersama 14 orang temannya pada tanggal 14 Februari 1947. HMI didirikan memiliki tujuan: 1) Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia; 2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam; 3) Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam; 4) Membentuk Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam [1]

HMI Wati (KOHATI) didirikan pada 17 September 1966 M pada Kongers VIII di Solo. KOHATI merupakan badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan di HMI setingkat. KOHATI berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Pada tingkat internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan, sedangkan pada tingkat eksternal HMI, berfungsi sebagai organisasi perempuan.

KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut : “Terbinanya Muslimah yang berkualitas Insan Cita” dan “Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt”. Dengan rumusan tujuan ini KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI (mencapai 5 kualitas insan cita) tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita.

Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan kualitas dan peranannya dalam wacana keperempuanan. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-Wati tidak saja di KOHATI dan HMI, tetapi juga dalam masyarakat luas, terutama dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan. Dengan demikian, maka jelas bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada pencapaian tujuan HMI [2].

Berdasarkan latar belakang pendirian HMI dan KOHATI di atas, maka KOHATI harus membekali dirinya dengan meningkatkan kualitasnya sehingga anggota KOHATI memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual, kemampuan profesional serta kemandirian dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan yang berkembang dalam masyarakat. Untuk itu tradisi intelektual yang ada pada HMI-Wati (KOHATI) harus direvitalisasi atau dihidupkan dan digiatkan kembali. 

Ketika tradisi intelektual hidup dan bangkit kembali insaallah ke arah maka kemajuan, kebangkitan dan kenaikkan derajat akan dimiliki oleh HMI-Wati. Pajak kendaraan bermotor saja bertambah apalagi para perempuan yang memiliki tradisi intelektual.

"Waktu zaman abang HMI dulu, HMI punya tradisi intelektual yang tidak diragukan, rebutan baca buku, berlomba mengeluarkan referensi, kajian yang berlimpah. Waktu zaman abang dulu, HMI itu kuat. Waktu zaman abang dulu, HMI itu memasyarakat. Waktu zaman abang dulu, HMI itu kritis. Waktu zaman abang dulu, HMI itu idealis," dst. Kata-kata itu selalu terlontar setiap kali KAHMI berdialog dengan kader, dialog yang terjadi hampir selalu sama, lagi-lagi romantisme sejarah. Sejarah "emas" HMI sepertinya hanya pada zaman mereka, dan kader HMI terkungkung di "ketiak" sejarah keemasan itu [3].

Demikianlah kalimat yang sering kita dengar dari Kakak-kakak kita. Kalimat ini menunjukkan rasa sayangnya Kakak-kakak kita kepada HMI saat ini. Mereka yang mengingatkan untuk menuju kepada kebaikkan hal ini menunjukkan mereka sayang kepada kita. Maka, marilah mulai saat ini kita berikhtiar untuk mengembalikan adat/tradisi intelektual HMI agar kita dapat memperoleh kembali masa keemasan. Yakni HMI yang memiliki visi ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an. Tri komitmen HMI yakni; Keindonesiaan, Keislaman dan Kemahasiswaan. Namun patut diakui bila menurunnya tradisi intelektual disebabkan beberapa faktor, antara lain: sistem pendidikan tinggi yang terjebak pada formalitas ijazah dan orientasi nilai; situasi nasional yang mendorong mahasiswa terlibat dalam politik praktis; serta rekrutmen kader yang masih berorientasi pada kuantitas bukan kualitas. Beberapa faktor munculnya persoalan menurunnya tradisi intelektual ini perlu diselesaikan.

Pembahasan

Revitasilasi adalah proses, cara dan perbuatan yang dilakukan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali suatu program atau kegiatan. Dengan revitalisasi, kualitas suatu program dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan dengan lebih baik [4]. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa revitalisasi adalah suatu proses atau cara yang dilakukan guna menggiatkan kembali program yang belum maksimal agar dapat memberikan hasil dan manfaat yang optimal.

HMI bercita-cita mewujudkan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudknya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT. HMI perlu mereview agar tetap istiqomah dengan khittahnya sebagai organisasi sosial dan gerakan intelektual; yang populis (Paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan, dan keutamaan rakyat kecil)  bukan organisasi pragmatis (bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan/kemanfaatan) dan terlalu elitis (kelompok yang terpandang). Responsif terhadap keadaan bangsa, merupakan tanggungjawab kita semua yakni mahasiswa sebagai penyambung aspirasi masyarakat.

Dengan demikian HMI-Wati harus senantiasa berikhtiar menjadi mahasiswa yang memiliki khittah sosial dan tradisi intelektual. Tradisi intelektual memang mudah diucapkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan. Tetapi awal bisa adalah biasa. HMI-Wati yang intelek memiliki kebiasaan para intelektual. Kebiasaan yang dimiliki para intelektual. Apa yang membuat KAHMI menjadi orang sukses? Salah satu yang membuatnya sukses dan berhasil, tiada lain adalah kegemaran membaca buku, rajin berdiskusi dan melakukan kajian, dan produktif membuat karya tulisan. Manfaat dari tradisi intelektual tersebut, mampu mengubah kehidupan KAHMI yang dulu berbeda dengan kader HMI saat ini.

Tradisi yang telah dimiliki oleh Abang-abang HMI saat itu  sangat penting untuk dilestarikan. Contoh ikhtiar tradisi intelektual: 1) Kajian bersama KAHMI; 2) Menerbitkan buku; 3) Menulis di blog; 4) Menjadikan komisariat sebagai bengkel intelektual; 5) Menginfaqkan uang jajannya untuk terselenggaranya kajian.

Kajian, terdapat beberapa aspek yakni membaca, berdiskusi, meneliti dan menulis. Membaca merupakan gerbang pengetahuan. Setelah membaca perlu dikomunikasikan dengan orang lain, perlu didialogkan dengan buku yang lain, sehingga akan memperoleh pengetahuan yang baru dengan tingkat yang lebih tinggi. Berdiskusi dapat memperluas pengetahuan, menembus batas-batas pengetahuan, semakin rajin mencari pengetahuan-pengetahuan yang baru. Meneliti malakukan observasi lapangan terkait dengan hal yang sudah dibaca dan yang terjadi di lapangan. Tulisan merupakan sebuah bentuk ikatan dari pengetahuan yang kita miliki. “Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya” demikianlah ucapan dari Ali Bin Abi Thalib.  Tulisan akan dibaca oleh banyak orang dan menjadi jariyah bagi penulisnya.  

Kajian adalah ruh intelektualisme. Tokoh-tokoh yang dikenal sebagai intelektual, semuanya terlibat, atau mellbatkan dm, dengan aktivitas kajian. Seperti Imam Syafi'i, Imam Bukhari, Ibnu Sina, dan lain sebagainya, mereka kesana-kemari mencari guru  dan belajar ilmu. Mereka membaca, berdiskusi dengan para intelektual, meneliti dan membangun pemikian dan kemudian menuliskannya sehingga dapat diwariskan bagi generasi setelahnya.

Menerbitkan buku, memiliki banyak manfaat terutama bagi diri sendiri. Antara lain sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangan dan jerih payah diri; dengan menulis buku akan lebih dikenal oleh banyak orang, minimal namanya; Buku lebih mudah dijual baik online maupun off line; membangun personal branding untuk masa depan; Daya dan upaya untuk berhasil menyelesaikan suatu karya dalam bentuk sebuah buku adalah hal luar biasa yang patut disyukuri dan dirayakan; Memberikan manfaat baik bagi diri maupun orang lain, terlebih jika ada income dari sana; Adanya kepuasan batin dari seorang penulis membuat dirinya semakin bersemangat untuk berkarya.

Menulis di Blog, beberapa orang mungkin beranggapan bahwa manfaat blog hanyalah sekadar media untuk menuliskan artikel. Tentu tidak selalu demikian. Nyatanya, ada begitu banyak keuntungan membuat blog bagi penulis dan juga pembacanya. Sebagian manfaat blog adalah Berbagi pengetahuan, Menghasilkan uang secara online; Membangun jaringan; Menjual produk; Menjadi portofolio online; Mengasah kemampuan menulis; Mengembangkan bisnis; Membangun kepercayaan; dan Mendapatkan lebih banyak calon pelanggan.

Menjadikan komisariat sebagai bengkel intelektual, emosional dan spiritual, menyampaikan materi secara bergantian, berdiskusi merupakan wadah candradimuka, wadah untuk unjuk gigi, wadah urun rembug berbagai persoalan yang ada. Dengan demikian HMI-Wati yang rajin memanfaatkan komisariat sebagai bengkel intelektual sehingga ia menjadi manusia yang matang pikiran, dewasa dalam penyikapan, dan tepat dalam bertindak. Pentingnya forum dialog atau diskusi sebagai media melatih untuk terbiasa dan mahir mengemukakan ide, pikiran dan pandangan sesuatu pada pihak lain. Karena banyak orang banyak isi dalam diri, tapi tidak bisa mengemukakan. Di samping diskusi juga menjadi media mengkaji dan menguji pikiran yang membandingkannya dengan pendapat orang lain. Forum diskusi menelaah apa yang dipikir benar, selanjutnya tidak perlu malu salah, karena itu meluruskan persoalan. Proses belajar membangun kedewasaan dan keterbukaan sikap dalam menghadapi perbedaan pendapat, juga menumbuhkan sikap mendengarkan bukan hanya ingin didengarkan.

Sinergisitas trilogi perkaderan HMI (dikader, berkader, mengkader) sangat di butuhkan dalam menjalankan tradisi intelektual sehingga terjadi komunikasi yang baik antara junior dan senior di tingkat komisariat.

Menginfaqkan uang jajan untuk terselenggaranya kajian. Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan di jalan Allah, termasuk para pencari ilmu. Banyak keutamaan yang ada di dalam infaq bisa diraih oleh seorang muslim, terlebih lagi berinfaq di jalan Allah. Berikut 12 keutamaan berinfaq, yaitu:

  1. Infaq adalah wujud ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena sebagai perintah-Nya untuk melaksanakan infaq. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 267
  2. Infaq dapat membersihkan dan mensucikan jiwa, (QS. At-Taubah ayat 103).
  3. Infaq bisa menjadi sebab seorang muslim dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang benar dalam melaksanakan agama (shiddiqin). (QS. Al-Hujurat ayat 15).
  4. Infaq adalah salah satu jalan Allah untuk melipatgandakan kebaikan seorang muslim. (QS. Al-Baqarah ayat 261).
  5. Infaq sebagai sarana untuk menghapus sebagian dosa-dosa yang telah lalu. Termaktub dalam QS. Al-Baqarah ayat 271.
  6. Infaq harus merupakan sesuatu yang terbaik, ini merupakan salah satu cara untuk meraih kebaikan (al-birr) di sisi Allah. Kebaikan dari Allah tentunya segala kebajikan dan segala ketaatan yang bisa mengantarkan diri masuk surga. (QS. Ali Imran ayat 92).
  7. Infaq, memberi peluang untuk diampuni segala dosa, dimasukan ke dalam surga dan digolongkan dengan orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran ayat 133-134).
  8. Infaq dapat menyelamatkan pelakunya dari azab Allah subhanahu wa ta’ala di akhirat kelak. (QS. Ash-Shaf ayat 11).
  9. Infaq bisa memudahkan rezeki datang kepada pelakunya, sehingga mendapatkan tambahan yang tidak disangka-sangka. Lihat QS. Saba ayat 39.
  10. Infaq merupakan amalan shalih yang bisa meningkatkan derajat pelakunya di sisi Allah. Lihat QS. Fathir ayat 10.
  11. Infaq adalah wujud amalan yang menandakan pelakunya bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas tambahan nikmat-Nya. Lihat QS. Ibrahim ayat 7.
  12. Infaq kembali ditegaskan Allah bisa memasukan pelakunya ke dalam surga. Lihat QS. ar-Radu ayat 22-23.     

 Kesimpulan

  1. HMI dan HMI-Wati memiliki tugas yang sama yakni “Terbinanya Muslim yang berkualitas Insan Cita” dan “Insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt”.
  2. Tri komitmen HMI yakni; Keindonesiaan, Keislaman dan Kemahasiswaan.
  3. Tradisi intelektual dapat dilakukan melalui: 1) Kajian bersama KAHMI; 2) Menerbitkan buku; 3) Menulis di blog; 4) Menjadikan komisariat sebagai bengkel intelektual; 5) Menginfaqkan uang jajannya untuk terselenggaranya kajian.


Referensi

[1]      PB HMI, “Sejarah lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam,” PB HMI, 1947. https://himpunanmahasiswaislam.org/ (accessed Jul. 20, 2023).

[2]      Kowani, “KOHATI PB HMI,” https://kowani.or.id/kohati/, 2023. https://kowani.or.id/kohati/ (accessed Jul. 20, 2023).

[3]      K. dkk Hidayat, Menggugat HMI Mengembalikan Tradisi Intelektual. Ciputat: HMI Cabang Ciputat, 2004.

[4]      KBBI, “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),” https://kbbi.web.id/, 2018.


Rabu, 28 Juni 2023

PEMBAGIAN DAGING KURBAN (bingkai Moderasi Beragama)



Hari raya Idul Adha telah tiba. Hari ini merupakan hari yang special bagi umat Islam, sebab setelah selesai sholat Idul Adha kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban. Hewan kurban sapi, kerbau, kambing dan domba, yang merupakan daging yang sangat lezat untuk dinikmati. Sehingga hari raya Idul Adha merupakan hari pesta umat Islam. Sebagaimana Rosulullah saw bersabda:

سنن النسائي ٢٩٥٤: أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ فَضَالَةَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ وَهُوَ ابْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ قَالَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَلِيٍّ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

Sunan Nasa'i 2954: Telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin fadhalah bin Ibrahim mengatakan, telah mengabarkan kami Abdullah yaitu Ibnu yazid Almuqri` mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa bin Ali mengatakan, aku mendengar ayahku menceritakan dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Hari Arafah, hari idul adha, dan hari tasyriq adalah hari raya kita, pemeluk Islam, ia hari makan-minum"

Berdasarkan hadits diatas dapat dipahami bahwa idul adha dan tasyrik adalah hari makan-minum, hari pesta. Pesta tentunya bukan untuk dinikmati sendiri melainkan juga harus ditasarufkan. Pada pentasarufan zakat, terdapat 8 golongan yang berhak menerima: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah, 9: 60).  Sedangkan dalam pembagian daging kurban, tidak ada ayat Al-Qur’an yang khusus menetapkan kelompok atau golongan masyarakat yang berhak menerimanya.

Daging kurban itu dapat dibagikan dengan tiga kategori: Pertama, kepada kaum faqir miskin yang memang berkekurangan dan membutuhkan bantuan; Kedua, kepada tetangga, yaitu orang-orang yang bermukim di sekitar rumah kita; dan Ketiga, orang yang berkurban itu sendiri. Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۖ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir (Q.S. al Hajj:22).

Dari ketiga kelompok itu, terutama kaum faqir-miskin dan tetangga, tidak ada ketentuan khusus yang menetapkan bahwa mereka harus Muslim. Jadi kalau ada faqir-miskin atau tetangga yang non-Muslim sekalipun di sekitaran rumah kita, maka mereka boleh saja diberi atau menerima daging kurban. Bahkan ada pendapat yang menyatakan, tetangga yang kaya sekalipun, maka ia boleh diberi bagian dari daging kurban. Allah swt memberikan petunjuk di dalam Al-Quran surat al Mumtahanah ayat 8, sebagai berikut:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS al-Mumtahanah: 8).

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ عُمَرَ رَأَى حُلَّةً سِيَرَاءَ تُبَاعُ عِنْدَ بَابِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ اشْتَرَيْتَهَا فَلَبِسْتَهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلِلْوُفُودِ إِذَا قَدِمُوا عَلَيْكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ ثُمَّ جَاءَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا حُلَلٌ فَأَعْطَى عُمَرَ مِنْهَا حُلَّةً فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَسَوْتَنِيهَا وَقَدْ قُلْتَ فِيهَا مَا قُلْتَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَمْ أَكْسُكَهَا لَتَلْبَسَهَا إِنَّمَا كَسَوْتُكَهَا لِتَبِيعَهَا أَوْ لِتَكْسُوَهَا قَالَ فَكَسَاهَا عُمَرُ أَخًا لَهُ مُشْرِكًا مِنْ أُمِّهِ بِمَكَّةَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid telah menceritakan kepada kami Ubaidullah dari Nafi' dari Ibnu Umar, Umar melihat hullat saira dijual di pintu Masjid. Dia berkata; "Wahai Rasulullah, ohh andaikan baginda mau membelinya dan memakainya saat jumat, atau untuk dihadiahkan para utusan ketika berkunjung menemui baginda." Rasulullah saw menjawab: " yang memakai pakaian ini hanyalah mereka yang tidak mendapatkan bagian di akhirat." Hari berikutnya datanglah hadiah-hadiah yang antaranya hulat saira'. Sebagian Rasulullah saw berikan kepada Umar. Umar protes; "Wahai Rasulullah! Baginda memberiku hulat saira` padahal baginda berujar tidak boleh." Rasulullah saw bersabda: " Saya memberikan kepadamu bukan untuk dipakai, tetapi agar kamu jual atau kamu berikan kepada orang lain." Ibnu Umar berkata; Maka Umar memberikannya kepada saudaranya seibu yang masih musyrik di Makkah (Kitab Ahmad: Hadist No – 5535).

Berdasarkan riwayat tersebut, maka memberikan bagian hewan kurban kepada non-Muslim dibolehkan, karena status hewan kurban sama dengan sedekah atau hadiah, dan diperbolehkan memberikan sedekah maupun hadiah kepada non muslim. 

Menyembelih hewan kurban itu, selain bernilai ibadah bagi yang berkurban, juga mengandung hikmah untuk memperkuat hubungan silaturahim secara sosial-kemasyarakatan. Sebagai wasilah dalam membina hubungan ketetanggaan yang harmonis. Termasuk juga dengan tetangga yang non-Muslim. Sehingga mereka, para tetangga itu, boleh juga diberi dan menerima daging kurban. Hal ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesenjangan sosial dalam pergaulan ketetanggaan. Sebagai contoh, semua warga di lingkungan ketetanggaan mendapat daging kurban. Lalu ada satu tetangga non-Muslim tidak diberi daging kurban. Hal ini tentu akan membuatnya berkecil hati, merasa sedih, dan berdampak mengurangi keharmonisan hubungan ketetanggaan. Hal ini sekaligus juga sebagai wujud nyata ajaran Islam sebagai Rahmatan lil-‘alamin, yang diisyaratkan dalam ayat al Qur’an:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya, 21: 107).

Melalui perlakuan yang sama antar tetangga muslim dan non muslim dapat terbina keakraban sosial dengan sesama. Tentu dengan syarat harus untuk membawa kemaslahatan bagi umat di jalan yang diridhoi Allah.


Kamis, 01 Juni 2023

RENCANA AKSI PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA (P4GN) & SISTEM PELAPORAN PENYULUH AGAMA


 Pendahuluan

Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama dan bidang pendidikan. Dalam menetapkan Visinya Kementerian Agama mempertimbangkan hasil capaian kinerja 5 tahun terakhir, potensi dan permasalahan yang dihadapi, serta visi Presiden dan Wakil Presiden. Visi Presiden dan Wakil Presiden tahun 2020-2024 yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”. Adapun Visi Kementerian Agama tahun 2020-2024 adalah “Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun masyarakat yang saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong

Terdapat 6 (enam) kata kunci didalam visi Kementerian Agama, yaitu: Profesional, Andal, Saleh, Moderat, Cerdas, dan Unggul. Profesional, artinya adalah memiliki keahlian dan keterampilan yang memerlukan kepandaian khusus; Andal, artinya bahwa dapat dipercaya dalam menghasilkan produk yang berkualitas; Saleh, artinya taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah; Moderat, artinya selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem dan berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah; Cerdas, artinya sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya) dan tajam pikiran; dan Unggul, artinya lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet, dan sebagainya) daripada yang lain-lain.

Berdasarkan keenam kata kunci tersebut, maka yang dimaksud dengan Kementerian Agama yang profesional dan andal adalah Kementerian Agama didukung oleh ASN yang memiliki keahlian dan keterampilan yang memerlukan kepandaian khusus serta dapat dipercaya dalam menghasilkan produk yang berkualitas di bidang agama dan pendidikan. Yang dimaksud “dalam membangun masyarakat yang saleh, moderat, cerdas dan unggul” adalah produk yang berupa masyarakat yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah, selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem dan berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah, sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir,mengerti, dan sebagainya) dan tajam pikiran, serta lebih pandai dan cakap. Yang dimaksud “untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong” adalah bahwa masyarakat yang mempunyai ciri-ciri di atas akan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya visi Presiden dan Wakil Presiden dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong. Dalam jangka panjang, capaian Visi ini akan memberikan kontribusi kepada Visi Pendidikan Indonesia 2025 sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 “Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)”.

Gambar: Hubungan antara Misi Kementerian Agama dengan Misi Presiden-Wakil Presiden

Untuk mewujudkan misi tersebut, maka misi yang diemban Kementerian Agama adalah:

  1. Meningkatkan kualitas kesalehan umat beragama;
  2. Memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama;
  3. Meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata;
  4. Meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu;
  5. Meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan;
  6. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). (Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2020-2024)

Dari visi dan misi inilah kemudian yang harus diterjemahkan oleh Penyuluh Agama ke dalam tingkat operasionalisasi kegiatan penyuluhan. Dari sisi tugas penyuluhan, sekurang ada tiga tugas yang diemban penyuluh agama, yaitu:

  1. Bimbingan pengamalan agama
  2. Menyampaikan gagasan pembangunan
  3. Meningkatkan kerukunan hidup beragama

Tugas penyuluh agama berkaitan dengan penyuluhan pembangunan meliputi dua hal sebagai berikut:

  1. Memberikan penerangan tentang program-program pemerintah melalui bahasa agama guna meningkatkan peran serta umat dalam pelaksanaan pembangunan.
  2. Pengembangan umat dalam upaya pemberdayaan kehidupan dan penghidupannya agar maju dan mandiri menuju karsa swadaya masyarakat.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 504 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyuluh Agama Islam Non PNS terdapat 12 bidang spesialisasi, salah satunya adalah spesialisasi NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) dan HIV/AIDS. Penyuluh bidang Pencegahan NAPZA dan HIV/AIDS: bertugas/berperan membantu instansi yang berwenang dalam pencegahan HIV/AIDS serta pencegahan penyalahgunaan NAPZA dan proses rehabilitasi pengguna NAPZA dengan pendekatan pendampingan dan spiritual.

Penyuluh di bidang ini harus mengetahui dan memahami materi tentang NAPZA dan HIV/AIDS yang berkembang cepat, baik dari segi jenis-jenis obat kategori terlarang, kategori pelanggaran hukumnya, sebab-sebab yang dapat mengarahkan pada NAPZA, dampaknya bagi kesehatan, kehidupan sosial, bagaimana pandangan agama dan regulasi yang membahas tentang NAPZA, pengetahuan tentang proses rehabilitasi pengguna NAPZA dan perkembangan lain yang terkait. Begitu juga materi yang berkaitan dengan HIV/AIDS dan ODHA dengan menggunakan berbagai pendekatan sesuai porsi Penyuluh Agama.

 

NARKOTIKA BAGI KESEHATAN, KEHIDUPAN SOSIAL, DAN AGAMA

Narkoba merupakan suatu obat-obatan yang berasal dari alam, sintetis ataupun semi sintetis yang dilarang penggunaannya karena menimbulkan ketergantungan dan kecanduan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi penyalahgunanya. Sebagian besar narkoba memiliki manfaat untuk mengatasi dan meredakan rasa nyeri dan menjadi pilihan terakhir untuk pengobatan. Tak hanya itu ada juga jenis narkoba yang bermanfaat untuk mengatasi depresi, sebagai obat bius dan lain sebagainya. Sehingga jika digunakan dengan baik maka akan menimbulkan manfaat yang baik pula.

Narkoba selain memiliki manfaat juga memiiliki madlarat bagi menyalahgunakannya, sehingga menimbulkan dampak bagi kesehatan, sosial dan keberagamaan.

Dampak Penyalahgunaan Narkoba bagi kesehatan

Golongan

Jenis

Contoh

Dampak

Golongan 1

Alami

Ganja, opium, dan tanaman koka

·       Bersifat alami dan langsung bisa digunakan melalui proses sederhana

·       Beresiko tinggi menimbulkan efek kecanduan hingga kematian

Golongan 2

Semi Sintetis

Morfin, Heroin, Kodein, Alfaprodina,

Menimbulkan ketergantungan

Golongan 3

Sintetis

Amfetamin, Metadon, Deksamfetamin

·       Dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan, terapi dan juga penelitian

·       Ketergantungan yang cukup ringan

Peredaran dan dampak narkoba saat ini sudah sangat meresahkan. Mudahnya mendapat bahan berbahaya tersebut membuat penggunanya semakin meningkat. Tak kenal jenis kelamin dan usia, semua orang berisiko mengalami kecanduan jika sudah mencicipi zat berbahaya ini. Meski ada beberapa jenis yang diperbolehkan dipakai untuk keperluan pengobatan, namun tetap saja harus mendapatkan pengawasan ketat dari dokter.

Ada banyak bahaya narkoba bagi hidup dan kesehatan, di antaranya adalah:

Dehidrasi: Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan keseimbangan elektrolit berkurang. Akibatnya badan kekurangan cairan. Jika efek ini terus terjadi, tubuh akan kejang-kejang, muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan rasa sesak pada bagian dada. Jangka panjang dari dampak dehidrasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

Halusinasi: Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba seperti ganja. Tidak hanya itu saja, dalam dosis berlebih juga bisa menyebabkan muntah, mual, rasa takut yang berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila pemakaian berlangsung lama, bisa mengakibatkan dampak yang lebih buruk seperti gangguan mental, depresi, serta kecemasan terus-menerus.

Menurunnya Tingkat Kesadaran: Pemakai yang menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang berlebih, efeknya justru membuat tubuh terlalu rileks sehingga kesadaran berkurang drastis. Beberapa kasus si pemakai tidur terus dan tidak bangun-bangun. Hilangnya kesadaran tersebut membuat koordinasi tubuh terganggu, sering bingung, dan terjadi perubahan perilaku. Dampak narkoba yang cukup berisiko tinggi adalah hilangnya ingatan sehingga sulit mengenali lingkungan sekitar.

Kematian: Dampak narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang tinggi atau yang dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-sabu, opium, dan kokain bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang dan jika dibiarkan dapat menimbulkan kematian. Inilah akibat fatal yang harus dihadapi jika sampai kecanduan narkotika, nyawa menjadi taruhannya.

Gangguan Kualitas Hidup: Bahaya narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi tubuh, penggunaan obat-obatan tersebut juga bisa mempengaruhi kualitas hidup misalnya susah berkonsentrasi saat bekerja, mengalami masalah keuangan, hingga harus berurusan dengan pihak kepolisian jika terbukti melanggar hukum.

Pemakaian zat-zat narkotika hanya diperbolehkan untuk kepentingan medis sesuai dengan pengawasan dokter dan juga untuk keperluan penelitian. Selebihnya, obat-obatan tersebut tidak memberikan dampak positif bagi tubuh. Yang ada, kualitas hidup menjadi terganggu, relasi dengan keluarga kacau, kesehatan menurun, dan yang paling buruk adalah menyebabkan kematian. Karena itu, jangan coba-coba memakai barang berbahaya tersebut karena resikonya sangat tinggi bagi hidup dan kesehatan. 

Dampak Penyalahgunaan Narkoba bagi Kehidupan Sosial

Pengguna narkoba tidak bisa beraktivitas sebagai mana mestinya. Tidak hanya merugikan diri sendiri, narkoba juga merugikan lingkungan sosial. Karena, pengguna narkoba bisa melakukan apa saja tanpa sadar, mulai dari mencuri, emosinya tidak terkendali, hingga mengganggu kenyamanan masyarakat di sekitarnya. Selain itu, pengguna narkoba tidak lagi mempunyai tujuan hidup dan tidak memedulikan masa depannya.

Mengganggu Keamanan dan Ketertiban di Masyarakat. Di setiap wilayah, masyarakatnya pasti ingin merasakan keamanan dan kenyamanan, karena lingkungan yang sehat. Namun, narkoba membuat situasi lingkungan tempat tinggal tidak nyaman karena ketakutan akan peredaran narkoba. Selain itu, penyalahgunaan narkoba pada masyarakat dapat menurunkan kualitas hidup dan mendorong perilaku kriminal. Selain itu, penyalahgunaan narkoba pada masyarakat dapat menurunkan kualitas hidup dan mendorong perilaku kriminal. Sebab, pengguna narkoba tidak sadar dan tidak bisa berpikir jernih.

Menyebabkan Beban Sosial Ekonomi. Narkoba dijual mahal dan membuat penggunanya tidak bisa lepas. Oleh karena itu, penggunanya akan melakukan segala macam cara untuk mendapatkan narkoba lagi. Bahkan, pengguna yang awalnya punya pekerjaan dan masa depan, menjadi tidak bisa beraktivitas dengan baik. Akibatnya, ekonominya terus menurun dan menjadi beban sosial ekonomi. Oleh karena itu, pengguna narkoba harus lepas agar dapat memperbaiki kehidupan dan masa depannya.

Merusak Dunia Pendidikan. Pelajar tidak lepas dari ancaman narkoba yang berbahaya. Narkoba merusak otak dan saraf, sehingga kita tidak bisa belajar dengan baik. Padahal, negara membutuhkan para pelajar untuk mempersiapkan masa depan, sehingga memajukan bangsa dan negara. Penyalahgunaan narkoba pada pelajar, tentu memengaruhi dunia pendidikan. Karena menyebabkan penggunanya tidak stabil secara ekonomi, sering berbohong, tidak sadar, kesulitan konsentrasi, dan menurunkan kemampuan sosial. 

Dampak Penyalahgunaan Narkoba dalam pandangan Agama

Agama Islam

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S. al Maidah:90)

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Q.S. al Maidah:91)

Dalam ayat ini disebutkan minuman keras (mengandung alkohol) termasuk ke dalam zat adiktif non narkotika/psikotropika. Minuman keras yang mengandunng alkohol tersebut dapat mengganggu kesehatan seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, gangguan otak dan saraf, bahkan depresi. Sehingga jelas Allah SWT. melarang perbuatan tersebut. Dalam Ayat tersebut dijelaskan pula bahwa tindakan tersebut termasuk dalam perbuatan setan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Agama Islam sangat melarang penyalahgunaan narkoba berdasarkan ayat-ayat Al-Quran.

Agama Kristen

Dalam kitab lmamat 10: 8-11, Tuhan menasehatkan kepada Harun agar tidak meminum minuman keras. lni hanya salah satu contoh bahwa meminum atau memakai sesuatu yang merusak tubuh manusia itu tidak diperkenankan oleh Tuhan. Walaupun ditetapkan bagi Harun dan para Imam apabila memasuki pertemuan ibadah, tetapi mempunyai arti yang sangat luas bagi seluruh umat Israel. Apalagi hal ini dipesankan agar diajarkan kepada anak-anaknya dan kepada seluruh bangsa Israel. Pesan ini bertujuan agar KeKudusan hidup yang telah diberikan Allah kepada Harun dan anak-anaknya serta bangsa Israel terpelihara.

Dalam Korintus 7:1, dijelaskan “sucikan dirimu dari semua hal yang mencemarkan jasmani dan rohani, supaya kedudukanmu sempurna di dalam takut Allah”. Menurut pandangan agama Kristen, tubuh harus dipelihara, dijaga dan disucikan, jangan melakukan dosa. Oleh karena Narkoba dapat merusak tubuh, baik jiwa, raga maupun akal, maka penggunaan Narkoba merupakan hal yang tidak diperbolehkan.

Agama Katholik

Menurut pandangan Agama Katholik, pada dasarnya setiap bentuk penyalahgunaan Narkoba bertentangan dengan moral Kristiani dan pada akhirnya akan menyebabkan kehancuran beragama, bermasyarakat dan bernegara. Menurut Paus Yohannes Paulus II dalam Contesimu Annus, konsumerisme digambarkan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hanya berdasarkan selera yang tidak menghiraukan kenyataan pribadinya sebagai makhluk yang berakal. Penyalahgunaan Narkoba merupakan suatu hal yang berakar dari konsumerisme, oleh karena itu Narkoba tdak dianjurkan bagi penganut agama Katholik.

Agama Hindu

Menurut pandangan agama Hindu, apabila pikiran seseorang kacau, maka bisa saja barang yang awalnya bermanfaat menjadi sesuatu hal yang merugikan, misalnya saja Narkoba. Secara medis, Narkoba berguna dalam bidang kesehatan. Akan tetapi, karena pikiran umat yang kacau, maka Narkoba disalahgunakan sehingga dapat merusak tubuhnya. Oleh karena itu, pengkonsumsian Narkoba dilarang oleh agama Hindu.

Agama Budha

Agama Budha mengajarkan umatnya tentang lima disiplin moral, yaitu:

  1. Panti pala vermani sikkapadhan samadiyami: aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk
  2. Adinnadan veramani sikkhapadar samadiyami: aku bertekad melatih diri menghindari barang yang bukan miliknya
  3. Kamesu miccara veramar sikkapadam samadiyami: aku bertekad melatih diri menghindari asusila
  4. Musavada veramani sikkapadam samadiyami: aku bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar (dusta) dan lainnya
  5. Surameraya majjapamadatthana veramar sikkapadam samadiyami: aku bertekad melatih diri menghindari minuman keras dan obat-obat terlarang yang menyebabkan mabuk dan melemahkan.

Dari kelima disiplin moral tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa agama Budha melarang penggunaan Narkoba, karena menyebabkan mabuk dan melemahkan.

AKSI PENYULUH AGAMA

Penyuluh agama bidang Pencegahan NAPZA dan HIV/AIDS: bertugas/berperan membantu instansi yang berwenang dalam pencegahan HIV/AIDS serta pencegahan penyalahgunaan NAPZA dan proses rehabilitasi pengguna NAPZA dengan pendekatan pendampingan dan spiritual. Tugas ini meliputi tugas utama dan tugas penunjang. 

Adapun tugas utama administratif berupa (1) menysusun monografi peta wilayah sasaran; (2) membuat perencanaan berupa rencana kerja operasional; (3) melaksanakan bimbingan penyuluhan; (4) menyusun laporan pelaksanan tugas. Dan tugas utama koordinatif berupa:  mengikuti pertemuan, rapat-rapat atau kegiatan yang diselenggarakan oleh Penyuluh Agama Fungsional atau Seksi terkait. Sedangkan tugas penunjang berupa: (1) kerjasama lintas sektoral: internal Kemanag, Pemerintah Daerah, Instansi dan Institusi swasta; (2) menjadi delegasi misi keagamaan: Dewan hakim MTQ, juri lomba dan sebagainya; (3) menciptakan karya seni; serta (4) pengabdian masyarakat. 

Langkah yang dapat dilakukan adalah tetap dalam koridor yang tepat, mulai dari pemetaan, perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan.


Menyusun monografi (data) peta wilayah sasaran

Sasaran penyuluhan dapat berupa kelompok sasaran umum, kelompok sasaran khusus dan kelompok sasaran media sosial berbasis internet. Kelompok sasaran umum seperti: lembaga pendidikan masyarakat (LPM)  seperti majelis ta’lim, tempat ibadah, Pesantren, Kelompok rumah tangga, rumah singgah, generasi muda, kelompok orang tua, kelompok profesi, asrama, balai desa. Masyarakat umum seperti masyarakat urban, masyarakat transmigran, masyarakat industri, perumahan, real estate, apartemen, masyarakat kampus.

Kelompok sasaran khusus seperti Lembaga Pemasyarakatan, Rumah sakit, sekolah luar biasa, panti sosial, panti rehabilitasi, masyarakat gelandangan, pengemis, anak jalanan, punk, penjaja seks komersial dan sebagainya.

Kelompok sasaran pada media sosial berbasis internet yaitu pemanfaatan platform media sosial tertentu yang dikelola sebagai media bimbingan atau penyuluhan dengan pengikut/subscriber/follower sebagai kelompok sasaran.

Adapun data yang harus disusun dalam bidang ini adalah data terkait dengan pengguna narkoba, data rawan pemakai Narkoba, data pengedar Narkoba dan sebagainya.  Dari data yang ada disusun langkah rencana dan tindak lanjut bimbingan penyuluhan.  


Membuat perencanaan berupa rencana kerja operasional

Membuat program bimbingan penyuluhan untuk kelompok sasaran yang telah diidentifikasi dan disusun monografinya. Dalam rencana kerja ini memuat beberapa hal terutama, jadwal, sasaran, tujuan, materi bimbingan dan metode bimbingan penyuluhan serta sumber/referensi yang digunakan.  

                        Melaksanakan bimbingan penyuluhan

Dalam melaksanakan bimbingan penyuluhan dapat bekerjasama dengan instansi internal Kemenag ataupun lintas unit kerja, seperti: pemerintah daerah, maupun maupun institusi swasta seperti institusi pendidikan, kesehatan, sosial maupun lainnya.  

Dalam melaksanakan bimbingan penyuluhan bukan hanya ceramah. Namun bisa juga metode yang lain seperti metode partisipatif seperti memfasilitasi kelompok sasaran sehingga mereka dapat berperan aktif dengan teknik pendampingan. Dialog interaktif, diskusi, pemberdayaan kelompok sasaran, dan juga bisa menggunakan metode tulisan seperti jurnal, buku, majalah, koran, media sosial berbasis internet dan sebagainya.

Dalam melaksanakan tugasnya Penyuluh agama dapat mengkategorikan kegiatannya dalam Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), yang meliputi: Pencegahan, Pemberantasan, Rehabilitasi dan Penelitian Pengembangan.

    Pencegahan

  1. Kampanye Pencegahan Narkoba
  2. Edukasi Manfaat dan bahaya penyalahgunaan Narkoba
  3. Penyalahgunaan Narkoba dalam pandangan agama
  4. Pengaruh penyalahgunaan Narkoba bagi kehidupan keluarga, lingkungan, sosial, ekonomi, pendidikan dan agama
  5. Pemberdayaan masyarakat wilayah rawan Narkoba
  6. Kampung Bersih Narkoba
  7. Pemuda keren tanpa Narkoba
  8. Duta anti Narkoba

     Pemberantasan

  1. Edukasi tentang bahaya penggunaan aset yang diperoleh dari peredaran gelap Narkoba
  2. Edukasi dan memberikan pedampingan pada Rutan Narkotika

Reahabilitasi

  1. Memberikan layanan rehabilitasi
  2. Memberikan pendampingan anak korban, anak saksi, dan anak penyalahguna Narkotika
  3. Penguatan pendekatan dan pendampingan spiritual

Penelitian dan Pengembangan Penanganan Penyalahgunaan Narkotika

  1. Identifikasi / mapping wilayah
  2. Mengumpulkan data dan menyusun dalam laporan
  3. Meneliti beberapa hal yang dijadikan pelajaran menangani penyalahgunaan Narkotika

Menyusun laporan pelaksanan tugas

Pelaporan adalah sebagai bukti pertanggungjawaban kinerja secara tertulis yang dibuat oleh Penyuluh Agama Islam dan dipertanggungjawabkan kepada atasan langsung, dalam hal ini kepada Kepala KUA dengan diketahui oleh Penyuluh Agama Fungsional.

Selanjutnya secara berjenjang Kepala KUA menyampaikan rekapitulasi laporan kepada Kepala Kantor Kemenag, untuk diteruskan kepada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi dan oleh Kepala Bidang yang menangani Penyuluh Agama dilaporkan kepada Ditjen Bimas Islam melalui Direktur Penerangan Agama Islam.

  1. Laporan dapat berbentuk: Aplikasi sistem kinerja Penyuluh Agama (ePA)
  2. Laporan secara tertulis apabila tidak dapat mengakses aplikasi sistem kinerja Penyuluh Agama.

Laporan setidaknya memuat informasi:  Nama Penyuluh; Jabatan; Spesialisasi; Tanggal Pelaksanaan; Nama Kelompok Sasaran; Jumlah Jama’ah; Klasifikasi Materi Penyuluhan; Deskripsi Kegiatan; Foto Kegiatan; serta Link Publikasi.


   Referensi:

  1. Bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur, Buku Pedoman Penyuluh Agama Islam Non PNS Tahun 2017
  2. Keputusan Dirjen Bimas Islam No 504 Tahun 2022 tentang Pedoman Penyuluh Agama Islam Non PNS
  3. Humas BNN, Pengertian Narkoba Dan Bahaya Narkoba Bagi Kesehatan, tanggal 7 Januari 2019
  4. BNN, Pandangan Agama Kristen tentang Bahaya Penyalahgunaan Narkoba. 17 Feburari 2017
  5. Sentinel Support, Narkoba Ditinjau dari sisi berbagai Agama di Indonesia, BNN Maluku Utara tanggal 16 Desember 2020

Minggu, 21 Mei 2023

PASUTRI adalah Hamba & Kholifah

 



Pendahuluan

Materi ini mengajak kepada peserta bimbingan perkawinan untuk memaknai status yang melekat pada setiap manusia sebagai di muka bumi termasuk dalam kehidupan perkawinan dan keluarga. Perkawinan dan keluarga harus memiliki cita-cita jangka panjang ketika menghadap Ilahi di akhirat kelak, dan dikelola sesuai dengan status dan amanah yang melekat pada manusia. 

Tujuan

Peserta mampu merumuskan cita-cita tertinggi hidup, mengaitkannya dengan tujuan jangka panjang dan pendek perkawinan, serta mewujudkannya selaras dengan status sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. 

Manusia adalah Hamba & Kholifah Allah swt

Status Manusia sebagai Hamba Allah

Manusia adalah hamba Allah SWT. Bukan hamba harta, pangkat, derajat, kedudukan dan kenikmatan duniawi lainnya. Selain itu manusia bukan dari hamba sesama manusia serta makhluk lainnya. Hal ini berlaku di manapun seperti dalam dunia kerja, pergaulan sosial, pernikahan maupun keluarga. Suami istri dan orang tua-anak tidak dibenarkan memperhamba atau diperhamba kepada dan oleh masing-masing pihak.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Surat Az-Zariyat Ayat 56) 

Kewajiban mengabdi kepada Allah antara lain diwujudkan dalam bentuk taat melaksanakan perintahNya dan meninggalkan semua yang dilarang. Malaksanakan Sholat lima waktu adalah cermin pengabdian seorang hamba kepada Allah swt. Dan kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban 

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Q.S. Yasin:65)

Hak dan kewajiban manusia sebagai hamba kepada Allah SWT. Hak seorang hamba terhadap Allah SWT yaitu mengesakan Allah SWT semata dalam beribadah dan ikhlas karenaNya. Kewajiban seorang hamba kepada Allah SWT yaitu menyelamatkan mereka dari siksa neraka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. at Tahrim:6) 

Amanah sebagai Kholifah di muka bumi

Kholifah berarti bahwa sejak di dalam rumah, suami-istri dan orang tua-anak mesti membiasakan diri bekerjasama dalam kebaikkan. Keluarga menjadi tempat belajar untuk saling mendukung agar potensi suami-istri, dan orangtua-anak berkembang maksimal, bermusyawarah dalam mengambil keputusan, dan menghormati keputusan yang berbeda dengan keinginan pribadi karena pertimbangan kemaslahatan bersama yang lebih besar. Hal ini juga berarti bahwa setiap pihak dalam keluarga perlu bekerjasama agar suami istri dan orangtua-anak dapat memberi kemaslahatan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara dan semesta raya. 

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (Surat Al-Ahzab Ayat 72)

هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ ۚ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ ۖ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا ۖ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا

Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.( Surat Fatir Ayat 39) 

Perlunya kerjasama laki-laki dan perempuan sebagai khalifah

Kedudukan sebagai hamba Allah dan kholifah ini menyebabkan setiap perbuatan orang beriman mesti bisa dipertanggungjawabkan kemaslahatannya, baik di hadapan Allah maupun manusia. Demikian pula dalam kehidupan perkawinan dan keluarga, baik yang berkedudukan sebagai suami, istri, orang tua maupun anak.

Dalam surat al Hujurat (49) ayat ke 13 Allah swt menegaskan bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah swt adalah orang yang bertaqwa.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. 

Rosulullah saw dalam khutbah haji wada’ menegaskan bahwa perilaku seseorang dalam perkawinan dan keluarga terkait langsung dengan ketaqwaan yang menjadi ukuran kemuliaan seseorang di hadapan Allah swt.

فَاتَّقُوْاللّٰہ فِى النَّسَاءِ فَإِنَّكُمْ ٵَخَذْتُمُوْهُنَّ بِأَمَانَةِ اللّٰهِ ٶَسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَةِاللّٰهِ...

Bertaqwalah kalian semua kepada Allah dalam memperlakukan para istri. Sesungguhnya kalian telah meminang mereka dengan amanah dari Allah dan menghalalkan farji mereka dengan kalimat Allah... (H.R. Muslim)

Inti dari status sebagai hamba dan amanah sebagai kholifah di muka bumi adalah bahwa setiap orang mesti terus berusaha menjadi orang yang baik di mata Allah dan berguna bagi masyarakat luas. Perkawinan dan keluarga harus dikelola dalam kerangka ini dan atas dasar ini pula, maka kita ikhtiar untuk memantaskan diri selama hidup agar cita-cita tertinggi kita terwujud di akhirat yaitu kebahagiaan yang hakiki bersama keluarga. 

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat At-Taubah Ayat 71)

 

 

Revitalization of intellectual consciousness HMI-Wati dalam Membangun Eksistensi KOHATI Komisariat IAIN Kediri yang Progresif

Pendahuluan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), didirikan di Yogyakarta oleh Lafran Pane bersama 14 orang temannya pada tanggal 14 Februari 19...